STRONG 22

66 11 2
                                    

Jam hampir menunjukan pukul 7 malam. Gio mengenakan suit and tienya dengan rambut sedikit acak. Karena ini malam minggu dan setiap malam minggu di Kafe Youth pengunjung pria akan menggunakan suit atau tuxedo hitam. Dan wanita akan menggunakan dress hitam. Karena malam minggu temanya adalah White And Black.

Seraya menunggu Rio tiba. Gio beranjak ke kamar Nando.

Tok tok

"Bang." Gio mengetuk pintu Nando tak sabaran.

Tok tok

"Is ini orang pasti tidur." ujar Gio.

Tak lama kemudian keluar Nando dengan muka bantalnya.

"Hm?" gumam Nando.

"Aku ke Kafe Youth dulu. Ada acara." ucap Gio yang hanya dijawab anggukan oleh Nando.

"Tck. Serius bang."

"Iye curut. Abang mau tidur. Capek habis perang sama Gia." ucap Nando.

"Perang? Perang apaan bang?" Gio menaik-turunkan alisnya.

"Perang itu loh. Hahaha."

(Dasar laki-laki omes)

===

Rio tiba dirumah Gio. Sama halnya dengan Gio, Rio mengenakan suit and tie.

"Gi ayo. Mending kita duluan biar tau siapa yang ditemuin Lia." jawab Rio.

Gio menaiki Fortuner Hitam Rio dikursi penumpang.

"Oke Kafe Youth. Eh ntar dulu. Kita gak kayak gay kan berdua kesana malam minggu pula." ucap Rio.

Gio menautkan alisnya. "Ah kamu mah gitu sayang. Gak ngakuin aku." Gio menggelayut manja di lengan Rio.

"Anjir geli Gi geli." Rio berusaha menjauhkan lengan Gio yang menggelayut.

Gio tertawa lepas. "Lo peduli sama status kita atau Lia?" ucap Gio.

"Sulit memang. Gue gakmau nama baik gue tercoreng gara-gara pergi berdua lo malam minggu gini. Tapi buat Lia gakpapa lah gue rela." Rio menunduk pasrah.

"Good boy. Ayo jalan!" teriak Gio seraya menepuk pundak Rio.

Rio melajukan mobilnya menuju Kafe Youth.

===

Sementara itu...

Lia tengah bersiap-siap. Sekarang pukul 7 malam. Tinggal 1 jam lagi untuk bertemu pria itu. "Semoga Rio." Lia terus berdo'a.

"You look better Lia." ucap Lia pada dirinya sendiri di hadapan cermin besar seukurannya.

"Tinggal tata rambut sama makeup natural aja. Baju kayaknya udah sangat cocok." ucapnya lagi seraya memutar badannya untuk memastikan pakaiannya pas.

Lia membiarkan rambutnya tergerai dengan sedikit ikal dibagian bawah. Dan polesan make up senatural mungkin. Sentuhan terakhir, tas hitam kecilnya. "Bismillah." ucap Lia dalam hati.

Lia menatap jam yang melingkar di lengan kirinya. "Jam 7.15. Kayaknya pergi sekarang aja." Lia membatin.

Lia berangkat menuju Kafe Youth mengenakan taxi.

===

Kafe Youth

Seorang pria berjalan menuju Kafe Youth. Mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Sebelum dia mulai melangkah seorang pelayan mendatanginya. "Tuan sudah reservasi? Atas nama siapa?" tanya sang pelayan. Pria itu membisikan namanya. Dan dibalas anggukan oleh pelayan tersebut.

Pelayan wanita itu menghantar pria itu menuju mejanya. Meja tersebut berada tidak jauh dari panggung kafe. Hanya saja sedikit dibagian sudut mendekati jendela.

"Silahkan duduk. Tuan ingin memesan atau sedang menunggu seseorang?" tanya pelayan itu.

"Menunggu." ucapnya singkat.

"Baiklah tuan, saya permisi."

Pria itu mengedarkan pandangannya kearah pintu masuk. Dan disana, seorang wanita dengan balutan dress hitam yang sedikit terbuka dibagian pundaknya. Melangkah dengan pasti kedalam kafe tersebut.

Wanita itu tampak berbicara kepada sang pelayan dan pelayan tersebut mengantarnya menuju meja yang tak jauh dari pria tersebut.

===

Rio dan Gio tiba di Kafe Youth. "Hampir jam 8 Gi!" ucap Rio.

"Iya gue tau." ucap Gio singkat.

"Is gara-gara lo kan pake acara mampir beli kacang rebus segala. Masa ke sana bawa-baw kacang rebus gini. Gila lo Gi." sungut Rio sebal.

"Is kan gue kepengen Yo, apa salahnya sih? Yaudah ditinggal dimobil aja kali kacangnya." ucap Gio membela diri.

Rio keluar dari mobilnya. "Yaudah lo turun. Itu kacangnya jangan taro sembarangan! Ah elah tuh kan ada yang jatuh kulitnya. Ambil kunyuk!" Rio membentak Gio.

Gio hanya mencibir mendengar ocehan Rio. "Baru aja gue numpang naro kacang. Belum juga numpang idup sama lo." ucap Gio mendramatis.

"Gakada yang mau numpangin lo idup. Tinggal aja lo di bawah kolong jembatan. Udah buruan turun!"

"Is iya bawel elah!"

Gio menatap sedih kacang rebusnya. Seakan tak rela untuk ditinggal.

Mereka berdua masuk menuju Kafe Youth. Melempar pandangan dan tertuju kepada satu wanita. "Anjir itu Ririn!" ucap Gio.

"Hah siapa?" ucap Rio bingung.

"Itu yang neror elo bege! Kita ambil meja pojok sana aja deket jendela ayo buru! Keknya kosong!" ucap Gio berbisik.

Mereka berjalan santai agar tidak terlalu mencolok.

Gio yang pertama mendaratkan pantatnya ke kursi. Disusul oleh Rio. Posisi mereka didekat jendela. Ririn berada dibelakang mereka. Tepatnya 3 meja diserong kanan mereka.

"Untung tuh cewek gak liat. Eh ntar dulu keknya gue kenal cowok yang didepan kita deh Yo." ucap Gio.

"Yang ini?" Rio menunjuk pria yang berada didepan mereka.

"Jangan ditunjuk bego!" Gio menjitak kepala Rio.

"Aw. Iya iya khilaf. Iya keknya gue juga kenal."

Ehem

Ucap mereka serentak. Pria yang didepan tetap tidak menoleh. Sampai Rio nekat untuk mencolek pundak pria tersebut.

Pria itu menoleh ke belakang.

"ABANG?!"

"BANG NANDO?!"

"GIO?! RIO?!"

Ucap mereka bertiga serentak.

===

A/N

Halo maaf ya kalo aku latepost huhu.
Lagi galauu gara-gara remedial Fisika! Galau juga oii pepsos di jakarta! Gakbisa nonton :') #curcol

Pokoknya maaf!

And

Don't forget to leave your vomments! X

Thanks a lot!

STRONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang