Bagian 34

2.4K 92 0
                                    

Sonya Pov

"Will You Marry Me My Barbie Face?"

Aku senang Ricardo bisa seromantis ini melamarku, ia melihatku dan menunggu kepastian jawabanku "Yes, I do" jawabku mantap. Ia langsung meraih cincin yang berada di tanganku kemudian memakaikannya di jari manisku.

Ia menarikku kedalam pelukannya sembari bergumam kata 'terima kasih' berulang-ulang kali. Aku hanya dapat tersenyum menanggapinya.

'Mungkin ini memang waktunya' batinku dalam hati.

"Ciyeh.. Diterima, makan-makan ya bos" suara yang sangat kukenali. Aku merasakan pelukan hangat tadi terlepas, aku melihat Ricardo telah menatap tajam kearah siapa lagi kalau bukan Mario.

"Perusak suasana" ucap Ricardo tajam. Aku sedikit bergidik ngeri.

Aku menyentuh jari tangan pelan, ia mengalihkan tatapan yang tadinya tengah menatap tajam Mario sekarang telah menatapku memuja, kurasa begitu.

"Baiklah.. Kali ini aku lepaskan Mario" huft ! syukurlah.. Jika ia marah, mengerikan.

Aku menghela napas lega sedangkan Mario melambaikan tangannya "Aku pulang dulu pak, bu.. Ada urusan mendadak" alasannya ada urusan terus, pikirku.

"Baiklah"

Aku sekarang tidak fokus akan kepergian Mario karena Ricardo kembali memelukku dan mengecup keningku kemudian turun ke pipi kiri lalu pipi kanan. Dengan perlahan ia mengecup bibirku, aku terasa terbang hingga langit ketujuh.

Aku membalas ciuman memabukkannya dan aku sudah tidak peduli akan keadaan sekelilingku. Aku merasa memang seharusnya begini akhirnya.

Dylan Pov

Akhirnya kakek menetapkan keputusan, asalkan Sonya mau menjadi milikku. Maka kakek tidak akan ikut campur lagi urusanku dan tentunya kebebasan yang akan kuterima selanjutnya.

'Aku mencintaimu sayang, tunggulah aku' kulihat foto kami berdua saat ia terlelap di bahuku aku secara diam-diam memotretnya, aku tersenyum seketika.

Penerbangan yang cukup melelahkan, akhirnya aku tiba di New York. Aku tidak berencana memberitahu kakakku bahwa aku dapat kembali ke New York. Untungnya kakek mengerti saat aku membujuknya terlalu lama sampai mulutku hampir berbuih.

Kini aku sedang menatap Mario yang menghampiriku, ia terlihat kusut dan ngos-ngosan "Huh ! Panggilannya darurat banget.. Suruh aku harus sampai dalam 15 menit. Gila !" jeritnya sembari memegang jantungnya.

"Makanya jangan kayak kura-kura" ejekku.

"Dasar nyebelin, beda banget sama kakaknya" gumam Mario yang sangat terdengar di telingaku.

Kupukul kepalanya "Aku masih dapat mendengarnya, terlalu keras. Bodoh"

Ia sedikit meringis, aku hanya dapat tertawa lepas "Sudah lama tak bertemu bro"

"Aku tak ingin bertemu denganmu" terdengar sinis tetapi aku tetap tertawa, kali ini ia terlihat kacau dan aku senang mengerjainya.

"Aku akan sedikit baik padamu karena hanya kamu saat ini yang mengerti semuanya dan kamu memang licik. Kupingmu terlalu tajam atau memang karena kamu tukang gosip akupun tidak tahulah karena yang terpenting bantu aku dulu. Aku ingin bertemu Sonya" bujukku padanya.

Kulihat ia sedikit terkejut lalu ia menutupinya, aku dapat merasakan gerak geriknya yang sedikit aneh "Ada apa?" tanyaku curiga.

Ia bergeming

"HEY ! jawab aku" paksaku.

"Sonya sedang bersama kakakmu, Errr...." ia sedikit takut untuk mengatakannya lebih lanjut, aku sedikit gerah dibuatnya "Cepatlah ceritakan padaku" pintaku.

Barbie Face [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang