Bagian 36

2K 85 3
                                    

Author Pov

Dibalik pintu, Dylan mencoba menahan keegoisannya. Ia tak ingin lepas kontrol lebih jauh lagi, maka dari itu ia meninggalkan Sonya sendirian di dalam sana.

Ia bukannya tidak tahu Sonya tengah menangis, hatinya juga teriris melihat wanita yang dicintainya menangis.

"Gimana?" Lewis menepuk bahu Dylan.

Dylan menggeleng "Ia tidak mengigatku"

"Tetapi ia memanggil namaku tiba-tiba, aku sedikit terkejut" Dylan tertawa sumbang.

"Kenapa kamu tidak menceritakan semua padanya?" tanya Lewis tidak sabaran.

"Aku tidak ingin membuatnya sakit, tadi sakit kepalanya kambuh. Semua karena aku" Dylan menyalahkan kesakitan yang di terima Sonya karena dirinya.

"Sonya sakit bukan salahmu, mengerti?" ucap Lewis tegas "Kamu juga yang telah menolongnya" lanjut Lewis.

Lewis merasakan ada getaran di saku celananya "Aku kesana dulu sebentar" tunjuk Lewis kearah taman belakang rumah sakit, Dylan mengangguk.

Saat Lewis sudah berbalik dan menjauh, Dylan mencari kesempatan untuk melihat Sonya melalui celah kecil. Sonya terlihat masih terus menangis.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu hingga Dylan tidak tahu ada seseorang yang tengah berada di sampingnya "Susah melepaskan bukan? Hmm..." bisik Lewis.

Kaget bukan main, reflek Dylan mengumpat "Shit !"

"Woah.. Kamu mengumpat di depan orang yang lebih tua darimu, tidak sopan" ejek Lewis.

"Kamu yang mulai duluan membuatku kaget" oceh Dylan.

"Siapa suruh kamu seperti penguntit"

"Aku cuma khawatir padanya" Dylan kembali melihat Sonya. Kini Sonya terlihat sudah terlelap dan Dylan bernapas lega "Syukurlah ia sudah tidur".

"Aku akan menjaganya" Dylan berpaling menatap Lewis "Ricardo, ia mau bertemu denganmu di kantornya sekarang" Dylan menautkan alisnya "Tadi yang menelfon kamu kakakku?" tanya Dylan untuk memperjelas pendengarannya "Iya, sana pergi sekarang dan selesaikan masalah cinta segitiga kalian" Lewis mendorong punggung Dylan pelan.

Dylan masih belum berniat pergi meninggalkan Sonya "Aku akan menjaganya, tenanglah"

"Baiklah, aku percayakan padamu" lalu Dylanpun pergi menemui Ricardo.

------------------------------------------------
Ricardo Pov

Aku berkali-kali mencoba berpikir, apa benar aku terlalu egois seperti yang dikatakan Lewis?

Meskipun kerjaanku sedang menumpuk di hadapanku, aku masih tetap tidak fokus akan semuanya.

Tok tok tok

"Masuk"

Aku mengadahkan kepalaku. Akhirnya ia tiba lebih cepat dari yang kuduga "Kak" dapat kurasakan kecangguhan di dirinya.

"Duduklah di sana" aku menunjuk sofa yang tak jauh dari meja kerjaku. Kulihat ia berjalan kesana lalu ia menghempaskan pantatnya di sofa empukku.

Aku mulai berjalan menghampirinya lalu duduk di sofa yang bersebelahan dengannya.

Rasanya aneh, kami berdua saling bertatapan dan aku mulai tidak dapat mengontrol rasa keingintahuanku mengenai seberapa besar adik kandungku mencintai wanita yang juga kucintai.

Kenapa kita harus mencintai wanita yang sama?

"Kak, sebaiknya kalian segera menikah. Jangan ditunda terlalu lama" aku tersontak "kamu sudah tahu Dy?"

"Iya, aku sudah tahu"

'Dylan tahu darimana?' batinku dalam hati.

"Kak, buatlah Sonya bahagia. Ia akan menjadi kakak iparku, jadi jangan pernah membuatnya sedih. Aku percaya padamu kak" kulihat Dylan tersenyum. Aku tahu adikku, kamu tidak dapat membohongiku.

Kamu terluka dan sedih, aku dapat melihat semuanya.

"Dy.. Aku tahu kamu begitu mencintai Sonya sampai kamu rela mati demi dirinya. Apa benar kamu serius dengan ucapanmu?" tanyaku pelan padanya.

Ia mengangguk "Aku sangat serius kak dan aku tidak pernah seserius ini. Aku sudah memutuskan akan kembali ke Jerman"

Aku berpikir sejenak 'Benarkah ini yang terbaik?'

"Baiklah, 1 minggu. Beri aku waktu 1 minggu untuk mempersiapkan segalanya. Aku akan menikahi Sonya pada hari itu juga" baiklah, aku sudah memutuskan segalanya.

"Oke, aku menunggu kabar baik dari kakak. Aku pamit dulu kak" aku berdiri dan memeluk adikku "terima kasih Dy, aku berjanji akan membahagiakannya".

"Sama-sama kak, aku akan memegang janji kakak" kurasakan Dylan menepuk-nepuk punggungku lalu ia melepaskan pelukanku "Sampai jumpa 1 minggu kemudian kak"

"Iya, aku menunggu kehadiranmu" sebelum Dylan pergi meninggalkan ruanganku, ia melambaikan tangannya kemudian menghilang dibalik pintu dan pintu ruangankupun kembali tertutup.

'Ya.. Ini yang terbaik, semangat Ric ! Kamu pasti bisa' batinku menyemangati diriku sendiri.

*
*

Sedari tadi aku terus menerus memikirkan barbieku. Baru beberapa jam tak bertemu dengannya sudah seperti tak bertemu seabad.

Kini aku berada di rumah sakit dan tengah berjalan menuju ruang inap calon istriku.

Yah, sebentar lagi ia akan menikah denganku. Maka aku menyebutnya calon istriku.

Aku mendorong pelan pintunya saat telah sampai pada ruangannya lalu aku tersenyum lebar saat melihat calon istriku dan iapun membalasnya.

Aku berjalan menghampirinya "Calon istriku, aku membawa minuman kesukaanmu"

Kulihat ia sedikit terkejut, mungkin saat aku memanggilnya dengan sebutan 'calon istri'.

"I-iya" ia menjawabnya kaku.

Aku mendekatinya lalu mengecup keningnya sekilas "Kemana Lewis?" tanyaku bingung saat kulihat hanya calon istriku yang berada disini tanpa ditemani siapapun.

"Barusan pergi, katanya ada urusan sebentar"

Aku hanya ber-oh ria.

Aku teringat, aku belum menyatakan persoalan kita berdua akan menikah dalam waktu 1 minggu. Mungkin ia akan menganggapku gila.

"Sayang, 1 minggu.." aku sedikit bingung mau memulai dari mana, ia menautkan alisnya "dalam 1 minggu ini kamu akan sah menjadi istriku, kamu tidak keberatan kan sayang?" aku memanggilnya kembali dengan panggilan sayang, mungkin karena kulihat ia belum terbiasa. Makanya aku masih memanggilnya begitu.

"Aku ikut saja, mungkin lebih cepat lebih baik" ia mengatakannya dengan mimik wajah yang sulit untuk kuartikan.

Tapi biarlah.. Yang terpenting ia menyetujuinya.

--------------------------------------------------
Jreng !

Satu atau dua part lagi akan ending..

Deg-deg'an akunya..

Takut tidak ada feel di akhir..

Tapi aku tetap akan meneruskan sampai akhir..

Yooo...

Sampai disini dulu..

^°^

Barbie Face [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang