CHAPTER 31

14.5K 545 5
                                    

Holaaaa...!! aku kembali... oke, pertama-tama aku mau minta maaf karena sudah lama banget nggak update. dan aku mau terima kasih sama readers yang mungkin masih menunggu lanjutan cerita ini. anyway, maaf kalau mengecewakan. Btw, enjoy guysss!

-----------------------------------------------------------------------------------------

Kasia hanya terdiam. Memperhatikan makan malam yang tersaji dihadapannya. Entahlah. Ia sama sekali tidak bersemangat untuk makan. Hanya mendengarkan para orang dewasa di meja itu berbicara. Entah mengenai pekerjaan atau yang lain. Aneh saja rasanya seperti ini. Pria paruh baya yang duduk di ujung meja makan ini ternyata adalah kakek kandungnya. Lalu kedua wanita yang duduk bersebrangan itu adalah neneknya. Kemudian wanita muda yang duduk disampingnya ini adalah tantenya. Ingin rasanya Kasia mengungkapkan hal itu. Tapi tidak bisa. Biarkan ‘ayah’ dan ibunya saja yang menanganinya. Ia tidak sanggup menahan beban lebih banyak lagi. Aldo memperhatikan putrinya yang sedari tadi diam. Tidak menyentuh makanan sama sekali. Pasti Kasia masih sedih tentang kejadian kemarin. Ini salahnya. Membuat gadis kecil itu terluka. Ia harus mengatakannya pada orang tua mereka. Mereka berhak tahu. Apa sekarang waktu yang tepat? Ah, tidak Ia harus menyeret Selena kemari. Bersama-sama mempertanggungjawabkan apa yang telah mereka perbuat.

            “Kasia, kamu kenapa? makanannya kok gak dimakan?” Gadis kecil tersentak. Memandang Adinda sesaat. Tersenyum kecil.

            “Gak apa-apa kok tante. Aku cuma mikirin besok aku ada ulangan tapi belum belajar.”

            “Oh ya ampun. Tapi kamu harus tetep makan dong.”

            “Iya tante...”

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

            TOK TOK

            Kasia membuka pintu kamarnya. Mendapati Aldo membawa sekotak pizza kesukaanya. Pria itu masuk. Mendudukan diri di tempat tidur Kasia. Gadis kecil itu hanya diam memperhatikan. “Hei! Kok bengong? Sini, duduk sini” Aldo menepuk-nepuk tempat didepannya. Kasia mengikuti. Aldo memberikan sepotong pizza pada gadis kecilnya itu.

            “Nih, Kasia makan. Tadi kan kamu makannya sedikit.”

            “....”

            “Hei! Ayo makan”

            “Pa...” Aldo mendongak. Memandang wajah putrinya itu sayang. “Ada apa sayang?”

            “Gak apa-apa kalau aku manggil Papa?” Aldo tersenyum. Mengangguk kemudian. “Nanti kalau nenek dan kakek tahu gimana?” Aldo menghela nafas. Membawa Kasia kedalam pelukannya. Gadis itu menurut. Menyenderkan kepalanya di dada kekar pria itu. Menikmati pelukan sosok yang tidak pernah Ia punya. Ayahnya. Ayah kandungnya. Kasia memejamkan mata. Aldo hanya diam saja. Menikmati momen sunyi yang mereka dapat. Mengecup kepala putrinya. Tersenyum. Ia harus memberitahukan tentang hal ini kepada keluarganya. Demi kebaikan Kasia. Demi putri kecilnya. Aldo menurunkan pandangannya. Kemudian tersenyum. Mengelus sayang kepala Kasia. Gadis itu sudah lelap dalam pelukannya. Mungkin dia lelah. Fisik dan psikologi. Aldo berusaha merebahkan tubuh gadis itu. Tidak bisa. Tangan gadis kecil itu melingkari pinggangnya dengan erat. Tidak apalah. Paling tidak untuk malam ini. Biarkan Kasia merasakan tidur dalam dekapan seorang ayah.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

            “Lena!!!!” Selena tersentak dari tidurnya. Merasakan ada sesosok tubuh yang menimpa dirinya. Menghela nafas. Melihat jam. Baru pukul 7 pagi. Ia baru tidur 3 jam. Dan sekarang Jessica berteriak seperti orang kemalingan di jam seperti ini? Ingin Selena sumpal mulutnya dengan kursi kalau bisa. “Apa sih Jess? Gak usah teriak-teriak gitu. Aku belum tuli.” Jessica mengangkat wajahnya. Memasang pose panik. Selena mengerutkan kening. Ada apa dengan sahabatnya ini? “Mamaku telefon barusan.”

            “Terus?”

            “Dia minta aku ke Jakarta. Mau ngadain acara makan malem buat ngebahas acara pertunangan aku dengan Alvin.”

            “Lalu?”

            “Aku nervous.”

            “Kenapa?”

          “Gak tau nervous aja. Aku takut kalau Alvin gak mau tunangan sama aku.”

            “Mas Alvin udah tau?”

            “Belum. Kamu tahu, semenjak tahu kalau Kasia itu keponakannya dia jarang ngomong sama aku. Aku rasa dia marah sama aku karena aku ngebohongin dia.”

            “...”

            “Len...”

            “Kamu kasih tau dia ya? Kamu ngomong sama dia ya? Please... kita udah harus ada di Jakarta jam 7 malem.” Selena menghela nafas. Semenjak kejadian malam itu 2 minggu yang lalu. Alvin bukan jarang berbicara pada Selena. Ia hampir tidak pernah berbicara dengannya. Hubungan mereka jadi canggung semenjak itu. Alvin selalu berangkat pagi-pagi sekali. Kemudian pulang larut malam. Mereka kadang hanya saling tersenyum memaksa saat berpapapasan. Dan sekarang Jessica Selena berbicara dengannya? Yang benar saja.

            “Len... pleaseee...” Jessica memasang wajah memelasnya. Selena mengangguk. “Iya nanti aku ngomong sama Mas Alvin.”

            “Yeaaayy! Lena the best.” Sahabatnya itu memeluknya girang. Beranjak dari kamarnya. “Oh iya, kamu juga harus ikut makan malem kali ini. sekalian ketemu Kasia di Jakarta. Inget ya Len, HARUS!” Selena tersenyum. Ia rindu pada putrinya itu. Sudah 2 minggu tidak bertemu. Rindu sekali rasanya. Setiap hari Ia pasti menelfon gadisnya itu. Dan Kasia selalu menyambutnya dengan semangat. Menceritakan hari-harinya dnegan ceria. Seolah tidak terjadi apa-apa. pasti rasanya sakit sekali. Ia harus menceritakan hal ini pada ibunya juga orang tua Aldo. Demi Kasia. Ia ingin melihat putrinya itu bahagia.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

TOK TOK

            “Masuk.”

            “Mas, aku ganggu gak?” Alvin mengalihkan pandangannya dari CT-SCAN sedari tadi di pelajarinya. Agak kaget juga melihat Selena muncul di ruangannya. Jujur saja. Ia sudah sangat jarang berbicara dengannya. Bukannya tidak mau, hanya saja bingung bagaimana harus memulai pembicaraan. “Duduk Len.” Selena mendudukkan diri  tepat dihadapannya. “Ada apa?”

            “Ini Mas. Tadi Jessica bilang kalau mamanya telfon. Katanya malem ini jam 7 Mas sama Jessica udah harus ada di Jakarta untuk acara makan malam. Buat membicaran acara pertunangan kalian.”

            “...”

            “Mas pasti dateng kan nanti?”

            “...” Selena berdehem. “Mas Alvin?”

            “...” Selena menghela nafas. Bangun dari duduknya. “Udah Mas, itu aja yang mau aku sampein ke Mas. Aku pergi dulu.”

       “Len..” Selena hendak menari gagang pintu saat Alvin memanggilnya. Pandangan pria itu sulit di artikan. Cukup lama juga menunggu pria itu mengeluarkan kata selanjutnya. “Aku mencintai kamu.” Dan wanita itu membeku.

This Is Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang