Semuanya terjadi begitu saja. Perasaan Lia bercampur aduk. Lia merebahkan tubuhnya diatas kasur. Semalam adalah hari yang indah. Lia mencoba kembali menutup matanya.
Ting ting
From: Bae
Li, pagi ini kamu sibuk? Bisa nyusul aku ke taman deket sekolah?
Love you xLia tersenyum melihat pesan dari Rio. "Ah lebih baik aku bersiap." Lia membatin seraya membalas pesan Rio.
To: Bae
Ayay captain!
Love you too! XTidak perlu waktu lama untuk Lia bersiap-siap. Lia kemudian pergi ke taman dekat sekolah mereka.
Setibanya disana, Lia mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Rio. Lia melihat seorang pria yang tengah duduk dikursi taman membelakanginya. Mengenakan jaket biru laut kesayangan Rio. Lia mendekatinya.
"Riooooo!" teriak Lia.
Pria itu berbalik. Lia berhenti melangkah. Pria itu tersenyum seraya mengangkat handphonenya untuk memanggil seseorang.
Tak lama kemudian handphone Lia bergetar.
Bae is calling
Lia terpaku. "Kamu siapa? Mana Rio? Kenapa hp Rio sama kamu? Kenapa jaket Rio?"
Pria itu berdiri. Ukuran badannya dua kali lebih besar dari Lia. Lia menunduk takut.
"Ikut aku." ucap pria itu.
"K-kita mau kemana?" ucap Lia takut.
Pria itu tidak menjawab. Tetapi menarik tangan Lia menuju mobil sedan yang terparkir didekat taman.
"Masuk!" ucapnya.
"M-mau kemana? R-rio mana?" Lia bergetar karena takut.
Pria itu masuk kekursi pengemudi. Melajukan mobilnya cukup cepat. Tak cukup lama mereka tiba disebuah rumah sepi yang ditumbuhi rumput-rumput dan ilalang karena jarang dirawat. Lia bergidik ngeri.
"Ayo turun!" perintah pria itu.
Mereka memasuki rumah itu. "Halo sepupu sayang. Welcome to your new house!"
Lia tercengang. "A-arin!"
Arin tersenyum sinis. "Gue udah ngasih tau lo kan buat bantuin gue jauhin Gia sama Nando. Eh tapi lo malah pacaran sama sitengil Rio." Arin tertawa meledek.
"Mana Rio?! Lo apain Rio?!" ucap Lia gemetar.
"Rio gak bakal gue apa-apain sampe lo ngikutin kata gue." ucap Arin.
"Balikin Rio gue!" Lia melangkah mendekati Arin berusaha untuk menampar Arin. Tetapi lengan Lia ditahan oleh pria yang ditemuinya ditaman tadi.
"Bawa dia ke gudang!" ucap Arin.
"Baik bos!"
===
Dilain sisi
"Anjir hp gue mana ya? Ya elah kok bisa hilang sih? Jaket gue juga. Elah kok dirumah ada hantunya." Rio sibuk mencari handphone nya yang ntah dimana.
"Apa tinggal dirumah Gio kali? Atau di Kafe? Masa sih?" Rio menyerah. Dia mencoba menghubungi handphone nya menggunakan telefon rumah.
Tuttt tuttt
"Sial dimatiin!"
Rio mencoba terus menerus. Tetapi tetap saja direject. Rio mengambil kunci mobilnya dan menuju rumah Gio.
15 menit untuk mencapai rumah Gio.
Tok tok tok
Tampak seorang lelaki yang shirtless membuka pintu.
"Aaaaaa." Rio berteriak.
Lelaki itupun ikut berteriak. "Is anjir lo. Apaansi teriak-teriak." lelaki itu menjitak kepala Rio.
"Bang lo ngapain gak pake baju sih? Lo menodai mata gue pagi-pagi." ucap Rio mencoba menutup matanya.
"Lo pagi-pagi kerumah orang. Ini baru jam 7 kunyuk. Gio dikamarnya kalo lo nyari dia." ucap Nando dan berlalu pergi.
Rio menyusul Gio ke kamarnya. Rio membuka pintu kamar Gio yang tidak terkunci.
Brakk
Rio menjatuhkan badannya ke badan Gio yang masih terlelap.
"Is tai sakit bego!" Gio teriak sebal karena tidurnya diganggu.
Rio memindahkan badannya agar tidak menghimpit Gio lagi. "Gi, lo liat hp gue gak? Balik dari Kafe kan gue nganter Lia. Lo balik sama bang Nando. Nah hp gue dimana ya? Lo ambil ya?" tuduh Rio.
"Is lo pagi-pagi kerumah orang, bangunin gue dengan tidak terhormat, terus nuduh gue maling. Sialan lo!" Gio menoyor kepala Rio.
"Kan gue nanya. Eh pinjem hp lo dong buat sms Lia."
"Diatas sofa. Gue tidur dulu. Ngantuk bego. Ini hari minggu tapi lo malah ganggu! Jangan ganggu gue!" bentak Gio.
"Iye iye." jawab Rio acuh. Rio mengambil handphone Gio yang berada diatas sofa.
"Oi Gi lo semalam main ps? Anjir lo gak ngajak gue lagi." ucap Rio.
Gio hanya bergumam. Rio mulai untuk mengirim pesan ke Lia.
To: Thalia F
Li, ini aku Rio. Maaf ya sayang aku gak sms kamu dari tadi malem. Hp aku gatau dimana. Ini aku lagi dirumah Gio minjem hpnya buat ngabarin kamu. Kamu udah makan?Rio menunggu balasan pesan dari Lia. Sekarang sudah pukul 10 pagi tapi Lia tak kunjung membalas pesannya. Gio pun masih bergelung dengan selimutnya.
"Telpon aja deh." Rio membatin.
"Gi gue nelpon Lia. Sorry kalo ntar pulsa lo habis haha." teriak Rio.
5 detik
10 detik
"Ah akhirnya kamu angkat. Kamu kemana aja? Aku sms kok gak dibalas? Kamu..." ucapan Rio terputus.
"Rio tolongin aku... A-aku disekap sama Ririn. Aku gatau dimana sekarang... Tolong aku Ri." suara Lia sangat halus dan sulit untuk didengar. Tetapi Rio masih menangkap sedikit perkataan Lia.
"Sayang. Sayang. Sabar ya. Aku kesana sekarang. Kamu jangan takut. Kamu tenang. Aku kesana. Hidupin GPS kamu."
Tuttt tuttt
"Shit!" teriak Rio.
"Gi bangun! Lia disekap sama Ririn. Ah tai! Cewek gue dalam bahaya. Bangun oiii!" teriak Rio.
Gio tersentak mendengar ucapan Rio. Gio bergegas bersiap tanpa mandi. Mengenakan kaos dan jeans pendek serta parfum.
"Lo bawa mobil? Pake motor aja biar cepat." ucap Gio.
Mereka bergegas keluar rumah.
"Bang aku pergi bentar sama Rio!" teriak Gio.
Gio melajukan motornya. "Dimana tempatnya?"
"Nih gue liat di GPS Lia. Dijalan Harapan no 23." Gio terpaku.
"Oke."
Gio sangat hapal jalannya. Tempat dimana dia melihat komplotan serba hitam itu. Dirumah tua ini. Gio dan Rio berdo'a agar Lia tidak kenapa-napa.
===
A/N
Halo makasih udah baca cerita gaje aku. Maaf kalo feelnya kurang dapet.
Dont forget to leave your vomment! X
KAMU SEDANG MEMBACA
STRONG
Teen FictionFriendship is important. But more important if its adding by trust and love. -Unknown- --- Aku ingin bebas seperti burung. Ingin sekali. Aku ingat kala aku memilikimu karena keputusan bodohku. Mencintaimu karena kepura-puraanku. Semuanya. Sampai di...