STRONG 20

65 11 2
                                    

"The only thing I know is you guys are only my bestfriends. It means the best of friends I ever had. Not the best of people who surrounding me."

-M

===

Gio's POV

Karena semalaman gue gak bisa tidur, ya gini akibatnya. Kantung mata udah kayak parasit. Hinggap di mata gue. Mata juga merah. Udah kayak zombie-zombie yang di film The Walking Dead. Tinggal tambahin polesan darah aja dikit dibagian muka. Nasib nasib.

Gue gak habis fikir kalo itu beneran Ririn yang neror Rio. Apa gue harus bilang ke abang?

===

Dengan langkah gontai, Gio berjalan menuju kamar mandi. Persis seperti zombie.

"Bang, mama sama papa kapan pulang?" ucap Gio. Gio dan Nando sekarang berada di meja makan untuk sarapan. Gio sudah lengkap dengan seragam putih abunya. Sedangkan Nando mengenakan jeans dan kemeja untuk kuliah.

"Lusa atau minggu depan kali pulangnya. Kenapa?" jawab Nando. "Enggak..." Gio menghela nafas. "Bang, si Rio diteror sama Ririn." lanjut Gio.

Nando memberhentikan kunyahan dimulutnya. "Maksudnya?"

"Iya dia nyuruh Rio buat deketin Gia biar lo sama Gia pisah. Kalo enggak dia ngancam buat nyakitin Lia bang." jawab Gio.

Nando mengernyit. "Dek, kamu gak boleh asal nuduh orang gitu. Kamu ada buktinya emang? Lagian Ririn anaknya baik, gak mungkin dia kayak gitu. Eh bentar, biar abang tebak. Pasti Rio suka Lia?" tebak Nando.

"Is bang, dia itu cinta mati sama abang. Segala cara bakal diambilnya. Apalagi pas dia tau abang pacaran sama Gia. Dia sempat ke belakang sekolah aku pas abang gak bisa nganter sama jemput Gia itu..." Nando manggut-manggut seraya mengingat hari dimana dia tidak bisa mengantar dan menjemput Gia karena jadwal kuliahnya yang padat.

"Nah, dia maki-maki aku. Dia gak terima kalo abang jadian sama Gia. Ah iya aku baru ingat kalo dia ngancam bakal ngelakuin segala cara buat ngerebut abang. Aku kebakar emosi waktu itu langsung ninggalin si Ririn. Dan... Maaf nih bang sebelumnya. Aku jadi ngebentak Gia waktu itu." Gio menyengir dengan rasa bersalah seraya mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya membentuk V.

Nando memasang muka masam. "Ngapain kamu bentak Gia? Ish ni anak." Nando menjitak kepala Gio. "Aduh sakit kambing. Lagian kan gak sengaja bang." jawab Gio sambil mengusap kepalanya yang habis dijitak oleh Nando.

"Udah minta maaf? Eh kamu manggil abang apa? Kambing?" tanya Nando sinis.

Gio mengembangkan senyum konyolnya. "Udah minta maaf dong. Eh enggak bang enggak. Abang salah denger. Maksudnya eh anu itu ah banget... Nah iya banget. Bukan kambing. Ah abang mah sensi." Gio mengibaskan tangannya. Nando mengernyit melihat kelakuan Gio.

"Dek kedokter jiwa yuk?"

===

Di lain sisi

"Li, kamu kok seneng banget sih?" ucap Gia. Gia sedang berada dirumah Lia. Untuk berangkat kesekolah bersama. Rumahnya sangat sepi. Hanya ada mereka berdua.

"Iya, soalnya ada yang kasih aku baju ini Ya. Dia nyuruh aku dateng ke Kafe Youth besok jam 8 malem." ucap Lia dengan sumringah.

"Terus ada kartunya nih. So sweet kan. Menurut kamu?" lanjut Lia.

Gia mengernyit. "Pria yang mencintaimu? Siapa?" tanya Gia bingung. "Ya gaktau Ya. Boleh gak sih aku berharap kalo ini Rio?" ucap Lia membayangkan.

"Liakuu... Gini ya, mending kamu gak usah dateng. Kamu kan gaktau siapa itu yang ngirim. Apalagi sekarang kan lagi banyak modus-modus penculikan gitu. Terus nanti kamu dijual ke luar negeri. Terus..." ucapan Gia terpotong. "Gia sayang... Jangan berlebihan deh. Ya kan dicoba dulu. Mana tau beneran Rio gimana?" ucap Lia seraya mengerucutkan bibirnya.

"Is yaudah. Intinya jangan berharap lebih kalo itu Rio. Nanti sakit..." Gia menekan dadanya seakan-akan memang sakit.

"Iya iya..." jawab Lia sambil membereskan baju yang diberikan oleh pria misterius.

"Yaudah yuk berangkat. Nanti telat."

Mereka berdua beranjak dari kamar Lia. Kali ini Gia tidak dijemput Nando karena Gia ingin pergi bersama Lia. Dan Nando memakluminya.

===

Senyum manis tak luput dari bibir Lia. Karena tak sabar untuk makan malam besok. "Ah aku berharap itu kamu Rio."

Bel istirahat berbunyi. Mereka--Gia dan Lia beranjak dari kursi mereka menuju ke kantin.

Ketika berada dikoridor dekat kantin. Mereka berpapasan dengan Gio dan Rio. Lia memasang senyumnya yang paling manis.

"Hai Rio." ucap Lia.

"Rio aja nih?" jawab Gio sinis. "Eh hai Gio." jawab Lia canggung. Gia yang melihatnya hanya menahan ketawa.

Lia menyikut lengan Gia. "Apasih Ya." ucap Lia.

"Kalian mau ke kantin? Bareng aja yuk." ajak Rio.

Dan ya, mereka menuju kantin seperti pasangan. Kata anak-anak sekarang sih "Double Date".

===

STRONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang