Gia's POV
Ini hari ketiga aku dirawat. Bosan. Aku juga jadinya gak sekolah. Papa udah nganterin surat. Lia jadi tau kalo aku masuk rumah sakit. Padahal kan aku gakmau ngebuat dia cemas. Buktinya, pas Lia datang dia mencak-mencak gara-gara aku gak ngabarin dia.
Ah aku juga kefikiran Rio. Lia tadi bilang kalo Rio gak masuk sekolah lagi. Kemana sih itu anak? Padahal kemarin dia ngajakin aku ketemuan.
===
Di tempat lain
Seorang pria dengan seragam putih abu awalnya berjalan dengan santai sebelum sebuah mobil sedan hitam hampir menabraknya.
Pemilik mobil itu kemudian turun. Dari postur tubuhnya sudah diketahui kalau dia seorang wanita. Menggunakan skinny jeans hitam, tanktop serta dibalut dengan jaket kulit hitam, high heels hitam yang menambah ukuran tinggi badannya. Rambutnya dibiarkan tergerai, polesan wajahnya yang tidak terlalu mencolok membuat wajah naturalnya semakin mencolok. Tak lupa dengan kaca mata hitamnya dengan senyum sinis mengembang dibibir nya yang mungil.
"Hai Rio." ucap wanita itu.
"Siapa lo?" tanya Rio.
"Bukannya lo udah pernah dikasih tau ya kalo lo harus buat Gia ngejauh dari Nando? Atau..." wanita itu menggantungkan ucapannya.
"Ya gue tau. Gue bakal ngelakuinnya. Asal lo jangan macam-macam sama Lia!" Rio menekankan kata-katanya.
"Oke boy, gue kasih lo waktu 3 hari lagi. Kalo enggak say goodbye to your little princess." ucap wanita itu dengan senyum sinisnya.
"3 hari lagi? Apa gue bisa? Gue harus bisa. Ini demi Lia!" batin Gio.
Setelahnya wanita itu masuk kedalam mobil dan berlalu. Rio masih terpaku menatap kepergian mobil wanita itu.
"Siapa sih tuh cewek? Gue gakmau Lia kenapa napa. Ah sial" geram Rio.
Sang empu yang sedang gusar tak sadar kalau ada siswa lain yang memperhatikannya sejak awal. Dia Gio.
"Gue gak bakal biarin lo bikin Gia jauh dari Nando. Gue bakal cari tau cewek yang ngobrol sama Rio tadi." batin Gio.
Setelah itu Gio beranjak dari tempatnya dan mengikuti mobil sedan wanita tadi yang belum jauh. Riopun juga beranjak dari tempat itu ke sembarang arah.
===
Gio terus mengikuti mobil sedan itu dengan ninja hitamnya secara hati-hati.
Sedan itu mengarah ke daerah yang sepi. Hanya segelintir kendaraan yang berlalu lalang didaerah itu.
"Siapa sih tu cewek? Kenapa dia nyuruh Rio buat jauhin Gia dari bang Nando? Argh!" Gio membatin kesal.
Gio terus memperhatikan wanita itu yang sudah keluar dari kejauhan. Tiga laki-laki keluar dengan pakaian yang sama serba hitam. "Tuh orang udah kayak mau nyelawat. Tck." Gio mendelik.
Mereka--para komplotan serba hitam tu membicarakan hal yang terlihat lumayan penting. Sepertinya wanita itu bosnya. Mereka melanjutkan pembicaraan mereka di dalam rumah kecil itu.
Gio memarkirkan ninja hitamnya dan pergi menyelundup melewati samping rumah. Halaman rumah itu cukup luas dengan rumput yang biarkan tumbuh tinggi.
Gio berjalan pelan melewati jendela yang sepertinya jendela kamar dan menuju kejendela selanjutnya yang dibiarkan terbuka.
"Kita coba sekap Lia aja gimana bos?" ucap laki-laki yang paling besar ukuran badannya. Gio terpaku mendengarnya dan mencoba menajamkan pendengarannya.
"Iya bos, biar si Rio gak ngehindar terus." tambah laki-laki yang bertindik.Wanita yang dipanggil bos itu hanya mengernyitkan dahinya. "Sepertinya..."
Ciitt
Ucapan wanita itu terpotong karena suara yang berasal dari jendela. Gio tidak sengaja menyenggol jendela sehingga menimbulkan decitan yang nyaring.
"Ah shit!" Gio mengumpat.
"Cepetan cek itu suara apaan! Jangan sampe ada yang denger!" perintah wanita itu.
"Siap bos! Cepet Jek liat kesamping!" yang dipanggil Jek segera beranjak.
Pria yang dipanggil Jek memeriksa dari arah depan rumah menuju kesamping, sedangkan pria bertindik memeriksa dari arah belakang menuju ke samping.
"Woi! Siapa lo!" teriak Jek.
Jek berlari menuju pria yang mengendap-ngendap itu.
Bugh
"Anjir sakit bego Jek! Ini gue Roni! Ah elah." Ternyata yang dipukul bukanlah Gio melainkan Roni--pria bertindik.
Gio menekan dadanya, jantungnya berpacu cepat. Keringat bercucuran dijidatnya. "Untung gak ketangkep." batin Gio.
Ternyata Gio melompat melewati pagar yang cukup tinggi. Dengan bantuan pohon mangga, Gio berhasil melewatinya. Gio beranjak menuju ninja hitamnya dan berlalu.
===
Gia's POV
Aku sekarang ditemani Lia, dia baru balik dari sekolah. Kak Nando juga bentar lagi mau nyusul kesini kalo tugasnya udah selesai. Dia masih dikampus katanya.
Papa lagi dinas diluar kota. Mama lagi pergi beli buah-buahan. Aku sama Lia cuman ya gosip para wanita haha.
Tok tok
Ah sepertinya itu kak Nando. Aku kangen sama dia.
"Hai."
Itu bukan kak Nando. Itu Rio. Rio muncul dengan mukanya yang lebam. Tapi pakaian nya rapi. Dengan jeans biru pudar dan kaos hitam lengan pendek. Tapi Rio kenapa? Kenapa dengan mukanya? Aku menatap Rio iba. Aku lihat Lia juga menatap iba kearah Rio.
"Eh Rio ayo masuk." Rio menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Sorry ya aku gak bawa apa-apa. Hai Lia."
"H-hai Rio." ucap Lia canggung.
===
A/N
Haii maaf ya kalo gak dapat feelnya. Soalnya aku buat disekolah. Lagi free class ceritanya haha.
Makasih buat kalian yang mau baca cerita aku. Yang udah vote sama comment.
Salam,
Mella
KAMU SEDANG MEMBACA
STRONG
Teen FictionFriendship is important. But more important if its adding by trust and love. -Unknown- --- Aku ingin bebas seperti burung. Ingin sekali. Aku ingat kala aku memilikimu karena keputusan bodohku. Mencintaimu karena kepura-puraanku. Semuanya. Sampai di...