STRONG 17

79 11 2
                                    

Gio sekarang berada di warung belakang sekolah. Tempat yang entah sejak kapan yang Gio cap sebagai tempat nongkrongnya. Gio biasa menghabiskan waktunya dengan merokok apabila lagi kacau. Dan sekarang, Gio benar-benar kacau.

Gio tidak tau siapa wanita yang mengobrol dengan Rio tadi. Selama penyelundupan, Gio hanya melihat postur tubuh belakang wanita itu.

"Sial! Siapa sih tuh cewek!" Gio terus mengumpat dalam hati sambil terus menghisap dalam rokok yang berada
ditangannya.

Entah sudah berapa batang rokok yang dihisap oleh Gio. Sekarang Gio sudah cukup tenang dan berlalu menuju rumahnya.

===

Gio mangacak rambutnya ketika mau memasuki rumahnya.

"Dari mana lo Kenapa baru pulang? Lo ngerokok?" tanya Nando.

"Bukan urusan lo." jawab Gio sambil berlalu. Mukanya sangat kusut. Ditambah lagi abangnya yang mengoceh tak jelas.

"Gue belum selesai ngomong sama lo Gio! Lo denger gue gak?" bentak Nando.

"Gue capek bang. Maaf kalo gue kurang ajar sama lo."

Nando hanya menghela nafas mendengar jawaban adiknya itu. Nando sangat sayang sama Gio. Tapi semenjak kejadian itu, Gio menjadi ketus, cuek. Bahkan kalau pulang kerumah selalu tercium aroma rokok dari mulutnya. Nando merasa sedih melihat Gio.

Nando yang hendak pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Gia--kekasihnya menjadi tidak mood karena sikap Gio sekarang ini. Tapi mau bagaimana lagi, dia sudah berjanji kepada Gia untuk datang kerumah sakit.

Lagi-lagi Nando menghela nafas gusar. "Yaudah, gue kerumah sakit dulu jenguk Gia. Lo baik-baik dirumah." teriak Nando. Tetapi tak ada sahutan dari Gio.

Nando masuk kedalam Pajero sport nya dengan tampang lesu.

===

"Is Rio curang! Lia kamu juga jangan ikut-ikutan curang kayak Rio deh!" rajuk Gia.

Mereka sedang bermain kartu bridge. Dan ini kesekian kalinya Rio bermain curang dengan mengintip kartu milik Gia. Padahal hanya mengintip sedikit.

Mereka bermain di sebelah kasur Gia. Gia sendiri duduk dikasur dengan kaki menyilang.

"Cuma ngeliat dikit doang kok Ya, ya gak Li?" Rio mengelak. "Iyanih Gia." tambah Lia yang mendukung Rio."

Tak lama dari itu.

Tok tok

"Itu pasti kak Nando. Awas ya kalian, aku bilangin ke kak Nando!" ucap Gia sambil menjulurkan lidahnya.

Benar. Yang mengetuk pintunya kak Nando. Kali ini dia mengenakan jeans hitam, kaos putih dan jaket merah marunnya. Terlihat tampan walaupun sederhana.

"Hai sayang, gimana keadaan kamu?" sapa Nando dengan memamerkan kedua lesung pipinya.

"Aku udah lebih baik kok kak. Eh kak liat nih Rio sama Lia ngajakin main kartu tapi malah curang. Masa kartu aku diintipin terus sih." ucap Gia sedikit memelas.

"Bang boong aja tuh Gia nya. Nambah-nambahin. Padahal gue sama Lia cuma ngelirik doang kok." sanggah Rio.

Gia yang tak setuju dengan jawaban Rio terus membantah. Dan terjadilah pertengkaran antara Rio dan Gia. Nando yang melihatnya hanya tertawa gemas melihat tingkah laku Gia yang seperti anak-anak.

"Yaudah jangan berantem lagi lah. Kan Rionya cuma liat dikit doang." jawab Nando.

"Is tapi kan sama aja curang namanya!" Gia tetap kekeuh dengan argumennya.

"Yaudah iya-iya sayang. Eh kakak bawa gado-gado nih. Untung aja bawa 4, kakak kira tadi ada mama sama papa. Yaudah Rio sama Lia belum makan kan? Yuk makan bareng aja." tawar Nando.

Merekapun mengiyakan tawaran Nando. "Mumpung ada yang gratisan." ucap Rio. Mereka hanya tertawa mendengar ucapan Rio.

===

Sang matahari sudah ditelan oleh bumi. Digantikan oleh bulan yang menyinari langit malam. Rio, Lia dan Nando sudah kembali kerumah mereka masing-masing. Gia ditemani oleh mamanya.

Gia termenung menatap langit-langit kamar rumah sakit.

Flashback on

Rio dan Lia pulang karena hari sudah hampir maghrib. Tinggal-lah Nando dan Gia. Mama Gia tadinya sudah kembali tetapi pergi lagi, ada urusan katanya.

Nando mendekati Gia. "Kamu sayang gak sama kakak?" ucap Nando sambil mengelus kepala Gia.

Gia mengernyit mendengar pertanyaan Nando. "Kenapa nanya gitu? Ya aku sayang lah sama kakak." jawab Gia.

"Ya kakak pengen tau aja. Hm, kalo ada suatu hal yang buruk menimpa hubungan kita, kita harus bertahan ya? Kita harus ngelewatin hal buruk itu sama-sama. Bukan cuma kakak atau kamu, tapi kita. Kakak gakmau kehilangan kamu. Demi apapun kakak mencintai kamu Gia. Mungkin memang orang bilang cinta pada pandangan pertama itu bulshit tapi kakak percaya itu karna kakak ngalamin sendiri..." Nando menarik nafas dalam. "Kakak mau kamu yang jadi pendamping hidup kakak sampe kakak gak bisa nafas lagi. Satu lagi, kalo nanti ada yang bilang gosip buruk tentang kakak. Tolong jangan percaya itu, karna kakak cuma ada buat kamu. I only exist for you. Just for you. May I kiss you?" Nando mendekatkan bibirnya kearah bibir Gia. Nando mengecupnya lembut.

Gia terpaku melihat Nando yang tiba-tiba mencium bibirnya. "Ciuman pertama aku." batin Gia.

Flashback off

===

Gia's POV

Hah, ciuman pertama aku udah diambil sama kak Nando. Senang sekaligus sedih karena berharap yang menciumku kelak adalah suami aku nanti. Tapi gakpapa kan kalo aku berharap kalo kak Nando yang jadi suami aku nanti? Semoga saja.

Aku masih penasaran dengan wajah Rio. Tadi aku gak berani nanya ke Rio. Ah ntahlah.

Kata dokter Nadia besok pagi aku sudah boleh pulang. Ah akhirnya, aku bisa nonton dvd-ku dirumah.

Home sweet home...

STRONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang