STRONG 19

66 11 0
                                    

Malam ini membuat hati Gio sejuk, bagaimana tidak? Dia dan abangnya sudah kembali seperti biasa. Sekarang Gio akan berubah demi abangnya. Tidak ada lagi rokok. Tidak ada lagi pulang malam karena nongkrong. Gio akan berusaha menghilangkan sikap buruk yang dia jalani sekarang. Walaupun sulit, Gio akan berusaha.

Tetapi, Gio masih terbebani oleh wanita yang waktu itu. Wanita yang sepertinya menginginkan Nando jauh dari Gia. Apa mungkin persepsi Gio tentang wanita itu benar? Bahwa dia adalah gadis itu.

===

Gio's POV

Gue harus cari tau apa itu bener dia atau bukan. Gue bakal telfon dia.

"Halo, kamu dimana? Bisa ketemu?"

"Ah Gio. Aku lagi di... Ah iya di kafe. Kenapa?"

"Dikafe mana? Aku kesana."

"Kafe Youth. Kesini aja."

===

Gio tergesa-gesa menyambar jaket biru dan kunci motor yang berada diatas nakas. Sekarang pukul 9 malam. "Tumben dia jam segini masih diluar. Di kafe pula." Gio membatin.

Gio melajukan motornya cukup cepat. Hanya 20 menit watu tempuh menuju Kafe Youth karena jalan yang tidak terlalu ramai dan Gio melaju dengan kecepatan yang cukup kencang.

Gio memarkirkan motornya di depan kafe tersebut. Sedikit rasa grogi menyelubungi hati Gio saat memasuki kafe. Matanya terpaku kepada seorang gadis.

"Hai." ucap Gio seraya memeluk gadis tersebut.

"Aku kangen kamu Gi." ucap gadis tersebut. Gio mengembangkan senyumnya.

Mereka berdua duduk berhadapan. Tidak ada yang membuka suara. Sampai gadis itu bertanya. "Jadi mau ngomong apa? Aku gak banyak waktu. Mau ke... Eh tempat temen." jawabnya sambil melihat jam coklat yang melingkar di pergelangan putihnya.

"A-aku cuma... Cuma kangen." jawab Gio gugup. Gadis itu tertawa. Sangat manis.

"Ah Gio, aku juga kangen sama kamu. Oh iya bang Nando gimana kabarnya? Ah aku udah lama gak ketemu sama bang Nando." ucapnya seraya menatap keluar jendela.

Gio tersenyum kecut. "Abang lagi."

"Abang baik kok. Dia lagi sibuk nugas. Biasa calon dokter. Kuliah kamu gimana?"

"Haha iya calon dokter tampan. Kuliah? Hm. Ya gitu, bisnis sangat membosankan." ucap gadis itu.

"Eh Gi maaf ya aku harus pergi. Temen udah nunggu soalnya." ucap gadis itu sehabis melihat handphone nya. Gio hanya tersenyum kecut.

Gadis itu berlalu menaiki taxi. Gio mengikuti arah taxi yang dinaiki gadis tersebut. "Semoga persepsi gue salah."

Raut muka Gio berubah drastis, ketika tau dimana taxi itu berhenti. Ternyata gadis itu berhenti dirumah tua tempat komplotan serba hitam itu. Apa dia gadis yang sama?

===

Gio's POV

Gak. Lo gak mungkin yang ngelakuin ini. Ririn, apa bener itu elo? Apa segitu cinta nya lo sama bang Nando sampe-sampe ngancam Rio buat ngejauhin Gia dari abang? Tapi lo kenapa ngancam Rio?

Rin, lo seharusnya peka kalo gue cinta sama lo. Lo cuma buang-buang waktu suka sama abang yang gak bakal ngebalas perasaan lo. Abang udah nemuin cintanya.

===

Gio terpaku tak percaya melihat semuanya. Ririn, gadis cinta monyetnya dulu. Gadis yang sekarang benar-benar dia cintai. Malah berusaha mati-matian untuk merebut hati abangnya--Nando. Miris bukan?

Gio menghela nafas gusar. Ternyata persepsi yang selama ini dia anggap salah hanyalah anganan belaka. Nyatanya, persepsi Gio benar. Gadis itu, yang meneror Rio adalah gadis yang sangat dia cintai--Ririn. Tapi gadisnya malah menyukai abangnya. Gio menerawang kejadian yang menimpa abangnya beberapa bulan lalu.

Flashback on

Gio duduk diruang tamu dengan senyum lebar. Bukan, Gio tidak gila. Dia tersenyum kepada gadis didepannya. Dia Ririn. Cinta monyet sekaligus cinta sejatinya. Gio sangat senang karena akhirnya Ririn kembali kesini untuk menemuinya. Tapi...

"Gi. Aku mau ngomong." ucap Ririn gugup. Gio yang berharap lebih tengah tersenyum senang. "Ngomong aja kali Rin. Kenapa?"

"Gimana kabar bang Nando?" Awalnya itu hanya pertanyaan biasa yang membuat Gio masih tenang.

"Dia baik." jawab Gio singkat.

"Gi sebenernya aku kesini pengen nyatain perasaan aku sama bang Nando. Kira-kira dia bakalan nerima aku gak ya Gi?" Bagai terhempas ke bumi. Gio menegang. "K-kamu suka abang?"

"I-iya. Udah lama, dari kita masih kumel, kucel banget haha." Ririn memainkan kedua jari tangannya sambil tertawa hambar.

Disisi lain, Nando yang baru pulang dari kampusnya terpaku mendengar penuturan gadis tersebut. Dia tau, itu pasti Ririn. Gadis yang dicintai oleh adiknya. Tapi, apa dia tidak salah dengar? Ririn ingin menyatakan cinta padanya?

Nando bersembunyi dibalik garasi ketika melihat Ririn sudah pamit pulang.

Nando tergesa-gesa menahan tangan Gio. "Dek kamu gakpapa?" tanya Nando dengan muka pucat.

"Lo denger kan? Ririn cinta sama lo! Semuanya suka sama lo! Mama, papa, dan sekarang Ririn. Apasih mau lo? Gue tau kok kalo lo sempurna. Lulus di FK UGM dengan peringkat pertama. Gue rela mama sama papa benci gue gara-gara lo yang hampir mati masuk jurang waktu itu..."

Bugh

"Jaga ya omongan kamu!" Satu pukulan mendarat dipelipis Gio.

"Wow. Nando putra kesayangan keluarga memukul adiknya. Pukul aja gue terus. Bunuh aja sekalian." teriak Gio seraya tersenyum sinis.

Nando yang terbakar emosi hanya bisa diam. Daripada melampiaskan kepada adiknya lebih baik dia pergi. Giopun tidak memperdulikan abangnya yang sudah keluar rumah.

Nando mengendarai mobil dengan kecepatan diatas rata-rata. Walaupun berada dijalur perempatan, Nando tetap melaju mobilnya cepat. Dan dari arah lain, truk gandeng sedang melaju. Tabrakan tidak bisa dielakkan lagi. Nando yang tidak fokus membanting stirnya hingga mengenai gardu listrik. Nando yang tidak mengenakan sabuk pengaman pun luntang lantung didalam mobil. Tangannya membentur stir dengan keras.

Kring kring

"Gi, gue liat mobil bang Nando nabrak gardu listrik diperempatan dekat komplek." seorang tetangga Gio meneleponnya untuk memberitahu kabar Nando.

Flashback off

STRONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang