delapan

79 10 0
                                    

Author's POV

Makan malam kali ini terasa berbeda, suasana tegang sangat terasa di sekitar meja makan. Kesunyian mengisi ruangan, hanya sesekali terdengar suara detingan yang berasal dari sendok dan piring yang bertabrakan.

"Ekhem..." Gio berusaha memecahkan keheningan yang terjadi diantara ke 5 orang itu.

Tidak ada jawaban, kecuali 4 orang yang saling pandang berusaha membaca pikiran satu sama lain.

Gio's POV

Sumpah gue gak tahan kaya gini. Diem-dieman gak jelas cuma karena hal sepele? Oke permainan hantu dengan taruhan nyawa bukan hal yang sepele, tapi come on.

"Ekhem..." gue mencoba berdehem untuk memecah kesunyian.

Gak ada jawaban. Rain, Windi, dan Dheris nengok ke gue terus kita saling pandang. 1 orang di sisi lain cuma diam. Iya itu Dhera.

Gue masih gak nyangka dia betah diem kaya gitu selama hampir seharian ini. Dia menolak keras main midnight man karena resiko nyawa. Gue sama Rain juga awalnya menolak, tapi pada akhirnya gue setuju. Toh Dheris bilang gak akan terjadi apa-apa, dan yang gue denger dari penjelasan Rain kita gak akan ketangkep kalo terus bergerak.

"Ra" ku dengar Rain memanggil Dhera.

"Hmmm" Dhera bergumam.

Rain diam, tidak melanjutkan. Kurasa dia bingung harus ngomong apa sama Dhera. Ya gak cuma Rain sih. Gue, Windi, sama Dheris juga sama.

Ini nih salah satu yang kadang bikin gue kesel sama Dhera. Keras kepala. Kalo udah gak suka sama satu hal dan itu dilanggar pasti kaya gini. Diem. Kaya batu, gak mau ngomong.

Gini loh, kalo misalnya dia gak mau ikut yaudah. Gak usah pake acara mogok ngomong kaya gini. Terlalu kekanakkan menurut gue.

Tadi Windi udah coba bujuk dia buat ikut, tapi dia tetep gak mau dan malah bilang kalo kita boleh seneng-seneng tanpa dia. Apa maksudnya coba? Argh bikin mikirin ini lama-lama bikin gue naik darah.

Rain's POV

Aku memang sudah terbiasa dengan suasana sepi seperti ini, kesunyian itu temanku. Tapi sungguh aku benci sepi yang kali ini, sepi yang penuh ketegangan dan kecanggungan.

"Ra" aku mencoba memanggil Dhera yang sedari tadi siang tidak berbicara sama sekali.

"Hmm" dia merespon.

Aku tak menjawab. Bukannya gak mau, tapi gak tau harus bilang apa. Sungguh aku memaklumi kalau dia marah karena perdebatan tadi siang, tapi ya gak sampe segininya juga.

Awalnya juga aku menolaknya, amat sangat menolak sama seperti dia. Tapi Gio berusaha meyakinkanku, dia bilang dia akan menjagaku. Dan aku bungkam dengan omongannya itu yang menyebabkan aku dengan pasrah menyetujui.

Yang aku ingin cuma Dhera kembali bicara, gak diam seperti ini. Dia membuatku khawatir walaupun aku tau dia baik-baik saja sekaranh. Tapi entah kenapa perasaanku jadi gak enak.

Tidak tidak, bukannya aku berlebihan. Ini sungguhan, aku merasa tidak enak sejak siang tadi. Takut. Takut akan terjadi sesuatu yang buruk pada kita semua, terutama Dhera.

UnknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang