enam belas

68 4 2
                                    

Author's POV

Suasana saat itu begitu tenang, hanya terasa angin yang berhembus syahdu memainkan rambut Dhera yang terurai. Dhera sedang duduk di sawung yang ada di halaman villa keluarga Rain.

Sudah hampir petang dan Dhera masih betah duduk disana. Termenung sendirian menatap jauh kedepan, seperti pikirannya saat ini yang sedang melayang jauh entah kemana.

Sesaat ia sadar ada seseorang yang duduk di sampingnya, namun tak ia pedulikan. Seseorang itu memperhatikannya sekilas.

"Mungkin semua orang mikir kalo gue pelakunya. Pasti lo juga, ya kan?" seseorang itu tersenyum kecut.

Dhera tak menjawab, bahkan sama sekali tak menggubris perkataan Gio. Dia tak ingin membahas soal ini lagi.

"Diam lo berarti iya" katanya lagi.

Dhera masih tetap diam.

"Ya wajar aja kalo kalian nuduh gue gitu, karna emang jelas pisau yang ada di kamar itu pisau gue. Tapi sekali lagi gue bilang sama lo Dher, kalo itu bukan gue" Gio berusaha menjelaskan.

"Udah ya Gi gue gak mau bahas ini lagi. Dan gue tegasin sama lo, gue gak pernah nuduh lo. Mikir kalo lo pelakunya aja engga" jawab Dhera tanpa menoleh ke arah Gio.

"Thanks" jawab Gio seraya merangkul bahu Dhera.

Kemudian mereka hanyut lagi dalam kesunyian, ditemani cahaya matahari senja yang mulai meredup. Tanpa mereka sadari ada dua orang di tempat berbeda yang sedang memperhatikan dari kejauhan.

Windi's POV

"Loh Rain kok disini, ngapain?" tanya guesaat melihat Rain yang sedag berdiri di dekat jendela.

Gue deketin Rain yang keliatannya kaget gitu, terus gue celingukan ngeliat ke luar jendela.

Gak ada apa-apa tuh. Terus si Rain ngeliatin apa dong? pikir gue.

"Ngg Win udah selesai mandinya?" tanya Rain seraya menarik gue menjauhi jendela.

"Udah, Rain liat apaansih?" tanya gue dengan muka bingung.

"Gak ngeliatin apa-apa kok. Yaudah yuk ke bawah, udah mau makan malem nih" jawabnya lalu menarikku ke luar kamar.

Aneh deh, pasti ada yang di sembunyiin nih kata gue dalam hati.

Di sepanjang jalan ke ruang makan gak ada omongan yang keluar dari mulut Rain. Dia diem aja, kaya lagi mikir tapi ekspresinya tuh datar dan tatapannya kosong gitu.

Entah kenapa gue curiga sama dia, dan gue yakin pasti ada yang lagi ditutupin sama Rain.

Rain's POV

Dhera sama Gio... ah engga engga, gak mungkin.

Aku terus berusaha mengusir pikiran bodoh itu dari otakku. Pikiran bodoh yang muncul hanya karna aku melihat Gio dan Dhera duduk berduaan di luar tadi.

Dhera itu temen baikmu Rain, mana mungkin dia ngerebut Gio. Buang pikiran itu jauh-jauh dasar bodoh...

Aku terus bergelut dengan pikiranku sampai tak mengindahkan yang ada di sekitar. Cemburu itu memang menyusahkan.

"Woy Rain gue panggil dari tadi gak nyaut. Woy!"

Teriakan Dheris menyadarkanku, ternyata aku sudah sampai di ruang makan. Bahkan sudah duduk di kursi.

"Ma-maaf kenapa?" tanyaku bingung.

"Gak jadi" jawab Dheris cuek lalu melanjutkan acara makannya.

"Sorry" balasku merasa menyesal.

Aaarrgggghhh fokus Rain fokus bodoh...

Aku terus merutuki kebodohanku ini. Bodoh karna cemburu pada teman baikku sendiri.

"Udah pada makan ya?" tanya Gio.

Ku lihat Gio berjalan berdampingan dengan Dhera. Ia membantu Dhera berjalan karna Dhera belum bisa berjalan dengan baik. Tangan kanan Gio memeluk pinggang Dhera, dan tangan kirinya memegangi tanhan Dhera yang terangkul di pundak Gio.

Argh kenapa melihat pemandangan ini cemburu itu datang lagi. Buang cemburumu itu jauh-jauh, bodoh...

"Belum kok, baru mau makan" jawabku memaksakan senyum.

Setelah membantu Dhera duduk di kursinya, Gio menghampiriku, mengelus kepalaku sekilas kemudian duduk di sebelahku. Dia tersenyum dan ku balas pula dengan senyuman yang lagi-lagi ku paksakan.

UnknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang