STRONG 25

71 2 1
                                    

Mereka--Gio dan Rio tiba di sebuah rumah tua yang tampak tak terurus.

Gio berbisik. "Cara biar kita masuk tanpa keliatan itu gimana ya Yo?"

"Gaktau gue. Apa gue harus ngesms Lia?" tanya Rio.

"Jangan! Mana tau hp Lia lagi gak sama dia. Lo harus hati-hati." jawab Gio.

"Yaudah terus gimana? Terobos masuk?"

"No! We can't. Lo punya skill bela diri emang?"

"Gue pernah belajar Karate sih."

"Gini, gue pernah ngikutin Ririn sampe kesini. Dan bodyguard dia ada 3 badannya gede-gede. Gue hampir ketangkep kalo aja gue gak lompat pagar." terang Gio.

Rio tercengang mendengar penuturan Gio. "Serius lo? Gila lo. Apa kita minta bantu bang Nando aja?"

"Yaudah deh. Sini hp gue biar gue telfon."

Tutt tutt

"Halo bang?"

"...."

"Gue butuh bantuan lo. Gue lagi Jalan Harapan no.23. Lia disekap sama Ririn..."

"...."

"Lo lagi sama Gia? Bang ayodong bantuin. Lo kan jago Kempo. Bodyguardnya gede-gede ada 3 lagi!"

"...."

"Gia pengen ikut? Nanti dia malah bahaya bang."

"...."

"Ah yaudah serah deh. Cepet kesini. Gue sama Rio dideket pohon pisang."

"...."

Gio memutuskan panggilannya. "Dia dijalan kesini... Sama Gia."

Rio terkejut. "Ais kenapa bawa Gia sih. Nanti dia kenapa-napa. Kan ini masalahnya juga tentang dia sama bang Nando."

"Gue juga mikir gitu. Tapi Gia ngotot. Dia bilang dia gamau Lia kenapa-napa. And you guess what? Ririn itu sepupu Lia. Pantesan belakangan ini dia baik banget sama Lia kata Gia sih gitu."

"Ah sial itu si Ririn. Jadi kita nunggu mereka?"

"Yoi."

20 menit berlalu. Nando tiba bersama Gia dengan motornya.
"Dimana Lia sekarang?" tanya Nando.

"Tuh dirumah butek. Lama banget sih bang." Jawab Gio.

"Maaf maaf. Yaudah kita ngendap-ngendap aja dulu. Ya kamu nunggu disini aja ya? Bahaya nanti kalo kamu ikutan kedalam."

"Gak. Aku mau ikut kak. Aku pengen bantuin Lia. Apalagi ini masalahnya sama kita. Seharusnya aku yang bantuin dia." tutur Gia.

"Oh jadi Gia udah diceritain sama abang." Gio membatin.

"Yaudah kamu ikut. Tapi janji pegang tangan Kakak terus ya? Jangan sampe pisah dari kakak. Kakak bakal jagain kamu." ucap Nando seraya mengecup puncak kepala Gia. Gia tersenyum.

"Yaudah gimana nih rencana nya?" tanya Nando.

Mereka berempat berdiskusi cara masuk yang aman. Awalnya Gio meminta untuk mencar tapi Nando tidak setuju karena jika mencar mereka akan mudah untuk di habisi.

Mereka mulai memasuki melewati jendela samping rumah. Jendela itu seperti jendela kamar bekas. Setelah tiba didalam kamar yang sangat kotor. Mereka mencoba mencari jalan untuk mencapai ke tujuan. Tapi yang menjadi masalahnya itu mereka tidak tau Lia berada dimana. Mereka berjalan menuju sebuah pintu yang berada disudut ruangan. Dikamar tersebut terdapat tiga pintu. Satu berada disudut ruangan. Satu lagi berada di samping lemari. Dan satu lagi sepertinya untuk menuju toilet.

Krek

Rio menginjak sesuatu seperti papan. Padahal lantainya tidak dari kayu. Tetapi mereka mengabaikannya. Rio berada paling depan berusaha membuka pintu agar tidak menimbulkan suara. Tapi karena pintu itu pintu tua alhasil menimbulkan decitan yang cukup nyaring.

Terdengar derap kaki yang menuju kearah mereka. Mereka pun kalang kabut. Mereka bersembunyi didalam lemari tua yang cukup besar.

"Stt. Jangan ada gerakan oke?" bisik Nando. Nando terus menggenggam tangan Gia yang sudah mulai mengeluarkan keringat.

Krek

Terdengar suara seseorang yang membuka pintu tadi. Sepertinya hanya satu orang yang masuk. Rio mengintip diantara celah pintu lemari. Rio melihat seorang lelaki mengangkat karpet yang berada didekat jendela.

"Itu karpet yang gue injek terus ngeluarin suara." batin Rio.

Rio terus memperhatikan lelaki tersebut. Dan ternyata dibawah karpet tersebut terdapat papan yang seperti pintu ruang bawah tanah. Pria itu menarik pegangan yang berada disudut kanan papan tersebut.

Karena keterbatasan penglihatan. Rio tidak bisa melihat apa yang selanjutnya dilakukan pria tersebut.

Cukup lama mereka bersembunyi hingga pria tersebut keluar sembari membawa alat makan bekas. Rio merasa bahwa disana terdapat seseorang, karena pria tersebut membawa makan-makanan yang pastinya bukan untuk pria itu.

"Kayaknya udah aman, gue mau cek papan yang di bawah karpet itu." bisik Rio.

"Barengan sama gue." ucap Gio seraya mengikuti langkah Rio.

Mereka berdua pun mengangkat karpet tersebut dan benar dugaan Rio. dibawah karpet tersebut terdapat pintu yang terbuat dari papan kayu. Gio melirik Rio sekilas untuk memastikan apakah dia mau masuk ke sana atau tidak.

Rio mengangguk untuk memastikan. Jadilah mereka masuk ke dalam ruang bawah tanah tersebut, sedangkan Nando dan Gia masih berada di dalam lemari tua untuk berjaga-jaga.

===

Rio menuruni tangga terlebih dahulu yang diikuti oleh Gio. Tempatnya sangat gelap dan cukup besar. Ruangannya hanya dihiasi oleh lampu neon yang membuat lubang hidung menjadi hitam. Di sudut ruangan terdapat ventilasi udara yang sangat minim.

Rio terus berjalan menuju yang dikiranya adalah sebuah pintu kayu yang sudah berjamur. "Gio temenin gue elah. Jangan jauh-jauh."

"Iya nyak! Tempatnya serem elah. Coba deh lo buka pintunya."

Brakk

"Anjir!" Rio segera membungkam mulut Gio mengenakan tangannya.

"Jangan teriak! Paling tikus doang."

Mereka berdua membuka pintu dengan perlahan. Seketika itu mata Rio dan Gio membulat melihat apa yang berada di balik pintu tersebut.

"Welcome to our heroes Rio and Gio!" Suara tawanya bergema ditempat yang gelap ini.


TBC

A/N

hi everyone! sup?!

sorry buat very very late-post. aku tadinya kehilangan mood buat ngelanjutin cerita yang menurut aku sangat gaje ini.

mohon maklum ya karna aku masih penulis amatiran :c

but really big thanks buat yang udah votes and comments!

love,

mella x

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STRONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang