Gio's POV
Ini merupakan hari yang sangat menyenangkan, dimana semua orang gak perlu repot-repot untuk pergi kerja. Yap, hari Minggu! Setelah seminggu gue masuk kesekolah baru, cukup seru. Kalian tau kan Rio, temen sebangku gue. Anaknya lumayan asik, tapi dia cerewet. Dan kalo kalian pengen tau gimana wajah Rio..
Asal kalian tau, sohib baru gue itu ganteng. Eh jangan salah, gue bukan homo kok! Gue normal sumpah! Ya ya emang aneh kalo cowok bilang cowok lain ganteng. Tapi itu kenyataan, dia ganteng. Oke udah, ntar dia malah geeran lagi.
Ting nong ting nong
"Gio, buka pintunya nak!"
"Eh, iya ma iya"
Lah siapa sih yang dateng pagi-pagi gini.
"Hai.." ucap makhluk yang didepan gue ini
Oiya ini yang dateng si Rio, gue lupa kalo hari ini gue yang ngajakin dia kerumah buat main PS.
"Eh, lo. Gue aja lupa kalo hari ini kita bakal main. Hahaha.."
"Lo kan udah tua, wajar aja. Terus kita main Psnya di luar nih?" ucapnya sarkastik
"Haha, ayo masuk yo. Langsung ke atas aja. Kamar gue yang kedua, gue ambil minum dulu."
"Yoi"
===
Author's POV
Mereka berdua –Gio dan Rio- sedang asik bermain. Ralat, sepertinya hanya Rio yang sangat serius.
"Eh Gi, kemarin dikelas lo liat gak cewek yang dipojokan itu, yang pake cardigan pink itu loh. Kita kan pernah nabrak dia dideket perpus." Tanya Rio yang telah meninggalkan stik Psnya.
"Hm" jawab Gio acuh
"Ah, menurut lo dia cantik gak? Namanya Gia, Fergia Astalla Salsabilla. Lo tau? Gue kaget pas denger nama lo yang hampir sama dengan Gia. Haha, gue kira kalian jodoh loh."
Gio menatap Rio sengit. "Apaan sih lo jodoh-jodoh. Itu kan cuma kebetulan. Eh lo bilang apa tadi? Cantik? Lo naksir?"
"Menurut LO?" balas Rio
"Haha, yaudah deketin aja. Emang lo gak punya nomornya gitu?"
"Ya adasih Gi, tapi gue malu."
Mendengar itu, Gio tertawa lepas.
Dan Gio mulai memberi sugesti-sugesti bijak kepada Rio. Bukan hanya perempuan saja yang bisa curhat-curhatan galau. Cowok juga bisa loh, buktinya mereka berdua. Hari minggu itu mereka habiskan dengan Rio yang berceloteh tentang Gia dan Gio akan memberi saran saran yang jitu. Sebenarnya Gio itu pendiam, tapi ntahlah. Dia merasa asik bersahabat dengan Rio. Semoga persahabatan mereka akan seperti itu selamanya.
Berbeda dengan Gia, perempuan satu ini menghabiskan weekendnya dengan bersantai seperti biasa bersama keluarganya ditambah dengan sahabatnya –Lia-
===
Gia's POV
Hari ini seperti biasa menghabiskan weekend bersama keluarga ditambah Lia. Sekarang kita lagi picnic di Gazeboo belakang rumah. Tidak mewah memang, tetapi disini sangat hangat karena bersama dengan orang yang kita sayang. Aku sangat bersyukur memiliki keluarga yang begitu hangat ditambah Lia yang selalu ada untukku, dia tidak pernah memikirkan kekuranganku. Malah dia menerima dengan senang hati, dan akupun begitu. Menerima kekurangannya dengan senang hati. Terimakasih Tuhan telah mengirimkan aku keluarga yang begitu hangat. Aku sangat bersyukur atas hal ini.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, kami membereskan alat-alat picnic. See? Papa saja membantu kami semua. Aku sangat beruntung akan hal itu. Papa merupakan dokter ahli bedah, dan kalian tau dia sangat sibuk. Tapi dia bisa meluangkan sedikit waktu untukku dan mama. Aku senang papa mau meluangkan waktunya. Tetapi tak sering pula papa pergi kerumah sakit secara mendadak. Ya kalian tau, karena operasi. Papa juga kepala rumah saki sekaligus pemilik rumah sakit dimana ia bekerja.
Sekarang semuanya sudah beres. Aku dan Lia beranjak ke kamar. Kalian tau, setiap hari sabtu dan minggu, Lia menginap disini. Orangtuanya tak masalah akan hal itu, karena orangtuanya merupakan sahabat orangtuaku.
"Ya, gimana kalo gita main Truth Or Dare?" ucap Lia sambil menyenggol sikutku
"Eh? Boleh boleh. Aku duluan tapi ya yang mulai? Truth Or Dare?"
"Dare" wah Lia berani juga ya haha
"Oke, kamu tau Rio kan? Pasti tau dong haha. Nah kamu harus buat bekal, terserah bekal apa. Terus besok kasih ke Rio"
Rasakan kamu Lia haha. Kalian tau, Lia dari dulu sangat menyukai Rio. Bukan karena Rio tampan, ehem walaupun kuakui dia sangat tampan. Tapi, Rio merupakan teman masa kecil Lia di Bandung. Tapi semenjak Lia pindah ke Jogja, dia tak pernah melihat Rio lagi. Tapi Tuhan berkata lain. Lia sangat bersyukur karena SMA ini dia bertemu lagi dengan Rio. Tapi Rio seperti tidak mengenal Lia. Ntahlah, aku juga gak tau kenapa.
"Huh, kamu ini. Oke, sekarang giliranku. Truth or dare?" tanya nya dengan garang haha
"Dare hehe" kenapa aku menjawab dare? Karena truth itu gak seru, Lia pasti selalu bertanya tentang seputar penyakitku. Bukannya aku tak menceritakannya, hanya saja aku tak mau Lia terlalu mengkhawatirkanku.
"Haha, oke. Kamu tau dong anak baru yang duduk disebelah Rio? Besok kamu ajakin dia kenalan terus makan di kantin bareng."
Kena kamu Gia! Ah ada perasaan menyesal memilih Dare.
"O..Oke aku berani kok. Liat aja!"
"Lihat mukamu memerah Ya! Haha" tawa Lia pecah.
Ah masa sih wajahku memerah? Ada apa denganku.
"Jangan cemas begitu Ya, aku hanya bercanda." Ucapnya sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya membentuk V. Ah anak itu, selalu saja mengerjaiku.
===
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
STRONG
Teen FictionFriendship is important. But more important if its adding by trust and love. -Unknown- --- Aku ingin bebas seperti burung. Ingin sekali. Aku ingat kala aku memilikimu karena keputusan bodohku. Mencintaimu karena kepura-puraanku. Semuanya. Sampai di...