“Bye ma!” BUK. Kasia membanting pintu mobil dengan cukup keras. Selena hanya tersenyum melihat putrinya berjalan menjauh. Sepertinya dia senang sekali. Maklumlah. Sekolah baru. Kasia pasti antusias. Putrinya itu memang gampang bergaul. Jadi Selena rasa tidak akan susah bagi Kasia untuk mendapat teman. Ia melihat Jessica yang duduk dibelakang lewat kaca. “Jadi ke stasiun?” Jessica mengalihkan pandangan ke Selena. “Aku males. Pasti mama mau jodohin aku lagi.” Selena menghela nafas. Hari ini memang Jessica di suruh datang ke Jakarta. Sebelum jam 8 malam sudah harus tiba. Mungkin Jessica benar. Perjodohan lagi. Sahabatnya ini memang terlalu banyak di jodohkan dengan orang. Mungkin orang tuanya gerah juga melihat Jessica yang selalu sendiri. Setiap punya pacar. Pasti akhirnya putus juga. Selena juga risih melihatnya. Umurnya sudah 31 tahun. tapi kelakuan masih seperti remaja berumur 15 tahun. Suka berganti-ganti. Alasannya seribu. Bosan lah, terlalu posesif lah. Selena makin khawatir dibuatnya. Bagaimana kalau dia perawan sampai tua? Selena tidak menikah sih juga tidak apa-apa. Dia sudah punya Kasia ini. Nah Jessica?
“Jess, kamu kenapa sih? Mama kamu kan niatnya baik. Nyariin jodoh buat kamu.”
Jessica menghela nafas. “Iya. Aku tau. Tapi masalahnya mama tuh selalu milihin yang gak bener.” Selena mengerutkan kening. Tidak benar bagaimana? Pria terakhir yang di jodohkan dengan Jessica seingatnya cukup baik. Sangat sopan. Sangat menghargai wanita. Wajahnya juga lumayan. Pekerjaannya tidak usah di tanya lagi. Professor di Universitas Indonesia. Apa yang kurang?
“Aduh pokoknya bukan tipe-ku”
“mungkin aja kan yang kali ini tipe kamu? Emang tipe kamu gimana? Laki-laki yang terakhir juga lumayan. Ganteng, kaya, sopan lagi.” Jessica memutar mata bosan.
“Tapi pendek. Lebih pendek dari aku. Tingginya cuma se-dagu aku. tinggiku itu 168. Berarti dia Cuma 150 cm lebih kan?” Jessica menjawab sarkatis. Selena lupa satu hal ternyata. Ia mengingat memang benar pria itu terlalu pendek untuk jenisnya.
“Yaudah jadinya kita kemana nih? Aku harus ke kantor.”
“Ke stasiun aja deh. Mama ngancem bakal ngirim aku ke Korea soalnya kalau aku gak dateng.” Selena tertawa kemudian menggeleng. “Dasar labil!” Jessica haya mengerucutkan bibirnya sebal.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jessica mengerucutkan bibirnya. Ia sebal sekali. Apa-apaan pria ini? Baru perkenalan saja sudah datang terlambat. Ia akan bilang kepada orang tuanya bahwa ia menolak perjodohan ini. Ibunya sedari tadi mencubit pahanya. Sinyal untuk terus memasang senyum kepada sepasang suami istri yang Ia yakin orang tua dari pria yang akan di jodohkan dengannya. Jessica hanya memasang senyum di paksa. Sepertinya mereka sudah tahu kalau Jessica sudah bosan. Sang suami terus menelfon seseorang. Tentu saja putranya. Jessica sudah tidak tahan. Ia bosan. Perutnya juga lapar. Kenapa mereka tidak pesan makanan dulu sih? Kenapa mesti menunggu pria tidak tahu diri itu? Saat hendak mengutarakan keinginannya untuk pergi, pintu terbuka. Seorang laki-laki masuk dengan tergesa-gesa. Tampan. Tinggi semampai. Tipe-nya sekali. Jessica jatuh cinta pada pandangan pertama sepertinya. Ia kembali duduk nyaman. Memasang senyum terbaik.
“Maaf Ma, Pa. Tadi aku ada operasi mendadak. Om, tante dan-“
“Jessica” potong Jessica cepat. Masih memasang senyum sumringah tentu saja. Laki-laki itu duduk. Tepat dihadapan Jessica.
“Jadi ini yang namanya Alvin, Bram? Wah sudah besar ya?” Alvin hanya tersenyum sopan. Pak Brama tertawa mendengar komentar Pak Aryo. Mereka teman kecil. Sudah dewasa malah jadi teman bisnis. “Iya. Ganteng lagi. kamu nggak inget Om sama Tante? Kita pernah ketemu loh pas kamu masih kecil. Pernah ketemu Jessica juga kok.” Jessica memasang wajah bingung. Ia pernah bertemu dengan Laki-laki ini? Seingatnya tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is Our Story
Teen FictionSelena adalah seorang gadis remaja biasa. Cantik, pintar, dan sedikit lugu. Dirinya bukan gadis yang berasal dari keluarga kaya. Suatu ketika dia mendapati kenyataan bahwa dirinya mengandung anak dari musuhnya sendiri. bagaimanakah Selena harus meng...