Windi's POV
"Mau ngapain nih kita sekarang?"
"Main monopoli?" Dheris menjawab dengan nada bertanya.
"Bosen ah, yang lain dong"
"Main di taman belakang aja yuk" ajak Rain.
"Main apa?"
"Duduk-duduk aja, Dheris kan bawa gitar tuh. Kita nyanyi-nyanyi di luar, suntuk di dalem terus" ujar Rain.
"Boleh juga tuh" kata Gio.
"Gimana mau gak?" Rain bertanya pada gue.
"Yaudah boleh"
"Males ah main gitar" tolak Dheris.
"Lah kenapa? Biasanya lo suka" tanya gue bingung.
"Gapapa lagi gak mood aja"
"Ya terus ngapain dong?" tanya gue lagi lebih kepada Dheris.
"Gak tau, terserah" jawabnya enteng.
Ih kesel banget gue sama Dheris, di ajak main ini itu gak mau tapi giliran di tanya mau ngapain dia bilang terserah. Gue paling males kalo udah nanya serius malah dijawab terserah. T e r s e r a h.
"Aku mau main ke taman belakang Dher" kata Dhera tiba-tiba.
"Eh? Kamu mau?" jawab Dheris.
Dhera tersenyum lalu mengangguk pelan. Terus tiba-tiba aja Dheris bangun dari duduknya.
"Yaudah bentar aku ambil gitar dulu ya" kata Dheris kemudian berlalu pergi.
Ish si Dheris sialan emang ya, tadi gak mau tapi giliran Dhera yang minta aja langsung gercep (gerak cepet). Gue tau dia suka sama Dhera, tapi gak segitunya juga kali. Eh kok gue kaya cemburu gitu sih, ya bodo ah.
Gak lama kemudian Dheris dateng bawa gitarnya. Dia ngulurin tangannya ke Dhera, Dhera megang tangan Dheris kemudian bangkit dari duduknya.
"Yuk ke taman belakang" ajak Dhera.
Kayaknya dia seneng banget deh. Ih bikin cembu- lah gue ngomong apaansi. Dengan secepat kilat gue bangun, disusul Rain sama Gio.
Pas gue balik badan pengen jalan ke taman belakang, gue liat Dheris sama Dhera jalan duluan. Dheris memapah Dhera dan tangan mereka gandengan. Gande-WHAT?
Gue tinggalin Rain sama Gio dan dengan cepat nyusul mereka. Gak tau kenapa kok gue jadi kaya orang cemburu gini. Harusnya mah gue biasa aja, toh gue juga tau Dheris suka sama Dhera. Biasanya juga gue dukung si Dheris biar bisa jadian sama Dhera. Lah ini?
"Eh modus aja lo" gue menepuk pundah Dheris.
"Eh ganggu aja lo" cibir Dheris.
"Idih gitu aja lo" jawab gue kesel.
Dheris gak jawab lagi, gue lirik Dhera dia cuma senyum. Gue kok kesel ya dicuekkin gini. Ih apaan sih gue, sadar woy sadar.
Dheris's POV
"Aku mau duduk di sini" jawab Dhera setelah gue tanya dia mau duduk dimana.
Dia memilih duduk di sebuah ayunan di deket kolam. Setelah gue bantu dia buat duduk di sana, gue berniat buat duduk di ayunan sebelahnya.
Belom juga pantat gue yang indah ini nempel (najis geli), eh tempat gue udah di sosor duluan sama si Windi. Sialan emang tuh bocah, ganggu orang mau pacaran aja. Eh gak deng belom pacaran HAHA miris.
"Ngalah mas sama perempuan" kata Windi.
"Lah situ perempuan?"
"Menurut lo?" jawab Windi dengan muka nyolot.
"Jadi-jadian" jawab gue asal.
"Sial" umpat Windi.
Jreng...
Gue mencoba memainkan gitar asal selagi nunggu Gio sama Rain duduk bareng gue. Iya duduk di rumput yang ada di deket ayunan.
"Ayo dong mainin" kata Rain semangat banget.
"Ekhem..." gue sok-sok berdehem gitu.
Perlahan tapi pasti gue petik senar gitar gue, mainin intro lagu yang pas banget buat gue.
Sudah sewindu
Ku di dekatmu
Ada di setiap pagi
Disepanjang harimu
Tak mungkin bila
Engkau tak tau
Bila ku menyimpan rasa
Yang ku pendam sejak lama
Sejenak gue ngelirik ke arah Dhera yang lagi ngeliatin gue dengan senyumnya.
Setiap pagi...
Ku menunggu di depan pintu
Siapkan senyum terbaikku
Agar cerah harimu
Cukup bagiku...
Melihatmu tersenyum manis
Di setiap pagimu, siangmu, malammu...
Gue nengok ke Dhera yang ekspresi mukanya langsung berubah gitu, kayanya dia udah sadar kalo ini lagu buat dia.
"Wooo kode banget lo kode" Gio ngelempar kerikil kecil ke arah gue.
"Bodo amat woy ganggu aja lo" bales gue sewot dan langsung berhenti main gitar.
"Yaahh lanjutin dong" pinta Rain.
"Lagu lain kek" kata Windi.
"Lagu apaan?"
"Terserah apa aja" jawab Rain.
"Ekhem..." gue berdehem sekali lagi.
Kita adalah sepasang sepatu
Selalu bersama tak bisa bersatu
Kita mati bagai tak berjiwa
Bergerak karena kaki manusia
Aku sang sepatu kanan...
Kamu sang sepatu kiri...
Ku senang bila di ajak berlari kencang
Tapi aku takut kamu kelelahan
Ku tak masalah bila terkena hujan
Tapi aku takut kamu kedinginan
Gue berhenti sebentar untuk mengambil napas sebelum lanjut ke lirik selanjutnya.
Kita sadar ingin bersama
Tapi tak bisa apa-apa
Sekilas gue lirik Dhera lagi, dan dia senyum. Omaygat senyumnya itu... DAMN. Gue ikutan senyum, kayaknya senyumnya Dhera menular.
Seperti sadar gue liatin, Dhera berusaha buang muka menghindari tatapan gue. Ah lucu banget sih dia.
Terasa langka bila kita berdua
Terasa sedih bila kita di rak berbeda
Di dekatmu kotak bagai nirwana
Tapi saling sentuh pun kita tak berdaya
Gue mengakhiri nyanyian indah gue ini dengan ngelirik ke arah Dhera-lagi- disertai dengan senyum termanis yang gue punya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown
Mystery / ThrillerHei, Kulihat dirimu sedang sibuk sekarang. Kau sibuk seperti orang jaman sekarang. Di depan layar monitor selama berjam - jam melakukan hal - hal yang tak aku pedulikan. Kau terlihat nyaman dengan berbaring di atas kasur empukmu itu. Tapi tunggu, ka...
