CHAPTER 18

18.2K 617 5
                                    

“Len, udah dapet apartemennya?” Adinda bertanya pada adiknya itu tepat saat Selena baru menarik kursi meja makan itu.

            “Belum mba. Tapi aku udah dapet sekolahan buat Kasia. Besok aku mau ke Jogja dulu. Ngurus surat pindahnya dia. Sekalian beres-beres barangku di kantor. Ada beberapa yang ketinggalan.” Adinda mengangguk. “Trus rencana kamu kapan mau nyari lagi? Ah, apa mba aja ya yang cari?”

            “Terserah mba aja sih. Nanti kalau  sudah dapat mba kasih tau aja sama aku.”” Adinda mengangguk mengerti-lagi-.

            “Mama mau ke Jogja lagi besok?” Kasia menginterupsi.

           “Iya sayang. Ngurus kepindahan kamu. Gak lama kok. Lusa mama udah pulang.” Kasia cemberut.

            “Jangan cemberut sayang. Kan ada nenek. Ada tente Dinda juga. Ada nenek Ratna juga kan?” Ibu Ratih yang merasa perubahan raut wajah cucu-nya itu membujuk. Tapi tetap saja tidak berhasil. Selena sudah akan berbicara, saat Aldo mendahuluinya.

       “Kasia jangan cemberut dong. Besok kita pergi ke dufan mau nggak? Sama om. Nanti kita main Roller Coaster disana.” Raut wajah Kasia perlahan berubah. Matanya berbinar. Ia belum pernah ke dufan. Ini saja kali pertama kali menjejakan kaki di Jakarta. Kesempatan.

            “Bener ya om? Janji?” Gadis itu menunjukkan jari kelingkingnya. Aldo tersenyum kemudian menyambutnya. Mengikat janji dengan putrinya ini. Selena tersenyum kecil.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

            “Bisa banget sih ngebujuknya?” Aldo tersenyum. Meyeruput kopi panas di tangannya. Sudah larut. Tapi entah mengapa dua orang ini belum juga terlelap. Tadinya hanya Selena saja yang duduk di samping balkon. Menikmati pemandangan malam. Lalu Aldo menyusul. Tidak bisa tidur katanya. Seperti inilah jadinya.

            “Iyalah bisa. Aku kan bapaknya.” Selena mendelik. Tersenyum kecil. Menyeruput coklat hangatnya.

            “Len..”

            “Hm..”

            “Gak jadi deh.”

            “Labil dasar.” Mereka tersenyum.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

            “Eh, Lena? Kamu kok disini?” Selena tersenyum. Alvin sedikit memiringkan badannya. Mempersilahkan wanita itu masuk. Baru akan duduk saat Jessica berhambur turun dari tangga. Menubruk Selena dengan pelukannya.

            “Lena! Akhirnya kamu balik! Kangen.” Selena mengusap punggung Jessica. Ia juga rindu pada sahabatnya itu.

            “Udah. Lena-nya jangan dipeluk gitu. Kasian kehabisan nafas dia.” Alvin menginterupsi.

            “Apaan sih kamu? Udah berangkat kerja sana.” Selena terkikik. Tuh kan benar. Mereka ini cocok. Sudah seperti suami istri. Dari cara bertengkarnya saja sudah kelihatan.

            Selena mendudukkan dirinya di sofa. Diikuti Jessica lalu Alvin. Baru akan bicara saat Alvin menyela.

            “Ada apa Len? Kok balik lagi? Kasia mana?”

            “Aku cuma mau ngurus surat kepindahan Kasia. Ngurus SP, tinggal nunggu surat konfirmasi kepindahan sih, sekalian ngambil beberapa barang dikantor ada yang tertinggal. Kasia di Jakarta. Sama neneknya.” Alvin mengangguk mengerti. “Yaudah deh. Aku jalan ya.. Bye Len.”

This Is Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang