Ibunya panik bukan main mengetahui kamar anak bungsunya kosong. Saat dia liat lemarinya sudah kosong. Ia segera membangunkan Adinda yang masih tidur di kamarnya. kaget juga mendengar kalau adiknya kabur, sungguh Ia sangat khawatir sekarang. Kemana anaknya itu? kenapa sampai kabur segala?. Seingatnya mereka tidak bertengkar kemarin. Adinda menyusuri kamar adiknya. Matanya menangkap sepucuk surat di atas meja. Mungkin ibunya tidak lihat saking paniknya. Ia mengambil surat itu kemudian membacanya. Betapa terkejutnya dia. Selena minta maaf pada mereka. Ia bilang ia tidak ingin membuat malu keluarga. Ia tidak tulis apa masalahnya, tapi yang jelas jangan mencarinya. Adinda membacakan surat itu. ibunya kembali menangis. Berbagai pertanyaan menari-nari di benaknya. Apa yang sebenarnya terjadi kepada putri bungsunya itu? dimana dia sekarang?
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selena terbagun oleh suara pengumuman dalam kereta. Ah, sudah sampai rupanya. Jogjakarta. Selena melihat jam di tangan kanannya. Jam 5 pagi. Mau kemana dia sekarang? Bodoh sekali dia ini. Kenapa main langsung pergi tanpa memikirkan akan tidur dimana? Ah, sudahlah. Yang penting sekarang dia harus keluar dari stasiun ini. Mengisi perutnya yang sudah lapar setelah itu cari kontrakan. Yang murah saja. Yang cukup dengan uang yang dia bawa hasil kerjanya selama ini.
Selena berhenti di kedai pinggir jalan. Membeli se-cup mie dan sebotol air putih. Ia duduk di trotoar. Sambil membaca koran yang tadi Ia beli di stasiun. Mencari-cari kontrakan. Apa dia tanya saja pada warga sekitar sini? daripada harus mencari-cari seperti orang bingung. Ia bangun dari duduknya hendak bertanya kepada seorang ibu di sebrang jalan. Ada mobil dari arah kanan. Untung tidak menabraknya. Sang pemilik mobil keluar. Seorang wanita. Masih muda. Cantik. Yah, lebih tua 2 tahun mungkin dari Selena. Ia menghampiri Selena yang jatuh di depan mobilnya. Wajahnya panik bukan main.
“Aduh maaf ya! Kamu gak pa-pa kan?” Wanita itu membantu Selena berdiri. Untung saja tidak ada luka serius. Selena melihat ke arah bawah kakinya. Untunglah bayinya selamat.
Selena tersenyum. “Gak pa-pa. Makanya kalau nyetir hati-hati ya.” Ia hendak pergi ketika wanita itu menahan tangannya. “Yakin gak pa-pa? Kita kerumah sakit aja yuk.. aku takut ada luka dalem.” Sekali lagi Selena tersenyum dan mengangguk. Menandakan Ia tidak apa-apa. Ia hendak pergi kembali sebelum tersadar sesuatu. Ia kembali menghadap wanita tadi. “Kamu bisa bantu aku gak? Aku lagi cari kontrakan. Yang murah aja.”
Wanita itu terlihat diam sebentar. “Kamu lagi nyari tempat tinggal? Gimana kalau tinggal di rumah aku?” Selena berpikir sebentar “Berapa harga sewanya?” Wanita itu tertawa. Kemudia menyuruh Selena masuk ke dalam mobilnya. Ia ikuti saja lah.
“Gak usah bayar. Oh ya namaku Jessica. kamu?” Jessica mengulurkan tangan yang langsung di sambut oleh Selena “Selena. Maksud kamu gak usah bayar?”
“Iya gak usah bayar. Kamu tinggal sama aku aja.”
“Kenapa? Kita kan baru kenal. Kok kamu langsung percaya gitu sama orang yang belum kamu kenal? Kalau aku orang jahat gimana?”
“Aku yakin kamu bukan orang jahat. Aku tinggal sendiri. Sepi. Paling ada Cuma bibi yang bersihin rumah tiap pagi trus pulang. Kalau kamu tinggal di rumahku kan aku jadi ada temen.
Selena masih melongo. Wanita ini polos sekali.
“Tapi~” belum sempat Selena berbicara Jessica sudah memotong “Udah gak pa-pa.”
“Makasih Jess..” Jessica hanya tersenyum. “Oh ya umur aku 17 tahun. Kamu berapa? Kan gak enak kalau ternyata kamu lebih tua dari aku tapi aku ngomongnya gak formal.”
“Wah kamu masih muda. aku 20 tahun. Panggil namaku aja. Nggak usah pake embel-embel. Oh iya kamu dari Jakarta?” Selena hanya mengangguk. “Kenapa pindah ke Jogja?” Selena diam. Bingung harus menjawab apa. “Kamu kabur dari rumah?” Selena mengangkat wajahnya “Semacam itulah.” Jawabnya lirih. Ia juga tidak tahu kenapa Ia bisa terdampar di kota ini. saat itu yang ada di dalam benaknya adalah pergi sejauh mungkin. Jessica melirik sebentar. Ia tidak bertanya lagi. Ia paham gadis ini pasti ada masalah. Nanti sajalah Ia tanya lebih lanjut kalau keadaannya sudah pas.
“Nah kita sampai. Ayo turun.”
Selena terkagum-kagum dengan rumah Jessica. Satu-satunya rumah mewah yang pernah Ia lihat adalah rumah Aldo. Ah, Selena tidak mau mengingat lelaki itu. Jessica membawanya ke ruang tengah rumahnya. Pantas saja Ia merasa kesepian, rumah sebesar ini hanya Ia tinggali sendiri. Jessica menyuruh Selena duduk kemudian mengambilkannya minum.
“Nih minum. Kamu pasti capek kan? Oke kita mulai dari perkenalan diriku. Nama lengkapku Jessica Park. Ada keturunan orang Korea dari mamaku. Papa ku asli Indonesia. Aku kuliah jurusan hukum di Universitas Gajah Mada. Keluargaku tinggal di Jakarta. Aku punya bisnis kecil-kecilan Restoran. Selesai. Kamu?” Selena hanya diam sejenak. Gadis ini benar-benar polos. Wajahnya tak henti-hentinya menyunggingkan senyum. Lancar sekali memperkenalkan dirinya. Selena berdehem.
“Aku Selena Anindita. Aku dari Jakarta pindah kesini karena... yah, ada masalah. Sebenarnya aku masih sekolah. Tapi... karena masalah itu aku gak selesai-in sekolahku.” Selena selesai memperkenalkan dirinya. singkat saja. Jessica terlihat mengangguk mengerti.
“Ehm.. kalau boleh tahu.. kamu ada masalah apa?” tanyanya hati-hati. Selena tersenyum miris. “Kalau aku ceritain ke kamu? Kamu masih akan nganggap aku orang baik?” Jessica mengangguk antusias. “Gak jijik sama aku?” Jessica menggeleng. Selena menghela napas. Sudahlah, tidak apa-apa jika Ia ceritakan ini. Lagipula mereka akan tinggal bersama kan? Cepat atau lambat Jessica pasti akan tahu.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jessica hampir meneteskan air mata. Cerita Selena seperti cerita drama-drama Korea yang sering Ia tonton. Miris sekali. Ia pasti sudah bunuh diri kalau jadi Selena. Bayangkan saja. Selena menceritakan semuanya dari awal. Kecuali nama Aldo. Seorang gadis pintar, cantik, baik seperti Selena harus menelan pahit akibat pria tidak bertanggung jawab. Sempat Ia bertanya pada Selena kenapa Ia tidak minta tanggung jawab saja pada pria yang meghamilinya. Tapi jika di pikir-pikir ulang, itu percuma saja. Pasti jawabannya tidak. Dasar pria.
Jessica memeluk Selena. Kasihan sekali teman barunya ini. Selena sendiri sudah menangis mengingat itu semua. “Udah kamu gak usah nangis. Aku bakal bantuin kamu buat ngerawat anak kamu.”
“Makasih Jess.” Selena tersenyum.“Yuk, aku antar ke kamar kamu. Kamu harus istirahat. Ini baru jam 6 pagi. Kamu laper gak?” Selena menggeleng.
Sekali lagi Selena terkagum-kagum. Kamar barunya ini besar sekali. Mungkin sebesar kamarnya di gabung dengan kamar ibunya. Wah, Jessica benar-benar orang kaya, batinnya. Ia menaruh tasnya asal. Langsung berbaring ditempat tidurnya. Besar dan juga nyaman. Ia mengelus perutnya kemudian menghela nafas. Sepertinya kehidupannya akan berubah total sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is Our Story
Teen FictionSelena adalah seorang gadis remaja biasa. Cantik, pintar, dan sedikit lugu. Dirinya bukan gadis yang berasal dari keluarga kaya. Suatu ketika dia mendapati kenyataan bahwa dirinya mengandung anak dari musuhnya sendiri. bagaimanakah Selena harus meng...