CHAPTER 12

19.5K 757 12
                                    

Haloooo semuaaaa!! :)))  hari ini aku langsung update 2 chapter. chapter 12 & 13. soalnya beberapa minggu kedepan mungkin aku nggak bisa update.. thanks buat semuanya.. :D ;)

Enjoy Guyss.... !!

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sudah 15 menit mereka bertiga hanya duduk diam tanpa satu katapun. Hanya sesekali salah seorang dari mereka meneguk minuman. Mereka berada di Kafe dekat rumah sakit. Alvin terus memperhatikan Selena yang duduk di tepat di depannya, di samping Jessica. Ia bingung ingin memulai pembicaraan darimana. Beribu pertanyaan berada di kepalanya. Apa alasan Selena pergi? Sampai meninggalkan surat permintaan maaf segala. Memangnya Ia buat salah apa? lalu kenapa Selena bisa ada di kota ini? Kenapa pula Selena bisa kenal denga Jessica? Lalu kenapa Selena tadi ada di rumah sakit tempat Ia bekerja? begitu banyak pertanyaan yang Ia lontarkan.

            “Alvin, kamu kenal sama Lena?” Jessica memulai pembicaraan. Selena menatap Jessica. “Aku–“

            “Dulu waktu di Jakarta, Mas Alvin ini anak majikan ibuku.” Selena memotong. Jessica membulatkan matanya tidak percaya. “Hubungan kita cukup baik. Dan kamu tenang aja. Hubungan kita gak lebih dari sekedar temen dulu.”

            “Oke. Aku to the point  aja. Lena kenapa kamu tiba-tiba pergi tanpa alasan yang jelas? Tiba-tiba ngilang? Kasian ibu kamu. Penyakitnya sering banget drop sejak kepergian kamu.” Selena terkejut bukan main. Benarkah yang di katakan Alvin? Orang yang paling Ia sayangi dan hormati, Ibunya. Sakit karena dia? Astaga! Banyak sekali dosanya. “Terus terang aja. Aku sama papa, mama, dan Adinda udah hampir nyerah nyari kamu 11 tahun ini.” Alvin menatap rawut wajah Selena sebentar. “Lena.. please kamu jelasin semuanya sama aku. Sekarang.” Selena mengangkat wajah. Menatap Alvin dengan menahan tangis.

            “Ibu.. beneran sakit mas?” Alvin mengangguk. Satu tetesan cairan bening itu perlahan keluar dari mata Selena. “Makanya kamu ikut aku pulang yuk.” Alvin menangkup tangan Selena yang berada di meja. Jessica membulatkan matanya. Terkejut. Selena sudah menangis sesegukan sekarang. Dia benar-benar anak kurang ajar. Bagaimana bisa selama 11 tahun ini dia hidup bahagia dengan putrinya, tapi lupa dengan ibunya?

            “Trus tadi kenapa kamu ada di rumah sakit? Kamu sakit apa Len?” Dua orang wanita itu tersentak. Bagaimana menjelaskannya?

            “Anak aku kecelakaan mas..” Jessica memasang wajah terkejut. Alvin apalagi. Anak? Kapan Selena menikah?

            “A-a-apa? a-anak? Kamu?” Selena mengangguk.

            “Kapan kamu menikah?” Selena menarik nafas dalam-dalam. Bagaimana mengatakannya? Apa Ia katakan saja tentang kejadian malam itu? kejadian yang melibatkan dirinya dan Aldo? Apa yang harus Ia katakan?

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

            “Apa?! jadi kamu di perkosa?!” Alvin meninggikan nada suaranya. Ia marah. Ia tidak rela. Wanita yang selama ini Ia anggap sebagai adiknya di perlakukan sekeji itu. Jessica memasang wajah heran. Yang Selena ceritakan pada Alvin beda dengan yang diceritakan kepadanya. Ia harus minta penjelasan nanti.

            “Dan kamu gak lapor polisi?” Selena menggeleng. Untuk apa? toh kejadian sebenarnya tidak seperti itu. Aldo tidak memaksanya. Mereka melakukan dalam pengaruh alkohol. Dalam hal ini, mereka berdua yang salah.

            “Kenapa kamu gak cerita sama kami? Jadi ini sebabnya kamu kabur dari rumah?” Selena mengangguk. Aldo memegang bahu Selena. Menatap wajah Selena yang menunduk. Jessica tau pancaran mata itu bukan di tujukan untuk seorang adik dari kakaknya. Itu pancaran mata kasihan. Pancaran rasa ingin melindungi. Ingin mengasihi. Pancaran bola mata yang menunjukkan rasa cinta. Apa jangan-jangan Alvin menyukai Selena? Apa sebenarnya mereka terikat hubungan di masa lalu? Jessica menepis semua pikiran itu dari otaknya.

            Aldo menghela nafas. Bangun dari posisinya semula –duduk berlutut di depan Selena–.

            “Yaudah yuk.. kita ke ruang rawat anak kamu. Tadi udah di pindah ke kamar rawat VIP kan?” Aldo menatap Jessica. Jessica mengangguk mengiyakan. Aldo mengambil posisi di samping Selena. Meyampirkan lengannya nyama di bahu wanita itu. Selena terkejut. Matanya menatap Jessica tidak enak. Jessica hanya terseyum di paksakan. Ia benar-benar harus minta penjelasan pada Selena. Nanti, setelah Alvin pergi tentunya.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

            “Nanti aku kesini lagi. kamu pikirin baik-baik tawaran aku tadi. Aku gak bakal ngomong sama mama atau papa atau ibu kamu. Aku akan tunggu kamu siap hadapin mereka. Aku harap kamu ambil keputusan yang tepat.”

BUK

            Aldo menutup pintu ruangan itu. Untung Kasia tidak bangun. Pengaruh obat bius memang kuat ternyata. Selena duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Jessica ikut duduk di sampingnya.

            “Len.. jelasin semuanya ke aku. Kenapa cerita kamu ke aku beda dengan cerita kamu ke Alvin? Mana yang bener?” Selena menghela nafas. Ia sudah tahu pasti Jessica akan menanyakan hal ini.

            “Yang aku ceritain ke kamu itu adalah hal yang sebenernya Jess.. Itu yang benar-benar terjadi.” Jessica diam. Menunggu Selena melanjutkan penjelasannya. “Aku gak nyeritain yang sebenarnya ke Alvin karena–“ Ia diam sebentar. Jessica semakin penasaran. “Karena apa Len?”

            “Karena ayahnya Kasia itu adiknya Alvin” Jessica membulatkan matanya. Terkejut bukan main. Alvin memang punya adik. Kalau tidak salah namanya Aldo. Ia dengar dari ibunya. Selena tidak pernah menyebutkan siapa nama ayah Kasia. Saat di tanya Ia bilang cukup dirinya yang tahu. Dan sekarang? Apa benar Aldo yang itu?
            “M-m-maksud kamu Aldo Bramawijaya?” Selena mengangguk. Jessica merasakan otot tubuhnya melemas sekarang.

            “Maka dari itu aku tadi shock ngeliat Mas Alvin ada disini. Aku bener-bener gak mau kalau sampai Kasia ketemu Aldo. Dan semuanya kebongkar.”

            “Len.. kamu gak bercanda kan?” Jessica masih belum yakin dengan apa yang di dengarnya.

            “Buat apa aku bercanda untuk hal kayak gini Jess..”

            “Trus, sekarang kamu mau gimana?” Selena diam sejenak. Berpikir.

            “Aku tetep harus nemuin ibu aku. Aku harus tahu keadaan dia gimana sekarang. Dan aku bakal minta mas Alvin untuk ngerahasiain masalah Kasia.”

            “Kamu gak bisa ngelakuin itu Len.” Selena memandang Jessica tidak mengerti. “Kamu gak bisa selamanya ngerahasian ini. Mau gimana pun kamu nyembunyiin masalah ini cepet atau lambat Ibu, kakak kamu, Aldo, dan Alvin pasti akan tahu,”

            “Tapi Jess.. aku takut.” Cairan bening itu mulai mengalir di pipi Selena. “Aku takut kalau mereka gak bisa nerima Kasia. Aku takut kalau Aldo gak mau mengakui Kasia. Aku..” Jessica merangkul sahabatnya itu.

            “Len.. denger. Apapun yang terjadi Aldo tetap ayah kandung Kasia. Gak ada yang bisa ngerubah. Dan gak ada yang bisa memungkiri kalau di dalam tubuh Kasia mengalir darah Aldo.” Selena memalingkan wajahnya ke arah Kasia. Melihat bagaimana wajah putrinya itu sedang tertidur lelap. Damai. Ia menghela nafas keras-keras.

            “Aku akan bilang sama mereka.” Jessica terseyum lembut “Tapi nanti. Setelah aku pastiin bahwa mereka semua bisa nerima Kasia.” Jessica terseyum lebar. Menepuk-nepuk bahu Selena. Mereka berdua tertawa. Entah karena apa. “Jess..” Selena memanggil.

            “Hmm..?”

            “Kamu gak cemburu kan tadi?” Jessica memasang wajah bingung. “Waktu Mas Alvin gandeng aku..”

            “oh... dikit sih. Tapi tenang aja. Aku gak bakal cemburu lagi lain kali.” mereka tergelak kemudian.

This Is Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang