Author's POV
Malam telah berganti dengan pagi, hari pun mulai berganti. Ya, sekarang Senin pagi. Hari dimana kebanyakan para siswa tidak menyukainya. Tak terkecuali dengan Gia, dia bukannya membenci hari senin. Tetapi dia membenci hari ini karena dia harus menjalankan 'Dare' yang diberikan oleh Lia. Gia harus mengajak Gio berkenalan dan makan dikantin bersama. Gia benci hari ini karena dia gugup. Dia takut kalau saat berbicara dengan Gio, Gio malah menganggapnya angin lalu, bahkan bisa saja Gio membentaknya. Siapa tau bukan?
Gia pagi ini sangat frustasi. Sekarang masih pukul 4, dan Gia tak pernah bangun sepagi ini. Mungkin karena terlalu memikirkan apa yang akan terjadi nanti disekolah. Sedangkan Lia masih bergelung dengan selimut yang menutupinya.
===
Gia's POV
Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana cara memulai pembicaraannya? Ah ada apa denganmu Gia? Kenapa kamu terlihat panik seperti ini? Ah tidak. Bagaimana kalau dia membentakku? Bagaimana kalau dia menganggapku angin lalu? Bagaimana.... Ah yaampun apa yang harus aku lakukan. Mungkin dengan mandi air hangat bisa menenangkan fikiranku. Baiklah..
*skip*
"Lia, kamu sudah membuat bekalnya?"
Sekarang kami sedang berada dimeja makan."Ah sudah kok. Aku gak sabar gimana ya ekspresi Rio nanti? Semoga dia menyukainya."
Sepertinya Lia semangat, ralat sangat semangat untuk memberikan bekalnya untuk Rio. Bagaimana nasibku nanti?"Jangan lupa nanti ya Ya, ajakin tuh si Gio kenalan." Lia mengedipkan sebelah matanya padaku. Hais anak ini tidak mengerti perasaanku sekarang.
"Kamu gugup Ya? Cie haha."
"Eng..enggak. Siapa yang gugup? Aku kan gak suka sama dia." kenapa Lia tau hais.
"Eh? Aku gak bilang kalo kamu suka Gio kok." ups aku keceplosan. Ah Gia bodoh bodoh. Aku merutuki mulutku yang tidak ada kompromi terlebih dahulu denganku.
"Kamu suka Gio ya Ya? Cie cie.
" Lia mencolek daguku
"Hei, jangan mencolek dagu ku!"
"Haha bercanda Ya. Hahaha"
Dasar anak satu ini."Yasudah habiskan sandwich kamu. Kita berangkat sekarang, nanti telat lagi."
"Iya iya Gia sayang. Kenapa? Udah gak sabar buat ketemu Mas Gio yaa? Hahaha."
"Apasih Li. Diem deh."
===
Author's POV
Suasana SMA Pertiwi pada hari senin sama seperti sekolah kebanyakan. Mulai dari siswa yang tengah mempersiapkan upacara bendera sampai siswa yang dilarang masuk dikarenakan terlambat. Sebelum upacara dimulai, para siswa telah berbaris sesuai dengan kelasnya masing-masing.
Upacara tengah dimulai, tampak dari sang protokol yang tengah membacakan susunan upacara pagi ini. Disamping itu, Gia terlihat pucat. Tetapi tak ada yang merhatikannya, sampai semua yang Gia lihat menjadi gelap.
===
"Hei, Gia kamu gak apa-apa?" tanya Rio sedikit cemas.
"Em, ya Rio. Gak apa-apa kok, cuma sedikit pusing. Oiya Lia mana?"
"Lia lagi pesen teh hangat buat kamu. Sekarang masih pusing?"
"Udah mendingan kok Yo, makasih ya udah nemenin aku. Kamu sendirian?" tanya Gia
"Oh enggak, tadi ada Gio. Nah itu Gio nya, habis dari kelas minta izin sama guru."
Mereka melihat Gio yang tengah berdiri dipintu ruangan UKS. Kalian tau apa yang Gia rasakan saat ini? Dia merasa senang karena ada yang merhatikan dirinya. Sebenarnya Gia bukan tipe yang mengemis perhatian seperti ini. Hanya saja saat ada Gio entah angin apa yang membuat Gia menjadi ingin diperhatikan lebih.
Lia telah datang bersama segelas teh hangat untuk Gia, disamping itu bel pelajaran tengah berbunyi. Dan Gia menyuruh mereka untuk kembali ke kelas. Sebenarnya ia ingin sekali ada yang menemaninya, tetapi Gia juga tidak mau teman-temannya tidak mendapat ilmu hanya demi Gia. Tetapi siapa sangka, Rio tidak keberatan dengan hal itu. Bukannya Lia keberatan, tapi Lia dipaksa untuk masuk ke kelas karena takut ketinggalan pelajaran. Dan alasan Rio karena dia laki-laki jadi lebih sigap apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Gia juga menolak dengan halus ketika Rio menawarkan diri. Bukannya Gia tidak mau, tapi dia merasa tidak enak dengan Lia. Dan akhirnya keputusan diambil kalau Gio yang menjaga Gia, dan kali ini tidak ada penolakan sama sekali.
Suasana menjadi canggung ketika Rio dan Lia telah kembali ke kelas. Gia sama sekali tidak memikirkan masalah permainannya bersama Lia. Ya dia punya hutang berkenalan bersama Gio. Tapi setelah dipikir berulang kali akhirnya kesempatan ini Gia manfaatkan untuk berkenalan.
===
Gia's POV
Baiklah kali ini aku ambil kesempatan untuk berkenalan dengan Gio. Hey! Bukannya aku mengambil kesempatan dalam kesempitan. Tetapi ini hanya untuk 'Dare' yang diberikan Lia semalam. Baiklah aku akan berkenalan dengannya.
"Eh Gio." Ah kenapa aku gugup. Kalian tau sekarang Gio menatapku begitu intens. Tidak tidak, bagaimana ini. Aku bertambah gugup karena ditambah dengan posisinya yang duduk dipinggiran tempat tidurku sekarang ini.
"Ya Gi? Eh sebelumnya kan kita belum kenalan gimana kalau kita kenalan ulang?"
Kalian dengar apa yang dia katakan? Dia mengajakku berkenalan! Artinya aku gak harus meminta berkenalan lagi!
"Oh iya. Aku Gia." Ucapku sambil mengulurkan sebelah tangan kepadanya.
"Haha, bukan perkenalan seperti itu yang aku maksud."
Ya tuhan, kenapa dia punya tawa yang indah seperti itu.
"Lah terus gimana?" tanyaku bingung
"Ceritakan semua tentangmu." Ucapnya disertai senyuman lembut yang dapat melelehkan hatiku sekarang ini. Ah tidak tidak.
"Hm, baiklah. Aku Fergia Astalla Salsabilla, putri tunggal dari orangtua ku. Siswi SMA Pertiwi, kelas XII IPA 2. Aku menyukai hujan, pelangi, senyuman, dan aku membenci asap rokok. Ada lagi yang ingin kau ketahui Tuan Gio?"
Dia tertawa mendengar kalimat terakhirku itu. menyebalkan, tetapi aku menyukainya. Eh apa yang aku katakan barusan?
"Baiklah Nyonya, kalau informasi itu kurang, akan aku tanyakan padamu lebih lanjut. Tapi bagaimana caranya ya?"
"Kalau mau minta nomor aku bilang aja, jangan pake kode-kode gitu haha."
"Haha iyadeh. Nyonya Gia, bolehkah diriku meminta nomor telepon mu?"
Aku rasanya ingin tertawa melihat ekspresi Gio saat ini. Dia terlihat seperti pria yang sedang mengemis cinta kepada seorang gadis.
"Kamu tau gak sih Gi, gimana ekspresi kamu sekarang? Memalukan haha." Baiklah baiklah aku gak sanggup melihat ekspresinya sekarang ini.
Waktu kami habiskan dengan canda tawa. Kalian tau, ternyata Gio itu gak seperti yang aku pikirkan. Dia malah humoris, ah jangan sampai aku jatuh terlalu dalam.
Ketika bel pulang sekolah, Gio membantuku turun dari tempat tidur dan menggandengku keluar UKS. Kalian tau dia menggandengku! MENGGANDENGKU!
"Hey, kalian udah mau keluar? Kenapa kalian...Em..Gandengan kayak gitu?"
Rasanya aku ingin mati sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRONG
Teen FictionFriendship is important. But more important if its adding by trust and love. -Unknown- --- Aku ingin bebas seperti burung. Ingin sekali. Aku ingat kala aku memilikimu karena keputusan bodohku. Mencintaimu karena kepura-puraanku. Semuanya. Sampai di...