CHAPTER 27

15.8K 596 24
                                    

Jessica membuka pintu kamar gadis itu. untung saja dia punya cadangan kuncinya. Bisa gawat kalau Kasia benar-benar tidak keluar sampai besok pagi. Kamar gadis itu gelap. Masih terdengar isakan kecil dari gadis kecil itu. Jessica bisa melihat gundukan selimut yang Ia yakin adalah Kasia. Jessica menyalakan lampu kamar. Kemudian duduk di sisi kanan tempat tidur itu. mencoba membuka selimut yang di tahan oleh tangan gadis itu. “Kasia...” Gadi itu tidak merespon. Mengeratkan pegangannya pada selimut. Masih berusaha menutup dirinya. “Kasia jangan gini dong sama tante.” Gadis kecil itu berbalik. Membuka selimutnya. Menatap Jessica dengan mata sembabnya. Jessica ingin menangis sekarang. Membawa Kasia dalam pelukannya. Tangis gadis itu pecah lagi. “Tan.. te.. mama nggak.. sayang ya sama.. aku??” Kasia menangis terseguk.

            “Kok kamu ngomong gitu?”

         “Mama... nggak pernah bilang... kalau.. om Aldo.. itu Papa aku. Mama bilang Papa... udah meninggal.”

            “Mama kamu punya alasan sayang...”

            “Tapi kenapa... mama bohongin.. aku?”

            “Mama kamu nggak bohongin kamu. Mama kamu cuma belum tau waktu yang tepat untuk menjelaskan ke kamu sayang.” Tangis gadis itu semakin menjadi. Bagaimana Jessica harus menjelaskannya? Apa Kasia mengerti nanti apa maksudnya? Ia yakin tidak. Harus bagaimana menjelaskannya? “Mama sama Om Aldo nggak menikah kan? Apa aku anak diluar nikah?” Mata Jessica melebar. Astaga! Bagaimana anak sekecil ini tau apa yang baru saja dia ucapkan? “Om Aldo sama mama sebenernya nggak menginginkan aku kan? Iya kan tante Jess? Aku bener kan?” Kasia semakin jadi menangis. Jessica mengeratkan pelukannya. Mulutnya terbuka lebar. Kemudian menutup lagi. Tidak tahu harus bagaimana menjelaskan. Yang benar saja Kasia ini. Mana mungkin Selena tidak menginginkannya.

            “Kasia...  Hei, dengerin tante sayang. Tentu mama kamu dan om Aldo mengininkan kamu sayang. Mereka sayang sama kamu. Buktinya kamu masih bisa ketemu dengan mama kamu dan om Aldo kan? Mereka nggak mungkin meninggalkan kamu.” Jessica memandang kedua bola mata gadis itu. Menghapus air mata dipipinya.

           “Trus kenapa mama nggak ngasih tahu aku kalau papaku itu Om Aldo?” Jessica berdehem.

         “Gini sayang... ada beberapa hal yang hanya dimengerti oleh orang dewasa. Dan tidak dimengerti oleh anak seusia kamu. Nanti, kalau kamu sudah dewasa kamu akan mengerti apa yang tante bilang sama kamu. Sekarang yang harus kamu ingat adalah mama kamu dan Om Aldo atau papa kamu, sangat menyayangi kamu. Mereka nggak akan pernah ninggalin kamu dan mereka sangat menginginkan kamu. Kamu adalah harta mereka. Mereka tidak akan sekalipun bermaksud melukai kamu. Kamu adalah jiwa mereka. Kamu ngerti sayang?” Kasia menatap Jessica. Air matanya semakin deras keluar. Ia tidak tahu harus percaya dengan perkataan Jessica atau tidak. Tapi Ia yakin. Sepertinya memang itulah yang harus Ia percayai. Lagipula, sekarang Ia sudah tahu kalau Ia masih mempunyai ayah. Ia harus meyakini itu ibunya menginginkannya. Dan om Aldo atau... ayahnya pasti juga menginginkannya. Iya. Ia harus percaya dengan hal itu.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

            Alvin tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Rasanya ingin tertawa saja. Benar. Sungguh tidak masuk akal. Baru saja adiknya itu menceritakan hal yang benar-benar di luar dugaanya. Ia adalah seorang dokter spesialis bedah jantung. Sepertinya Ia merasakan sekarang bagaimana perasaan seseorang saat terkena serangan jantung. Tidak hanya itu, Ia merasa sekarang seperti terkena badai topan tsunami. Terkejut, sakit, dan tidak percaya. Terkejut karena bisa-bisanya hal ini terjadi pada keluarganya. Adiknya. Sakit, Ia tidak  bisa memungkiri bahwa Ia menyukai wanita itu. Wanita yang ternyata memiliki seorang anak dari adik laki-lakinya. Tidak percaya dengan semua ini. Berharap semua ini tidak nyata. Astaga!

        “Kalian... Ya Tuhan! Kenapa baru kalian memberi tahu aku sekarang?!”

            “Kami–“

           “Dan Lena... demi apapun kenapa kamu dari awal nggak jujur sama aku. Ya Tuhan...”

            “Maafin aku Mas, aku–“

          “Stop! Jangan ada yang ngomong lagi. Sekarang kita harus mikirin gimana cara memberi tahu sama ibu dan kakakmu. Dan juga orang tua kita Do. Kita diskusiin hal ini besok aja. Aku sudah cukup shock dengan hal ini. Pasti mereka lebih shock lagi. dan lagi Kasia... kita harus ngomong tentang hal ini dengan dia dulu.” Selena mengangguk setuju. Aldo berdiri. Mendahului pergi dari tempat itu. Alvin beranjak kemudian. Berjalan dengan lemas. Selena memperhatikan punggung pria itu. Ia merasa bersalah sekali. Alvin bagai kakak untuknya. Sungguh Ia tidak enak hati jadinya.

           “Mas Alvin...” Pria itu membalikkan badan. Menunggu Selena yang berjalan 5 langkah menghampirinya. “Maaf Mas... aku benar-benar minta maaf. Aku nggak ada maksud untuk menjadi seperti ini.”

           “Aku nggak marah Len. Shock? Yah... bisa di bilang begitu.” Pria itu tersenyum tipis. Kemudian lanjut berjalan. Beberapa langkah hingga Selena sanggup menyamainya. Masih memperhatikan rawut wajah lelaki itu. “Mas Alvin bohong. Mas sungguh, aku–“

        “Aku suka kamu Len!” Pria itu membalik wajahnya. Menghadap mata Selena. Saling memandang. Selena terkejut bukan main. Astaga! Kenapa Tuhan tega sekali memberinya hukuman dalam satu waktu? Sebanyak itukah dosanya hingga Tuhan menyiksanya seperti ini? Menguabrak abrik perasaannya. Membuat jantungnya memompa lebih cepat. Membuatnya terkejut dalam waktu yang sama. Tidak pernah terpikir dalam hidupnya Alvin akan menyukai. Membayangkan saja tidak pernah. Harus bagaimana dia sekarang? Alvin itu calon tunangan sahabatnya. Bukan hanya seorang sahabat. Ia sudah menganggap Jessica sebagai keluarganya. Dan wanita itu sangat menyukai Alvin. Terlihat jelas sekali bagi Selena saat mata Jessica selalu berbinar saat menceritakan tentang Alvin. Apa yang harus Ia lakukan sekarang? Dan Alvin adalah kakak dari pria yang berstatus sebagai ayah biologis dari putrinya. Astaga! Alvin membalikkan badannya. Melangkah pergi, meninggalkan Selena yangg masihh terdiam membeku. Keduanya tidak menyadari ada seseorang yang memperhatikan mereka sedari tadi. Menguping semua pembicaraan mereka. Nafasnya tertahan menahan amarah. Tangan Aldo mengepal hinggal memerah. Ingin melayangkan tinjunya kepada sang kakak.

This Is Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang