satu

117 11 3
                                    

Libur tlah tiba! Libur tlah tiba! Hore! Hore! Hore! HOREEE!!!

Dheris's POV

Maaf ya readers, abaikan kealayan author diatas. Maklumin aja, itu efek si author gagal mupon HAHA.

Sungguh gue amat menanti-nantikan hari ini. Hari dimana gue dan sahabat-sahabat gue bakalan liburan bareng. Walaupun cuma pergi ke puncak, tapi tetep aja yakan kalo yang namanya pergi bareng sahabat itu feelnya beda. Apalagi ada Dhera, liburannya jadi plus plus.

Gue udah ngebayangin nanti disana kita seru-seruan bareng, dan mungkin ini bakalan jadi momen yang gak terlupakan.

Gue dan yang lain udah janjian ngumpul di rumah Gio jam 10 pagi. Kenapa rumah Gio? Karena kita pergi naik mobil dia.

Gue lirik jam yang nempel di tangan kiri gue, 09.25. Mungkin gue akan ke rumah Gio 10 menit lagi. Jarak rumah gue dan rumah dia gak terlalu jauh, cuma 15 menit kalo naik motor.

"Ada yang kurang gak ya?" tanyaku lebih kepada diriku sendiri.

Semalam aku sudah packing barang-barang yang harus ku bawa hari ini. Tapi gak ada salahnya ngecek ulang.

Gue membuka tas ransel yang akan gue bawa. Baju ganti? Udah. Pakaian dalem? Itu pasti udah, karena gak mungkin kan gue ngelewatin yang satu itu. Sendal? Udah. Satu persatu barang gue cek. Semuanya udah, gue lirik lagi jam tangan. 09.33, kayaknya harus berangkat ke rumah Gio sekarang.

Gue keluar dari kamar, menuruni anak tangga menuju keluar rumah dan segera menaiki motor kesayangan gue.

Gue udah izin sama bokap dan nyokap dari jauh-jauh hari, dan tadi pagi pas sarapan udah pamit duluan karena bokap sama nyokap bakalan kerja. Jadi langsung saja gue mengendarai motor ke rumah Gio.

Dhera's POV

"Buunnn cepeettt aku udah telat nih, temen-temen udah pada nungguin aku di rumah Gio" aku berteriak memanggil bundaku yang masih di dalam mengambil kunci mobil.

"Aduh ini anak perawan berisik pagi-pagi, lagi PMS kali ya" jawab bunda sewot.

Lalu dia masuk ke dalan mobil, mengendarainya keluar gerbang rumah ku. Bunda menurunkan kaca mobilnya.

"Ayok cepet masuk, katanya buru buru. Jangan lupa itu tutup gerbangnya" teriak bunda seraya menaikkan kaca mobil.

Segera aku menutup gerbang dan masuk ke dalam mobil. Setelah itu bunda melajukan mobilnya menuju rumah Gio.

"Bun ngebut" kataku.

"Gausah ngebut ngebut, yang penting sampe" jawab bunda tanpa mengalihkan pandangan dari jalan.

"Tapi bun aku..." belum selesai aku bicara tiba-tiba saja handphoneku berbunyi. Itu telepon dari Windi.

"Halo" kataku

...

"Iya sabar ini udah di jalan Win, sebentar lagi sampe"

...

"Tau tauu, lagian ini belum jam 10 kan"

...

"Iya oke, tapi kan belum ada 5 menit gue telatnya"

...

"Yaudah iya tunggu sebentar lagi nyampe"

...

"Byee"

Sambungan telepon terputus. Aku menghela napas panjang.

"Windi?" tanya bunda

"Iya, dia suruh aku cepetan katanya kalo 5 menit belum sampe aku bakalan ditinggal" jawabku lemas.

Sebenernya aku tau mereka gak akan setega itu ninggalin aku, apalagi pasti Dheris gak akan setuju kalo pergi tanpa aku pikirku.

"Tenang aja, mereka gak akan pergi tanpa kamu" kata bunda sama dengan apa yang ada dipikiranku.

Sesaat kemudian aku sampai di rumah Gio, aku segera keluar dari mobil. Ku lihat Windi, Rain, Dheris, dan Gio sudah berkumpul di depan rumah Gio.

"Ini dia yang ditunggu, kurang lama tuan putri datengnya" Windi mencibir. Aku tau dia bercanda.

"Langsung masukin aja tas lo ke belakang Dher" kata Gio.

Segera aku menuruti perintahnya.

"Yaudah yuk langsung aja berangkat sekarang aja, makin siang takut macet" usul Rain.

Kemudian kami semua masuk ke dalam mobil. Gio ada di belakang kemudi, dan di sampingnya ada Dheris. Kami para cewe, duduk bertiga di bangku penumpang.

"Siap ladies?" teriak Dheris sambil menoleh ke belakang.

Rain dan Windi mengangguk-angguk semangat. Kemudian Dheris melihat ke arahku, memandangku aneh.

"Kok kamu kayak gak semangat gitu sih beb?"

Aku memutar bola mata, memaksakan senyum selebar-lebarnya.

"Yeaayyyy aku siaappp!!" kataku sedikit berteriak.

"Jayus lo Dher" kata Windi yang kemudian disusul tawa yang lain.

Aku cuma cengar cengir masa bodo.

"Okee let's go!" Teriak Gio semangat lalu melajukan mobilnya.

UnknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang