Haloooo.. author yang updatenya super lama kembali hehehe. Baru aja selesai uts jadi baru sempet update. anyway, maaf kalau pendek. Enjooyy guuyys! :)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kasia memperhatikan wajah ibunya yang tertidur lelap disampingnya. Sungguh cantik. Ibunya ini adalah idolanya nomor satu. Tidak ada yang bisa menandinginya. Sungguh. Bahkan model Victoria Secret pun kalah dengan cantik dengan wanita ini. Ia menyayanginya. Kasia dalam mood bahagianya 3 hari terakhir ini. Ibunya mengambil cuti selama 1 minggu. Menetap di Jakarta menemaninya. Banyak perubahan sejak kejadian makan malam itu. Kakek dan dua orang neneknya itu semakin memperhatikannya. Semakin memanjanya. Begitu pula dengan tantenya. Yang di maksud adalah tante Adinda. Bukan tante Jessnya. Omong-omong tentangnya, Ia jadi rindu pada wanita itu. Bagaimana ibu kedua untuknya. Selalu menjaganya. Lalu ayahnya juga semakin hari semakin memperhatikannya. sudah 3 hari terakhir Ia diantar sekolah oleh lelaki itu. Kemudia di jemput oleh ibunda tercinta. Rasanya seperti memiliki keluarga yang utuh. Yang sebelumnya tidak pernah Ia rasakan.
Selena mengerjapkan matanya. merasa ada yang memperhatikan. Benar saja. Putri cantiknya itu sedang memperhatikannya dengan kedua bola matanya yang indah itu. “Kamu kenapa ngeliatin mama gitu?” Kasia menggeleng. “Nggak apa, Cuma baru menyadari sesuatu kalau aku cantik begini ternyata bibitnya dari mama.” Selena tertawa. Ada-ada saja putrinya ini. “Eh, udah jam berapa sekarang? Cepet mandi. nanti terlambat.” Selena mengusap gemas rambut putrinya itu. “Oke bos!”
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Kasia! ayuk buruan! Kamu udah selesai belum sarapannya?” Aldo berseru dari teras rumah. Menyiapkan mobil untuk mengantar sang putri tercinta. “Iya Pa. Udah siap nih. Ma, aku berangkat ya!” Selena mengantar keberangkatan putrinya itu. bertukar pandang dengan Aldo sebentar. Mereka jarang berbicara. Hanya seperlunya saja. Jadi canggung lagi semenjak pertanyaan Aldo malam itu. Heran. Apa yang dipikirkannya saat itu? Selena memperhatikan mobil Aldo yang perlahan menjauh.
“Len!” Ibunya menegurnya dari belakang. Mengerutkan kening. Tumben sekali sudah rapih pagi-pagi begini. Ibu Ratna muncul kemudian. “Yuk! Udah siap?”
“Ibu sama tante mau kemana?”
“Ke supermarket. Ibu mau minta anterin kamu. Mau kan?” Selena mengangguk. “Tapi aku nggak ada mobil bu.”
“Pake mobil tante Len. Kuncinya ambil di meja rias tante ya di dalem.” Selena mengangguk.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selena hanya mengikuti 2 wanita paruh baya itu dari belakang dalam diam. membawa troli yang sudah berisi macam-macam. Sayur, buah, bumbu dapur. Apa lagi segala macam keperluan rumah tangga lah. Ibu Ratna dari dulu orangnya seperti itu. Meskipun memiliki pembantu tetap saja urusan belanja dia yang turun tangan. Sekalioun dulu saat Ia masih aktif menjadi fashion designer. Meskipun sibuk. Tetap saja menjadi ibu rumah tangga yang baik. Menjalankan kewajibannya. 2 wanita itu masih asik memilih entah apa itu saat Handphone Selena berdering. Daniel. Mau apa dia menelfon?
“Halo?”
“Lena, kamu lagi apa?” Selena mengerutkan kening. Tumben sekali. Penting ya dia bertanya begitu? “Pakaian kamu casual banget. Aku gak pernah liat kamu pake celana jeans dan T-shirt biru kayak gitu.” Selena tersentak. Pria ini paranormalkah?
“Kamu cenayang? Atau paranormal?” Daniel tertawa kecil. Selena memperhatikan sekeliling. Dia tidak melihat siapapun. “Di belakangmu. Di stand buah. Kaus merah.” Selena memutar palanya. Astaga. Lelaki ini memang memiliki sifat 4-D yang tidak bisa ditebak. Daniel berjalan menghampiranya. Pakaiannya cukup santai. Membawa troli yang isinya hampir sama dengan miliknya. “Kok kamu ada di Jakarta?”
“Sama kayak kamu. Ambil cuti. Annakku udah merengek pengen aku stay di rumah. Jadilah aku pulang ke Jakarta.” Selena mengangguk mengerti.
“Kamu sendirian belanja?” Selena menggeleng.
“Aku sama ibuku dan... temennya.”
“Ibumu mana?” Selena tersentak. Astaga. Kemana 2 orang wanita itu. benar-benar. “Duh, Dan aku duluan ya.” Wanita itu mendorong trolinya tergesa. Memutar kepala mencari kemana dua orang wanita paruh baya itu.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Ini di taro disini Tan?” Selena menaruh sekantung besar belanjaan mereka tadi. Ibu Ratna mengangguk. Ibunya sibuk membersihkan sayuran. Tidak enak juga kalau begini. “Tante sama Ibu mau masak apa? Boleh aku bantuin?” Ibu Ratih tersenyum. Mengangguk. Kemudian memberika instruksi pada putrinya itu. hampir setengah jam mereka berkelut di dapur. Memasak untuk makan malam keluarga. Selena mencuci perlengkapan yang kotor. Ibu Ratna yang sedang mengiris bawang memeprhatikan wanita itu. benar-benar sempuna. Akan cocok sekali bila bersanding dengan Aldo nanti. Ia yakin. Sepertinya putranya itu memiliki rasa pada wanita ini. dan ia juga yakin Selena pasti sama. Mereka hanya sangat mementingkan ego masing-masing. Tiidak juujur dengan diri mereka. beberapa kali Ia mendiskusikan ini dengan Ibu Ratih. Dan ternyata mereka sepemikiran. Andai saja kedua anak mereka itu bisa saling mengalah. Berani jujur satu sama lain. Mungkin sekarang mereka sudah hidup bahagia. Kasia juga... Hah...
“Tante? Tante kenapa ngeliatin aku gitu?”
“Len, tante boleh kasih saran sama kamu?” Wanita itu mengangguk.
“Mungkin saat ini kamu belum menyadari betapa pentingnya dia untuk kamu. Tapi tante yakin, nanti. Pasti kamu akan menyadarinya. Begitupun dengan dia.”
“Ehm... maksud tante?”
“Aldo. Kamu pasti ngerti apa maksud tante.”
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam. Selena masih asik berkutat dengan pikirannya. Duduk sendirian di mini bar. Menegak air putih. Memikirkan perkataan Ibu Ratna tadi siang. Maksunya apa? Ia tidak mengerti. Sungguh. “Hei!” suara Aldo mengagetkannya dari belakang. “Kok belum tidur?”
“Nggak bisa tidur.”
“Kenapa?”
“Bukan urusan kamu.” Aldo menghela nafas. “Len...” Aldo meraih tangan Selena. Wanita itu tersentak. Reflek menarik kembali. Aldo memaksa. Menggenggam tangan wanita itu. Selena menatapnya tajam. Memberi peringatan. Aldo melepaskannya. “Aku Cuma mau memperbaiki hubungan kita aja. Demi Kasia.” Lelaki itu beranjak. Hendak kembali ke kamarnya. Saat tiba-tiba wanita itu mengeluarkan suara. “Do, waktu itu... apa benar kalau kamu... perkataan kamu waktu itu.” Selena terbata. Tidak tahu juga kenapa ingin menanyakan hal itu. Ada yang mengganjal saja. Aldo kembali mendekat. Mereka duduk berhadapan. Memeprhatikan wajah wanita yang ada di depannya. Sungguh. Aldo ingin tenggelam dalam manik matanya. merengkuhnya dalam dekapan. Hatinya bertindak lebih cepat daripada logikanya. Perlahan diraihnya wajah sayu itu. Dia yang memulai. Mengecup bibir itu. Selena tidak tahu kenapa. Dia tidak menghindar. Memejamkan matanya. Terlarut dalam buaian pria ini. Pertama kalinya mereka berciuman dengan sadar seperti ini. Selena mengalungkan tangannya ke leher pria itu. Aldo melingkarkan tangannya ke pinggang ramping wanita itu. Bertahan beberapa menit. Selena kemudian mulai memberi jarak. Meminum air dalam gelasnya. Beranjak terlebih dahulu mengisi air putih dari dispenser. Aldo mendudukkan dirinya. Mereka terdiam. Sungguh. Tadi benar-benar di luar rencana. Selena pergi beranjak menuju kamarnya saat Aldo bersuara. “Aku mencintaimu Len.”
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is Our Story
Teen FictionSelena adalah seorang gadis remaja biasa. Cantik, pintar, dan sedikit lugu. Dirinya bukan gadis yang berasal dari keluarga kaya. Suatu ketika dia mendapati kenyataan bahwa dirinya mengandung anak dari musuhnya sendiri. bagaimanakah Selena harus meng...