6. Company

3.5K 156 3
                                    

Sonya Kenova Pov
Pagi yang cerah untuk memulai hari yang baru..

Saat ini aku telah berada didepan gedung yang menjulang tinggi ini. Aku telah terbalut dengan terusan berwarna biru, tak lupa dengan sepatu putih 9centi kesayanganku dan berjalan menuju tempat resepsionis.

Sebelum tiba di tempat resepsionis aku langsung dihadang oleh seseorang yang sedang cengegesan melirikku sedari tadi.

"Selamat pagi bu..ada yang bisa dibantu?" sapa seseorang rupanya kuketahui itu satpam dari pakaiannya.

"Aku ingin bertemu dengan CEO, dimana ruangannya ya?" ucapku melirik kesana kemari karena merasa risih.

"Bodohnya aku tadi.. Entah kenapa aku lebih memilih kekantor sendirian daripada bersama Lewis.. Yah meskipun Lewis cuma mengantarku sampai depan kantor karena dia disuruh papa untuk melakukan tugas lainnya dahulu. Tapi aku tidak mau merepotkannya, jadi lebih baik aku kesini sendiri saja." Racauku dalam hati.

"Kalau boleh aku tau Ms ini siapa ya?" tanya saptam kembali.

Banyak tanya sekali satpam ini, awas saja nanti jika dia tau siapa aku.

Dan.. Secara kebetulan.. Kulihat dari arah jarum jam 3, rupanya Ricardo sedang berjalan menuju kearah lift.

Tanpa disadari aku langsung

"Maaf.. Aku sedang terburu - buru, permisi " kataku lalu berlalu dari hadapannya dan mengejar Ricardo.

Hampir sehampirnya mau sampai ketempat tujuan dimana lift itu berada, aku sudah kembali dihadang oleh satpam tersebut. Sungguh kurang ajar dirinya. Kesalku dalam hati.

"Maaf Ms.. Ada tidak boleh pergi begitu saja.. Silahkan.... Ikut ak- " belum selesai satpam nyebelin itu melanjutkan aku merasa terdorong kearah seseorang yang ... Yahh.. ! Itu Ricardo.. Kulirik dia sekilas lalu menundukkan kepalaku. Oh, sungguh malu aku di hari pertamaku di kantor ini. Pertama kalinya aku dipermalukan.

"Dia.ikut.dengan.aku" terdengar suara bariton ketegasan dan penuh penekanan disetiap kata yang berasal dari Ricardo. Setelah itu dia langsung menarikku menuju lift tanpa melihat kearah belakang lagi, secara kebetulan lagi lift itu terbuka dan isi didalamnya kosong lalu kami masuk kedalam lift tersebut.

Pada saat lift tertutup..
Ricardo melirikku dengan manic mata yang focus terhadap satu arah yaitu diriku lalu mengucapkan "Selamat Pagi" dengan penuh kelembutan.

"Selamat pagi kembali Mr" kataku menciut karena ucapannya yang begitu lembut berbeda dengan tadi saat aku dihadang oleh satpam itu.

Benarkah ini aku yang sekarang ini?

Sambil berperang dengan pemikiranku sendiri seaakan diriku hanya sendiri disini didalam lift ini, aku sampai lupa disini ada Ricardo dan satu hal lagi.. Liftnya sudah terbuka..

Tanpa sadar.. Dan sekarang sudah sadar dalam beberapa detik akibat sentuhan tangan dari Ricardo dan dia sedang menggandengku keluar dari lift. Astagaa... Ini mimpi.. Ini mim-pi !

Ternyata kami telah sampai dan berjalan melewati para staff karyawan.

Ada sebagian yang melirik kearah kami sedari tadi dengan tatapan tidak suka dan ada yang melihat dengan tatapan mengagumi Ricardo atau aku.. Entahlah.. yang pasti kurasa mereka melihatku secara intens dan ohh.. ! dari beberapa orang ada yang terang - terangan melihatku dengan tatapan ingin melahapku.

Jangan lupa Sonya , tanganmu masih berada didalam genggaman tangan Bosmu. Astagaa ! Bisa heboh ini gedung.. Dan sudah terlambat, ini pasti menghebohkan..

Sontak aku langsung melepaskan tanganku dari genggamannya dan dia terlihat kaget, karena rupanya kita sudah sampai ditengah- tengah perkumpulan para karyawan, kemudian dia berdehem sebentar.

"Mari semuanya berkumpul.. Perkenalkan Sonya Kenova yang akan menjadi manager diperusahaan kita" ucap Ricardo tegas.

"Salam kenal semuanya, kuharap kita dapat bekerja sama hari ini sampai kemudian hari.. Terima kasih" ucapku tersenyum sekilas.

Lalu semuanya bertepuk tangan..

"Okeh..sampai disini saja.. Lanjutkan pekerjaan kalian dan Sonya mari ikuti saya." ucap Ricardo tegas lalu melangkahkan kakinya menuju suatu ruangan yang kutahu itu pasti ruangan kerjanya dan aku mengikutinya.

Tiba didepan pintu ruangan tersebut, Ricardo memutar kenop pintu dan terlihatlah ruangan yang lebih dominasi berwarna hitam putih. Loh.. Tunggu - tunggu.. Kenapa meja dan kursinya ada dua ya?

"Sudah cukup melamunnya ?.. Tidak mau masuk kedalam?"

Terkejutnya diriku saat terdengar suara bariton disampingku. Entah sejak kapan dia sudah berada tepat disampingku.

"Mau.." jawabku singkat.

"Mari masuk.. Ada yang mau kubicarakan" katanya lalu berjalan menuju bangku berwarna hitam itu dan duduk disana.

"Lha.. Kenapa berdiri saja.. Sini kemari.. Duduk didepanku saja" ucapnya sambil geleng - geleng kepala dan tersenyum.

Aku yang melihatnya mendadak menjadi kikuk lalu berjalan kearahnya dan duduk dihadapannya.

"Jangan terlalu tegang begitu Sonya, aku tidak menelan orang. Ngomong - ngomong aku sudah mengurus tempatmu. Ruanganmu disini, bersama denganku." ucapnya disertai seringaian.

Ternyata oh ternyata.. Aku masuk kedalam kandang harimau. Hampir kulupakan awal perkenalan kita berdua.

Keringat dingin sudah kurasakan, mau tidak mau.. Tapi harus.. Aku harus kuat menjadi Sonya seperti biasanya.

"Kenapa aku tidak mempunyai ruanganku sendiri?" ucapku mendadak berubah ketus.

"Oh..oh... Santai nona.. Anda ingat sedang berbicara dengan siapa disini?" ucap Ricardo santai.

"Yah saya tau.. Mr. Ricardo yang terhormat.. Tapi tolong hargai saya juga.. Tidak mungkin seorang manager satu ruangan dengan CEO.. Aku bukan Sekretaris Anda.." ucapku penuh penekanan.

"Siapa bilang nona? Statusmu tetap manager.. Tetapi aku mau kita satu ruangan.. Apa... Mung-kin... Mungkin... " kata - katanya menggantung. Mulutnya sedikit terangkat keatas yang menunjukkan dirinya sekarang sedang merencanakan sesuatu, lalu dirinya mulai berjalan kearahku dan sekarang jarak kami hanya beberapa centi membuatku seketika menahan napasku.

Suara ketukan dari luar terdengar..
(Yah.. Pembaca kecewa..)

-----------------------------------
Maaf yaa.. Hahaha...

Kugantung - gantung..

Semoga semuanya masih setia menunggu dan membaca..

Terima kasih....

Barbie Face [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang