Gio's POV
"HEEEHHHH??? MAIN MONOPOLI?? YANG BENER AJA DONG!!" teriakkan Dhera menggema di seluruh ruangan.
"BIASA AJA KALI WOY GAK USAH TERIAK-TERIAK" gantian sekarang Windi yang berteriak.
Sumpah ya abis pulang dari sini kayaknya gue harus langsung ke klinik THT periksa kuping. Nyaring banget gila suaranya, ngalahin suara emak-emak gang. Cempreng.
"Berisik peak, lo pikir ini rumah buyut lo pada. Pelan-pelan kek kalo ngomong" protes Dheris.
"YA LAGIAN SIAPA SURUH LO NGAJAK MAIN MONOPOLI!!!" teriak Dhera lagi.
"YA KAN GUE CUMA NGASIH USUL DARIPADA GAK ADA KERJAAN GINI. HAH PRINSES SERBA SALAH KAYAK RAISA" kini Dheris ikutan berteriak.
Gue sama Rain cuma bisa diem, tutup kuping pake tangan rapet-rapet. Bisa budek beneran kalo gini terus, bahkan sampe keluar darah kali kuping gue.
"BERISIIIKKKKK" jerit Windi.
"LO JUGA YAA" teriak Dheris dan Dhera berbarengan.
"Udah udah gak usah teriak-teriak gitu" kata Rain akhirnya menengahi.
Gue rasa dia juga mulai gak tahan sama teriakkan mereka.
"Kalo gak mau main monopoli yaudah, gak usah pake teriak-teriak segala" katanya lagi.
"Tau lo kek anak bocah" gue menimpali.
"Bodo" jawab Dhera sambil menjulurkan lidah.
Sial ini anak minta banget gue rukyah. Bagus gue cinta yakan, kalo engga mah udah gue bawa ke kyai. Ettsss jangan salah paham dulu. Maksudnya bukan cinta yang begitu cinta sebagai sahabat.
"Yaudah terus mau ngapain?" kata gue frustasi.
Semuanya diam, gak ada yang jawab pertanyaan gue. Entah mikir, entah apa juga gue gatau.
Dheris's POV
"Yaudah terus mau ngapain?" Gio bertanya ke kita semua.
Gue mikir mau ngapain, bingung. Tadi diajak main monopoli gak mau, malah pada teriak-teriak. Ya gue juga ikutan teriak sih.
Tiba-tiba muncul bohlam di atas kepala gue (yha kaya di film kartun gitu).
"Gimana kalo kita main midnight man?" kata gue memberi usul.
Semuanya pada ngeliatin gue dengan muka bingung. Dasar ini bocah pada kudet banget gak tau midnight man, gak pernah buka google kali yak.
"Midnight man?" tanya Gio bingung.
"Iyaaa midnight man masa gak tau?"
Semuanya diem lagi ngeliatin gue. Astaga ekspresinya mereka gak nahan banget. Cengo.
"Itu bukannya mainan hantu gitu?" tanya Rain.
"Mainan hantu gimana?" Dhera ikutan nanya.
"Iya mainan hantu, kalian tau hitori kakurenbo?" gue nanya ke mereka.
"Tau" mereka semua ngangguk-ngangguk.
"Nah ini tuh permainannya hampir sama kaya gitu, cuma kan kalo hitori kakurenbo tuh main petak umpet kalo midnight man main kejar-kejaran sama hantu" jelas gue.
"Kejar-kejaran gimana maksudnya?" tanya Windi.
Sumpah ya eh ini temen gue pada bego semua. Gue menarik napas panjang dan menghembuskannya kasar.
"Lo waktu kecil pada pernah main kejar-kejaran gak sih? Ada satu orang yang ngejar, terus kita lari biar gak ketangkep" gue menjelaskan gak sabaran.
"Oh jadi mainnya cuma lari-lari doang? Yailah capek banget, kaya gak ada kerjaan lain" kata Windi malas.
"Ya gak gitu juga" kata gue masang muka bete.
"Terus dimana serunya?" kali ini giliran Dhera yang nanya.
"Ya kita harus terus bergerak pindah-pindah tempat biar gak ditangkep sama si midnight man"
"Yaila tinggal ngumpet aja gitu kan gampang" kata Gio.
"No, kita gak boleh ngumpet, harus tetep bergerak. Karna midnight man pasti tau kita dimana, kalo kita diem di satu tempat dia pasti nemuin kita dan kita bakalan ketangkep" tiba-tiba Rain menjelaskan.
"Nah betul" gue ngangguk-ngangguk.
"Emang kalo ketangkep kenapa?"
Gue liat Rain diam, seperti enggan untuk melanjutkan. Sejujurnya gue kurang tau apa yang akan terjadi kalo kita sampe ketangkep. Karna gak tertera di web yang gue buka, disitu cuma ada sedikit penjelasan sama cara mainnya doang.
"Hellaawwww" Windi mengibaskan tangannya di depan wajah Rain.
Rain agak terkejut, lalu membenarkan posisi duduknya.
"Kalo ketangkep bagian tubuh kita bakalan diambil, kaya orang di mutilasi gitu. Sekali ketangkep, 1 bagian ilang. Dan begitu seterusnya. Bisa bikin pemainnya itu gila atau bahkan yang paling parah..." Rain gak melanjutkan kata-katanya.
Kita semua diam, berusaha mencerna penjelasan Rain.
"Mati..." ucap Windi.
Sungguh gue gak nyangka kalo resikonya kaya gitu, tapi justru itu juga yang bikin gue makin semangat buat main permainan itu.
Dhera's POV
"Mati..."
Gue ngerasa sekujur badan gue menegang. Mati. MATI.
"Gak, gue gak mau main beginian" dengan tegas gue menolak permainan yang diusulkan Dheris tadi.
Midnight man atau apalah namanya. Permainan manggil hantu yang bisa bikin gue mati. Jelas aja gue nolaklah, siapa juga orang yang mau mati konyol.
"Ayolah, kayaknya seru" Windi mencoba membujuk gue.
"Pasti seru kok, ayolah Ra" Dheris ikutan ngebujuk gue.
"Enggak, gue gak mau" kata gue sekali lagi.
"Mending gak usah main permainan ini deh, bahaya. Taruhannya nyawa loh" ujar Rain.
"Iya bener, lo pada gila apa ngajak main kek begini"
"Oh come on man" Dheris bicara ke Gio.
"Kalian takut?" tanya Windi.
"Gue bukannya takut, tapi resikonya itu loh. Yang wajar-wajar ajalah" jawab Gio.
"Oh lo takut man" sindir Dheris.
"Terserah kalo kalian mau main, gue gak ikutan. Gue gak mau ngorbanin nyawa demi mainan gak elit kaya gini" kata gue tegas.
Gue pun langsung berdiri dan pergi ninggalin mereka. Mood gue ancur seketika.
Author's POV
Sepeninggal Dhera, mereka masih sibuk berdebat di ruang tengah.
"Plis guys, kalian jangan nekat. Resikonya besar loh" entah udah berapa kali Rain ngomong itu.
"Gak akan terjadi apa-apa, percaya deh sama gue" Dheris berusaha untuk meyakinkan.
"Oke kita main" kata Gio akhirnya.
"Tapi Gi..." Rain mencoba membantah namun omongannya di potong oleh Gio.
"Tenang Rain, ada aku" Gio berusaha meyakinkan Rain.
"Yaudah" Rain pun mengalah.
Dheris dan Windi menunjukkan ekspresi kemenangan.
"Tapi Dhera gimana?" tanya Rain.
"Biar nanti gue yang bujuk" jawab Windi sambil tersenyum meyakinkan.
Unknown's POV
Ku lihat mereka semua terdiam di ruangan itu, tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Salah kalau kalian pikir kalian akan baik-baik aja setelah memutuskan untuk bermain permainan itu. Keputusan yang salah, mereka gak tau apa yang akan terjadi nanti. Just Watch Out, I'll comming.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown
Mystery / ThrillerHei, Kulihat dirimu sedang sibuk sekarang. Kau sibuk seperti orang jaman sekarang. Di depan layar monitor selama berjam - jam melakukan hal - hal yang tak aku pedulikan. Kau terlihat nyaman dengan berbaring di atas kasur empukmu itu. Tapi tunggu, ka...