sebelas

80 7 3
                                    

Windi's POV

"Duuhhh kaki gue pegel ini dari tadi jalan terus" gue merengek.

Sumpah deh ini kaki gue rasanya mau copot, pegel banget. Dari tadi muterin bagian dalem villa gak berhenti. Ruang tengah, dapur, ruang depan. Masuk kamar keluar kamar di lantai 2, tapi bukan kamar yang lagi di tidurin sama Dhera. Kita gak mau ganggu dia tidur.

"Ih bosen gue gini terus, mana sih midnightmannya gak ada" kata gue lagi.

Wuuusssss....

Gue merasakan ada angin dingin melewati tengkuk gue, merinding. Tiba-tiba suasana berubah jadi lebih mencekam daripada sebelumnya. Entah kenapa nyali gue menciut.

"Eh bodoh, kita tuh jalan bukan buat nyari midnight man tapi buat ngehindarin" Gio nyaut.

"Gak usah ngatain bodoh juga kali Gi" jawab gue kesal.

Heii...

Gue seperti mendengar sesuatu dan segera nengok ke belakang. Cuma ada Rain sama Gio. Masa iya mereka manggil gue hei gitu.

Aku tau kau mendengarku...

Shit itu suara siapa, kenapa serem banget. Suara bisikkan yang pelan dan lembut, tapi terdengar mengerikan.

"Woi Rain, Gi, lo ngomong sama gue?" gue nanya buat ngeyakinin diri sendiri.

"Ngomong apa?" Gio malah balik nanya.

"Kita dari tadi diem kok" tambah Rain.

Bulu kuduk gue meremang, sumpah ini serem banget. Dengan refleks gue narik baju Dheris yang ada di depan gue. Dheris berhenti dan berbalik. Rain dan Gio ikutan berhenti, dan memperhatikanku.

"Kenapa?" tanya Dheris.

"Lo denger suara gak?" tanya gue panik.

"Enggak, emang suara apaan?" tanya Gio.

Jangan beritau mereka kalau kau mendengarku...

Gue mematung di tempat, gak bisa ngomong apa-apa lagi. Suara itu terdengar sangat dekat, dan makin menyeramkan.

"Suara apaan Win?" Gio mengulangi pertanyaannya lagi.

"Ha? Eh eng...enggak, bukan apa-apa. Cuma perasaan gue aja ko" gue menjawab terbata-bata.

Untuk sesaat kami berhenti di tempat itu. Pandangan gue menyapu ke segala arah, mata gue menangkap satu sosok bayangan jauh di belakang Rain dan Gio.

Badan gue gemetar, gue mau ngasih tau mereka tapi lidah gue kelu. Gue cuma bisa mandang sosok itu yang makin lama makin dekat. Dengan takut, gue menunjuk ke sosok hitam itu.

"Win kamu kenapa?" tanya Rain dengan wajah bingug.

"I...it....itu..."

Dheris's POV

"I...it....itu..." Windi tergagap dengan tangan menunjuk ke satu arah.

Dengan refleks gue nengok ke arah yang ditunjuk Windi. Holly shit! Badan gue mati rasa, kaku di tempat. Gue gak percaya sama apa yang gue liat ini.

Rain dan Gio juga tampaknya kaget melihat sosok itu. Sosok hitam mengerikan, dengan mata merah yang menyorot tajam menusuk di dalam kegelapan.

Sosok itu makin lama makin dekat, menyusup di dalam gelap. Tangannya mengacung ke atas memegang sesuatu. Aku berusaha menajamkan penglihatanku.

Tunggu... apa itu? Holly shit itu pisau. Iya aku yakin itu pisau.

Aku terpaku melihat benda yang mengkilat di dalam gelap terkena sinar bulan dari ventilasi. Tiba-tiba api lilin di tanganku bergoyang tertiup angin.

UnknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang