Seorang pria tengah duduk disebuah rumah yang megah. Tetapi sendirian. Kesepian. Dengan berada dipojok dinding kamarnya dia menundukkan kepala.
"Pokoknya lo harus dengerin kata-kata gue! Lo harus bisa ngedeketin Gia! Kalo enggak, nyawa Lia taruhannya. Oiya satu lagi. Lo harus pura-pura gak inget kalo Lia itu temen kecil lo! Gue gak main-main Rio Anugrah Dinata!"
Kata-kata itu selalu terngiang ditelinga pria itu. Rio. Ya pria yang berada dipojokkan itu adalah Rio. Rio bingung jalan mana yang harus diambil.
Rio hidup sebatang kara. Dia bisa bertahan karena wasiat yang ditinggalkan orang tuanya.
"Kamu harus jaga Lia. Menikahlah dengannya kalau sudah sukses. Bawa Lia kerumah ini. Semua harta ini sekarang milikmu, nak. Lindungin Lia. Kami mencintaimu."
Dia tidak mungkin membiarkan nyawa Lia terenggut. Faktanya adalah Rio mencintai Lia bukan Gia. Selama ini dia hanya berpura-pura agar Lia tidak diancam oleh manusia yang kejam itu.
Manusia yang telah menghantuinya sejak kedatangan Gio.
===
Gia's POV
Ada apasih sama Gio? Kenapa coba dia ngebentak aku gitu? Apa salah aku?
Aku ngerasa ada yang aneh akhir-akhir ini. Semuanya jadi aneh. Mulai dari kecelakaan kak Nando yang gak masuk akal, Rio yang gak masuk sekolah tanpa keterangan, Gio yang tiba-tiba ngebentak aku. Dan... Lia yang mulai bersikap cuek.
Atau ini semua cuma perasaan aku aja? Apa aku harus menganggap hal ini hal biasa? Ah mungkin mereka lagi ada sedikit masalah. Yasudahlah.
Ting ting
From: +62856841xxxxx
Jauhin Nando sebelum semuanya terlambat.Apa-apaan ini? Jauhin kak Nando? Gak mungkin. Dia pacar aku. Sebelum semuanya terlambat? Emang bakalan ada apa kalo aku gak jauhin kak Nando? Aneh nih orang.
===
Gia mendapat pesan aneh yang ntah dari siapa. Mungkin fans Nando. Bisa jadi. Tapi dia tidak terlalu peduli. Tak lama dari itu handphone Gia bergetar. Tanda panggilan masuk.
"Hai kak Nando." tanpa melihat ID Caller. Gia menjawab dengan riang.
"Ehm. Aku Rio, Ya. Bisa kita ketemu?"
"Eh Rio. Kirain kak Nando, maaf maaf. Kapan?" jawab Gia canggung.
"Sekarang. Di kafe depan rumah sakit Garuda. Tau kan?"
"Iya. Aku kesana."
"Oke see ya."
Disebrang rumah Gia terlihat seseorang yang tengah tersenyum misterius. "Kena lo."
===
Gia bersiap-siap untuk pergi ketempat yang diinstruksikan Rio. Gia terburu-buru melakukannya.
"Hah... Hah... Tolong jangan kambuh sekarang." nafas Gia sesak. Gia mengambil inhaler diatas nakas.
5 menit...
10menit...
15menit...
"Aku gak bisa nemuin Rio dengan keadaan gini." batin Gia.
Gia mengambil handphonenya dan mengetik pesan singkat ke Rio.
To: Rio Anugrah
Maaf aku gak bisa datang.Gia meletakkan handphone nya di sampingnya. Berharap nafasnya bisa lancar seperti semula.
"Gia, mama sama papa pulang..." teriak orangtua Gia.
"Pa..pa.. Ma..ma.." nafas Gia terlalu sesak. Paru-parunya bertambah sakit.
Karena tak ada sahutan dari Gia, orangtuanya pun menyusul Gia ke kamar. Dan terkejut karena kondisi Gia sekarang. Menekan dadanya dengan kedua tangan.
"Yaampun Gia! Kamu kenapa nak? Ayo kita kerumah sakit sekarang. Ayo pa." mama Gia sangat panik melihat putri semata wayangnya.
Gia digendong oleh papanya menuju mobil. Tujuan mereka sekarang adalah sampai dengan cepat menuju rumah sakit.
===
Gia's POV
Sakit. Sesak. Aku sudah terbiasa kambuh tapi gak separah ini. Papa membawaku menuju rumah sakit. Raut wajah mereka sangat khawatir. Mama mulai menangis. Aku benci saat saat seperti ini. Aku benci melihat mama menangis.
Rumah Sakit Harapan
Ya, rumah harapan bagi setiap insan yang sakit. Ini juga rumah kedua ku. Bagaimana tidak? Aku sangat sering kesini untuk melakukan kemo.
Aku dibawa papa menuju ruang darurat dan disambut cekatan oleh para perawat. Aku diberi oksigen tambahan. Sampai semuanya menjadi gelap.
===
Disisi lain, sesorang yang berada disebrang rumah Gia. Menyunggingkan senyum kemenangan.
"Gakpapa dia gak jadi nemuin si Rio. Dia juga lagi sekarat kok sekarang." ucap seseorang misterius kepada orang yang disebrang teleponnya.
===
"My suffering is looking at you with tears."
KAMU SEDANG MEMBACA
STRONG
Teen FictionFriendship is important. But more important if its adding by trust and love. -Unknown- --- Aku ingin bebas seperti burung. Ingin sekali. Aku ingat kala aku memilikimu karena keputusan bodohku. Mencintaimu karena kepura-puraanku. Semuanya. Sampai di...