STRONG 9

73 9 1
                                    

Setelah lama bergumul dengan pikiran masing-masing. Ketika bel pelajarannya selanjutnya berdering. Para siswa kembali kekelas, termasuk mereka. Gia dan Lia. Terkecuali Gio dan Rio. Yang beralasan ke toilet.

Nyatanya Rio membawa Gio kegedung belakang sekolah.

"Jelasin ke gue maksud ucapan Lia tadi!" ucap Rio frustasi. Gio tetap tenang. "Lo udah denger kan? Dia jadian sama abang gue. Nando. Kemarin malem."

"Kenapa lo gak kasih tau gue? Lo tau kan gue suka Gia!"

"Wow calm dude! Jangan salahin gue kalo lo keduluan sama abang gue. Salah siapa yang gak punya nyali buat deketin dia hah?! Dan lo itu coba peka dikit dengan sekeliling lo! Well, gue ngerti perasaan lo. Tapi jangan salahin gue karna keteledoran lo sendiri." ucap Gio yang tersulut emosi.

"Ya lo bener. Gue pengecut. Gak punya nyali. Sorry bro gue udah nyalahin lo." ucap Rio sambil menepuk pundak Gio.

"Yo, jangan terlalu terpaku sama orang yang gak ngebales perasaan lo. Gue pernah denger nih kata kata 'karena lo terlalu terpaku sama satu pintu. Lo gak pernah merhatiin pintu lain yang kebuka buat lo.' itu kata kata abang gue. So, coba lo liat pintu lain yang terbuka lebar buat lo."

"Thanks Gi." ucap Rio. "Anytime."

===

Walaupun Rio sudah bertekad untuk melupakan Gia. Tetapi masih ada keinginan untuk berjuang. Berjuang menggapai Gia. Masih bisa kan? Kata orang-orang, sebelum janur kuning melengkung.

Tapi semuanya hilang. Lenyap begitu saja ketika melihat Gia dijemput oleh yang katanya Kak Nando. Perih. Kecewa. Apalagi ketika Kak Nando membuka pintu dan mencium puncak kepala Gia sayang.

'Pasangan yang serasi.' pikir Rio.

===

Gia's POV

Aku gaktau harus gimana. Tadi Lia ngasih tau semuanya ke Rio dan Gio. Seakan itu hal yang wow. Tapi kalau Lia tau perasaan Rio yang sebenarnya. Ah ntahlah. Semoga Rio bisa melupakan rasanya ke aku.

"Hey, kenapa melamun?" ah aku lupa kalau aku lagi dimobilnya kak Nando. Dia mengelus puncak kepalaku sayang. "Ah enggak kak. Tadi Lia ngasih tau ke Rio kalo kita pacaran." ucapku.

"Ya bagus dong. Biar dia tau kalo kamu udah disegel sama kakak. Haha." ucapnya seraya tertawa. Ah manisnya. "Iya tapi aku takut dia ngejauh gitu."

"Jangan terlalu difikirkan. Kalau dia bersikap dewasa, dia akan segera mengerti dan gak akan bersikap gitu. Yaudah, kamu belum makan kan? Kita makan bentar ya?" Ah makin cinta deh sama kak Nando. Eh apa?

"Ehm oke kak."

===

Sekarang pukul 4 sore. Gia tiba dirumahnya. Dan pastinya diantar oleh Nando. Dan ya kalian tau, Nando bertemu orangtua Gia dan bercengkrama. Menanyakan seputar Nando. Seperti itulah kira-kira.

Setelah cukup lama. Nando berpamitan untuk pulang karena ada tugas yang menunggu, katanya.

"Gia, kita ke dokter sekarang ya? Kamu siap-siap nak." ucap Astalla. "Iya pa." sahut Gia.

*skip*

"Bagaimana dok? Udah ada perubahan?" tanya Astalla.

"Begini pak Astalla. Sejauh ini kondisi Gia udah membaik. Tapi tetap harus menjalani kemo nya. Dan kalo bisa kurangi waktu bermainnya. Perbanyak istirahat. Jangan lupa minum obat-obatnya secara teratur." tutur pria berumur yang dipanggil Dokter.

"Baiklah Dok, terimakasih banyak. Lakukan yang terbaik untuk anak saya."

"Akan diusahakan pak. Jangan lupa minggu depan jadwal kemo ya Gia."

"Oke Dokter." ucap Gia sambil mengacungkan jempolnya.

Ting ting

From: Kak Nando
Gi, ini gue Gio. Kak Nando kecelakaan. Gue lagi di RS Garuda. Please kesini Gi. Gue butuh lo. Mama papa lagi diluar negeri.

Apa? Kak Nando? Gak. Gak mungkin.

"Pa, kita kerumah sakit garuda ya pa! Kak Nando kecelakaan pa ayo pa!" ucap Gia histeris.

"Apa? Ayo sayang kita kesana sekarang."

To: Kak Nando
I'll be there soon. Wait for me.

STRONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang