CHAPTER 34

17.1K 621 7
                                    

TOK TOK TOK

            “Iya tunggu sebentar!” Jessica berjalan lemas menuju pintu depan rumahnya. Tidak sabaran sekali. Tidak tahu apa kalau matanya belum terbuka sepenuhnya. Lagian siapa sih yang pagi-pagi buta begini sudah berkunjung ke rumah orang? Awas saja, akan dia maki nanti. “Ada ap– Lena?! Kok udah pulang?” Selena tidak menjawab pertanyaan sahabatnya itu. Bergegas masuk ke dalam. Mengunci diri di dalam kamar. Alvin memperhatikan dengan bingung. “Jess bukannya Lena ambil cuti? baru pulang minggu depan?” Jessica mengangguk. “Kok dia udah pulang sekarang?” Wanita itu menggeleng. Tidak tahu. Selena mendudukkan dirinya di tempat tidur. Masih terbayang-bayang kejadian tadi malam. Ia tidak akan bisa bertatap muka dengan Aldo. Pukul 4 pagi Ia sudah kabur dari Jakarta. Naik kereta apapun yang menuju Jogjakarta. Hanya meninggalkan sepucuk surat untuk gadis kecilnya. Beralasan kalau ada tugas mendadak dari kantor. Alasan yang sama Ia pakai untuk kirim pesan singkat dengan kakaknya. Semoga mereka tidak curiga.

            Jessica mengetuk pelan kamar Selena. Wanita itu belum keluar dari kamarnya dari 2 jam yang lalu. Membuatnya khawatir saja. “Len, kamu nggak apa-apa?” Tidak ada jawaban. “Lena?”

CKLEK

            Jessica tersenyum melihat sahabatnya itu. “Jess...” menatapnya sayu.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

            Jessica tercengang. Hampir tidak bisa menutup mulutnya. Tidak tahu harus berkata apa juga. Ingin menggetok kepala Selena juga sebenarnya. Sudah jelas seperti itu. Masih menyangkal kalau memiliki perasaan dengan ayah biologis Kasia itu. Seperti anak remaja saja. “Trus kamu bilang apa?”

            “Aku nggak bilang apa-apa.”

            “Hah?”

            “Langsung kabur ke atas. Nge-pack baju trus ke stasiun.” Jessica ingin memukulnya dengan panci kalau bisa.

            “Len...”

            “Apa?”

            “Dia nyium kamu trus nyatain cintanya sama kamu dan kamu... nggak bilang apa-apa?” Selena mengangguk. PLAKK

            “Aw! Kenapa mukul aku sih Jess?”

            “Kamu tuh idiot atau apa sih?” Selena mengerutkan kening. “Demi Tuhan Lena! Dia cinta sama kamu? Apa lagi yang mesti kamu ragukan? Menikahlah dengan dia. Hidup bahagia selamanya dengan dia dan Kasia!”

            “Nggak bisa Jess...”

            “Kenapa nggak bisa?”

            “Karena aku nggak mencintai dia.” PLAKK

            “Jessica!”

            “Kamu harus jujur sama diri kamu Len. Kamu nggak bisa terus menyangkal.”

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

            “Pa... mama kok kemaren buru-buru pulang ke Jogja sih? Pagi-pagi buta lagi. Katanya mama cuti seminggu?” Aldo tersentak. Melirik putrinya yang duduk di kursi penumpang disampingnya. Menaikkan bahu. Bersikap pura-pura tidak tahu sajalah. Padahal Ia tahu persis. Selena buru-buru kabur ke Jogja pasti karena tidak ingin bertatap muka dengan dirinya sejak kejadian waktu itu. Benar-benar di luar kendali. Seperti ada magnet  saja. Tiidak dapat menahan. Kalau dipikir-pikir kenapa wanita itu mau saja yang Ia perlakukan seperti itu? Jangan-jangan perasaannya bersambut? Aldo tersenyum kecil. “Pa? Kok senyum-senyum sendiri? Nggak kesambet kan?” Aldo tertawa. Ada-ada saja Kasia ini. Mengusap gemas rambut putrinya itu. “Ah, Papa nanti berantakan.”

This Is Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang