Sayah mau tanya, seberapa sukanya kalian sama novel abal-abal sayah ini?Nauval POV
Andini marah besar. Aku tau itu, sudah berhari-hari ia mendiamkan ku bahkan tidak pernah memasak lagi. Karena kesadaran akan kesalahan ku, aku juga memberikan dia waktu untuk berpikir, kadang aku ajak dia ngobrol tapi yang ada. Aku seperti orang gila perampatan yang berbicara sendiri karena Andini pergi begitu saja saat aku ingin berbicara.
Sudah beberapa hari juga aku selalu berangkat ke kantor dengan menumpang pada Pras. Untung saja Pras tidak secerewet biasanya, diawal-awal menumpang padanya dia cuma menanyakan kenapa motor matic kesayangan ku itu tidak dipakai. Lalu kubilang saja kalau motorku itu rusak. Padahal, kunci motor ku selama ini ada di tangan Andini. Entahlah dia simpan dimana. Setelah insiden tilang-menilang itu Andini seakan-akan hilang bak di telan bumi. Dia keluar hanya saat ingin buang air kecil atau mandi.
Setiap jam makan siang, aku selalu pulang dengan angkutan umum. Mau itu bis kota atau pun ojek sekali pun. Aku juga tidak enak kalau setiap jam makan siang selalu menumpang pada Pras, jadi aku memilih menaiki angkutan umum saja. Pernah suatu hari aku ditertawakan seorang mahasiswa saat aku ingin menaiki angkot, tapi aku bawa santai saja. Karena tujuan ku naik angkot itu untuk pulang makan siang bersama isteriku, walaupun Andini tidak pernah memasak lagi.. aku akan terus berusaha pulang. Setidak nya sebelum sampai ke rumah aku selalu membelikan nya nasi bungkus.
Kadang saat sampai di rumah aku selalu melihat Andini yang sedang memakan mie instan di depan tivi. Kubiarkan saja, walaupun hatiku ini lumayan greget karena mengingat nasi bungkus yang selalu kubeli akhirnya tidak dimakan lagi. Kalau sudah begitu, nasi bungkus akan ku taruh di dalam kulkas untuk nanti kumakan malam harinya. Setelah makan siang, aku segera pergi bersiap-siap lagi. Biasanya setelah makan aku dan Andini suka bercerita apapun itu di depan tivi. Tapi tidak lagi sekarang, rasanya hidupku sama saja seperti saat masih bujangan. Andini seperti sangat jauh kugapai.
Setelah bersiap, aku mulai berjalan kaki sampai ke pintu gerbang komplek dan menunggu angkutan umum untuk membawaku ke Polda. Ingin aku tanya dimana letak kunci motorku. Tapi ah sudahlah. Aku bisa apa? Ini semua juga salahku. Andaikan saja, Nata tidak gelendotan di dekatku. Dini juga mungkin tidak akan semarah ini, andaikan saja aku mengantarnya ke pasar sehari sebelum ada swiping, Dini pasti tidak akan ke pasar hari itu. Nasi sudah menjadi bubur.
Setidaknya jika tidak ada rasa cintapun. Andini juga pasti akan marah, karena aku adalah suaminya. Begitu juga saat aku begitu marah saat masalalu Andini tidak sengaja ku ketahui.
Hari ini Pras tidak bisa menjemputku karena ada tugas swiping yang harus ia lakukan. Jadi hari ini aku akan pergi ke Polda dengan Nata, yah mau bagaimana lagi, kalau aku pergi mengunakan angkutan umum bisa-bisa aku terlambat dan bakalan kenak dempratan pak Sanusi di Apel pagi, jadi ya sudahlah kuterima saja ajakan nya. Tadi pagi setelah sholat shubuh kulihat Andini menaruh baju dinas ku yang sudah di setrikan nya di atas kursi plastik. Jadi mau tak mau kupakai saja perlengkapan kepolisian ku di ruang tivi. Syukur-syukur bajuku masih di setrikain. Biasanya aku memulai pagi hari dengan memakan sarapan yabg dibuat Dini. Entah itu pisgor, nasgor, ataupun batagor yang ia bikin asal-asalan, walaupun asal-asalan rasanya tetap enak dan kadang masih kurang untukku. Biasanya tenggorokan ku ini sudah licin karena teh buatan isteriku yang pas. Betapa menyedihkan nya hidupku..
Sesampai nya di Polda aku disibukkan dengan berbagai macam laporan pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh kaula muda. Yah biasa, remaja-remaja akhil baligh begini memang srlalu jadi incaran bagi para polantas seperti kami. Kebut-kebutan, ugal-ugalan, motor yang dipreteli sampai kayak tengkorak, bergoncengan tiga orang, sampai-sampai ada yang berboncengan sebanyak lima orang. Umur produktif seperti itu seperti nya memiliki nyawa yang cukup banyak, mengingat pelanggaran yang mereka lakukan bisa membahayakan diri mereka dan mendekatkan mereka pada maut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah denganmu
RomanceJodoh? Cinta? Dua kepala yang di satukan dalam ikatan pernikahan. Berkisah tentang cerita kehidupan pernikahan seorang Perwira Polisi bernama Muhammad Nauval Purno dan seorang mantan pegawai perpustakaan provinsi bernama Andini Mahesa. Bagaimanakah...