-18- Aku dan Dirimu

42.7K 2K 260
                                    

Nauval POV

Aku tidak habis pikir kalau isteriku bisa berbuat hal semacam ini. Aku gagal. Dini kecewa padaku. Dini murka padaku. Lantai dapur penuh dengan darah yang keluar dari telapak kaki ku dan juga Andini. Tidak ku hiraukan pecahan beling yang mungkin tertancap begitu dalam di kaki ku. Kupeluk Andini yang terisak lemah di dadaku. Hatiku sakit.. kutangkup wajahnya yang tidak ingin melihat ke arah ku.

"Dinii.. din" panggilku lemah

"Dini.... lihat kesini" pinta ku. Tapi sayang, Dini seperti tidak memperdulikanku. Tangisan Dini telah berhenti, tergantikan dengan tatapan kosong nya padaku. Kusatukan dahi kami berdua. Memanggil namanya tapi isteriku masih saja diam.

"Aku mau pulang" akhirnya satu kata terucap dari bibir merah Andini dengan gemetar

"Kemana? Kan kita lagi dirumah" tanyaku lembut padanya sambil membetulkan rambutnya yang berantakan dan keluar dari kerudungnya.

Dini menggeleng "Aku mau pulang" ucap nya lagi sambil menyeka mata dan hidungnya. Setelah itu Dini mendorongku, lalu berdiri dan berjalan seperti biasa.

"Din!" Teriak ku padanya. Aku marah, karena Andini seperti tidak perduli dengan keadaan kakinya. Dini melihatku dengan datar lalu setelah itu ia duduk di kursi makan. Memangku kakinya lalu mencabut sendiri beling yang ada dikakinya. Ku tarik tangan nya dan membersihkan pecahan kecil beling yang tertancap di kakinya

"Kita ke dokte yuk" ajakku sambil menatap nya lembut.

"Mas saja... kaki mas kan yang sakit" jawab nya tak perduli

"Lho..kok gitu, yang sakit kan kaki mu, jangan perdulikam aku".jawabku sambil mencabut pelan beling nya

"Bukan" jawab Dini datar. Kudonggakkam kepalaku, melihat matanya yang masih saja menatapku dengan kosong.

"Bukan kaki ku yang sakit mas.."

"Tapi.. hatiku" sambung nya yang seketika membuatku terpojok.

"Din... Aku.. aku bisa jelaskan. Setidaknya biarkan aku yang sakit, kamu gak perlu. Biarkan aku aja"

"Apa arti pernikahan kita mas?" Tanya nya

"Apa arti pernikahan kita kalau mas sendiri belum bisa terbuka sama aku? Kita ini menikah bukan cuma untuk berbagi senang. Tapi untuk berbagi duka juga! Bukan cuma mas yang cari nafkah terus aku yang mengolahnya. Bukan mas.. aku ini isteri mu.." ucap Andini sambil menepuk dadanya.

"Pernikahan kita ini belum genap setahun mas, lucu saja kalo sudah bercerai" ucap Dini yang tiba-tiba membuat darahku mendidih. Apa maksud nya bercerai? Tidak! Jangan cuma karena hal se sepele ini dia langsung meminta pisah dariku. Aku rela di keluarkan dari satuan korps ku, asalkan Dini tidak meninggalkanku.

"Dinn... kamu ngomong apa?? Maksudmu apa??"

"Dini yang mana mas? Andini atau Sedini!?" Sahut nya lemah padaku..

"Andini.. cuma Andini! Kamu dengerin dulu.."

"Dengerin apa? Aku selama ini diam bukan nya aku gak tau! Aku tau kalo mas dulu itu mantan nya kan! Dia mantan pacar mas kan" ucap isteriku sambil menghapus airmatanya. Sumpah demi Allah aku paling benci melihat wanita menangis di depan ku. Terlebih lagi wanita itu adalah isteriku.

Dan apa lagi ini? Andini membuat kesimpulan sendiri. Siapa yang pernah pacaran dengan Sedini? Sedini saja menolak ku, apanya yang mantan!? Tanpa membalas peryataan Andini tadi kuambil obat merah di dalam kotak P3K, kapas lalu kain kasa.

Mengambil air hangat di dispenser yang kutaru di baskom kecil lalu mengambil kapas. Ku usap ke luka isteriku perlahan.

"Beling ini bahaya.. kamu bisa kena tetanus" ujarku padanya. Aku tau Andini pasti merasa kesakitan, tapi sengaja ia tahan agar terlihat kuat dimataku.

Menikah denganmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang