STRONG 15

80 11 1
                                    

Kesadaran Gia sudah pulih. Paru-parunya pun sudah kembali seperti biasa. Rasa sakitnya tidak separah kemarin. Nafasnya juga sudah mulai teratur. Gia sudah dipindahkan keruangan VVIP.

Gia terbaring lemah menatap langit-langit ruangannya. "Kapan sih penyakit ini bakal ilang? Aku gak mau buat mama sama papa khawatir terus." batin Gia seraya melihat kedua orangtuanya yang terlelap di atas sofa.

Tok tok

Orangtua Gia terbangun mendengar ketukan pintu tersebut. Ternyata seorang dokter yang mengetuk. Dokter Nadia. Yang memantau kesehatan Gia selama ini.

"Maaf mengganggu, bagaimana perasaan kamu sekarang Gia?" tanya sang dokter Nadia.

"Udah enakan dok. Udah gak sesak lagi." jawab Gia dengan senyum lebarnya.

"Oke, istirahat yang banyak ya. Saya cuma mau meriksa perkembangan kamu. Bapak atau ibu bisa ikut keruangan saya sebentar?" tanya sang dokter.

"Oh iya dok." jawab papa Gia.

Papa Gia berlalu menuju ruangan dokter Nadia. Sedangkan Gia ditemani oleh mamanya.

===

Gia's POV

"Kenapa bisa kambuh lagi? Kamu banyak kegiatan ya?" tanya mama dengan raut wajah cemas. Ah ayolah ma jangan tunjukin wajah yang kayak gitu. Aku sedih.

"Iya ma, tadi rencananya mau ketemu Rio. Aku buru-buru. Kecapekan juga kali ya. Hehe."

"Yaudah, kamu banyak istirahat. Mau makan apa? Biar mama telfon papa buat beliin makanan. Lia gak kesini?" ucap mama sambil mengambil handphonenya diatas sofa.

"Aku pengen gado-gado ma. Aku gak kabarin Lia ma."

"Oh yasudah. Mama telfon papa dulu." mama segera menelfon papa untuk beliin gado-gado.

Aku kefikiran kak Nando. Dari kemarin dia gak ngasih aku kabar. Apa aku coba telfon aja ya?

"Halo, kenapa sayang?" ah diangkat.

"Gakpapa kak, kakak lagi sibuk ya?" tanyaku.

"Enggak kok, cuma lagi nugas aja. Maaf ya sayang kemarin kakak gak kasih kabar. Lagi nugas soalnya." terdengar suara helaan nafas kak Nando.

"Oh iyadeh kak. Lanjut aja nugasnya, maaf ya kalo aku ganggu."

"Tugas bisa nanti. Kamu lagi dimana? Kakak kangen nih." aduh gawat. Masa iya aku bilang dirumah sakit? Kalo dia tau aku penyakitan gimana? Gimana nih.

"Halo Gia?"

"Eh, aku lagi dirumah sakit kak. Hehe" jawabku canggung.

"Kamu sakit? Kamu sekarang dirumah sakit mana?" jawab kak Nando cemas.

"Di rumah sakit Harapan kak. Cuma kecapekan kok kak."

"Kakak kesana sekarang. Tunggu ya sayang. Sms kakak nomor ruang inap kamu ya."

"Iya kak. Hati-hati." aku segera mematikan handphone ku. Dan mengirim pesan nomor ruang inapku ke kak Nando.

"Kamu ngabarin Nando?" tanya mama.

"Iya ma. Nanti mama bilang aja kalo aku kecapean ya. Jangan kasih tau yang lain."

"Iya iya sayang." ucap mama seraya mengelus kepalaku.

Papa sudah kembali dengan membawa gado-gado dan buah-buahan segar. "Nih gado-gado buat Gia." ucap papa.

"Makasih pa. Oiya nanti kak Nando mau kesini."

Papa yang mendengar perkataanku mengernyit. "Aku cuma bilang kalo aku kecapean kok pa." ucapku melanjutkan.

"Yasudah. Nanti pas Nando datang. Papa sama mama pulang ya mau ambil pakaian kamu sekalian bersih-bersih." ucap papa sambil tersenyum.

"Oke bos."

===

Pintu ruangan terbuka, tampaklah Nando menggunakan baju kaos biru donker lengan panjang dengan celana jeans dan sepatu ketsnya. "Ganteng seperti biasa." pikir Gia.

Dengan membawa sebuket bunga, Nando tersenyum melihat Gia. Sudah pasti dia sangat cemas mendengar kalau Gia berada dirumah sakit. Nando menyalami orangtua Gia. Kemudian orang tua Gia pulang kerumah untuk bersih-bersih dan mengambil pakaian.

Gio beranjak menuju kasur Gia. Duduk disebelah ranjangnya seraya memberikan bunga untuk Gia. "Buat kamu" ucap Nando tersenyum. Gia menampakkan senyum lebarnya.

"Kenapa bisa sampe kecapean gitu? Udah makan? Obatnya udah diminum?" tanya Nando bertubi-tubi.

"Udah makan kok. Tadi dibeliin papa gado-gado hehe. Obatnya juga udah diminum." ucap Gia. "Kemarin itu ya kecapean aja. Mau nemuin Rio buru-buru juga. Terus kepala aku pusing ya dan disinilah aku sekarang haha." lanjut Gia.

Nando mengernyit mendengar penuturan Gia. "Ngapain ketemu Rio? Lain kali jangan banyak kegiatan ya sayang." ucap Nando sambil mengelus kepala Gia.

"Iya dia kemarin minta ketemu gitu. Gaktau kenapa. Iya iya kak, lain kali gabakal capek capek lagi deh."

Nando masih tidak mengerti kenapa Rio mengajak Gia ketemuan. Kenapa tidak kerumah Gia? Ah sudahlah.

Nando menjaga Gia sampai kedua orangtua gia kembali lagi kerumah sakit. Nando pamit pulang karena tugasnya masih menunggu. Papa Gia mengerti karena Nando berada di fakultas kedokteran. Dirinya juga pernah merasakan dalam lingkup tersebut. Sangat sibuk.

===

Disisi lain

"Ayolah Rio, buat Gia itu jauh dari Nando. Lo mau gue lakuin hal yang sadis ke Lia? Apa susahnya sih ngedeketin Gia." ucap seseorang yang mengenakan topeng untuk menutupi wajahnya.

Keadaan Rio sekarang mengenaskan. Berada diruang gelap yang ntah dimana. Penuh dengan debu, serangga dan tetesan air hujan yang berasal dari atap yang bocor.

Tangan Rio diikat kebelakang. Wajahnya sudah lebam dengan darah dimana-mana. Rio terduduk lemas.

"Lo denger kata gue gak!" ucap seseorang tadi dengan menyodorkan pisau ke wajah Rio. Rio hanya meringis kesakitan karena ujung pisau yang sudah mengenai dagunya dan menyucurkan darah. "I..iya. Gue bakal deketin Gia. Tapi gue mohon. Jauhin Lia, jangan sakitin Lia." ucap Rio terbata-bata.

"Good" orang misterius itu menarik kembali pisaunya, sehingga meninggalkan jejak didagu Rio yang mengeluarkan darah.

Kemudian dia pergi keluar dengan kedua bodyguard yang mengikutinya.

===

"I'll keep you safe. No matter what happen."
-Unknown

STRONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang