Sesampainya dirumah, Gio bergegas mengganti pakaiannya mengenakan kaos putih dilapisi jaket dan celana denim biru pudarnya.
Gio bergegas menuju rumah Gia. Hanya membutuhkan waktu sebentar karena rumah mereka yang lumayan dekat.
"Halo Gi. Aku didepan rumah kamu." Gio menelfon Gia.
Gia membuka pintu dengan muka mengernyit. "Ada apa Gi?" ucap Gia.
"Eh ayo masuk dulu Gi. Mau minum apa?" tanya Gia.
"Iya Ya. Gausah repot-repot. Aku cuma mau nanya. Menurut kamu ada yang beda gak sama Lia?"
"Beda? Kenapa emang Gi?" ucap Gia.
Gio menghembuskan nafasnya. Apa iya dia mesti menceritakannya pada Gia?
"Jawab aja Ya. Iya atau enggak?" Gio sedikit geram.
"Sebenarnya dia lagi seneng. Dia dapat paket gitu terus nyuruh Lia buat nemuin si pengirim di Kafe Youth nanti malem jam 8." ucap Gia.
"Gak ada tanda pengirimnya gitu?"
"Enggak. Dikartunya cuma tertulis 'Pria yang Mencintaimu' gitu. Gak ada namanya." Gia melihat wajah Gio yang serius. "Ah aku jadi kangen kak Nando."
"Gi kak Nando mana?"
"Oh, dia masih dikampus kayaknya. Paling bentar lagi pulang. Kenapa?" tanya Gio.
"Eh enggak hehe." ucap Gia tersipu.
"Mau kerumah? Kalo iya ayo sekalian bareng aku aja." Gio menawarkan.
"Bener? Yaudah bentar ya, aku ganti baju dulu." jawab Gia dan hanya dibalas anggukan oleh Gio.
===
Ternyata kak Nando sudah tiba dirumah. Mereka--Gio dan Gia masuk kedalam rumah.
"Bang, ada Gia nih!" teriak Gio.
"Iya tunggu bentar!" jawab Nando.
Nando keluar dengan celemek yang terpasang ditubuhnya. Ternyata Nando sedang memasak.
"Kenapa? Kangen ya?" canda Nando yang membuat Gia tersipu. "Kakak masak apa? Aku bantu ya?" ucap Gia yang segera mendekati Nando.
"Kakak mau buat cupcakes. Ayo sini." ucap Nando seraya merangkul pundak Gia menuju dapur.
Sedangkan Gio beranjak ke kamarnya untuk membasuh mukanya.
Gio mengambil handphone nya disaku celana. Dan mendiall nomor Rio.
"Halo Yo. Ntar malam lo sibuk?" ucap Gio
"Iya jam 8 gue mau pergi. Kenapa?"
Gio mengernyit. "Lo mau kemana?"
"Mau ke supermarket. Kulkas gue minta makan. Haha."
"Jadi Rio gak nemuin Lia? Apa emang itu bukan Rio yang ngirim?" Gio membatin.
"Kenapa lo? Mau ngajakin gue ngedate ya?"
"Iya rencana gue mau ngajakin lo buat candle light dinner berdua."
"Ayo sayang." Rio menjawabnya dengan genit.
"Ah kambing lo. Gini, gue tadi kerumah Gia. Terus dia bilang kalo Lia dapat paket gitu, si pengirim nyuruh dia ke Kafe Youth. Lo lupa? Ini hari terakhir tuh cewek ngasih lo kesempatan. Kita harus cegah. Jangan sampe Lia kenapa-napa." ucap Gio menjelaskan semuanya.
Diseberang sana, Rio sedang termenung. "Nanti malam gue kerumah lo jam 7."
"Ngapain? Lo nerima tawaran gue buat ngedate?"
"Gue serius kunyuk!"
"Haha canda kali. Ntar kabarin gue."
Gio mengakhiri panggilannya dengan Rio.
Gio menuju dapur untuk melihat apa yang sedang dilakukan Nando dan Gia. Dan terlihatlah dapur yang penuh tepung.
Mereka--Nando dan Gia saling melempar tepung. "Ehem" dehaman Gio menarik perhatian mereka berdua.
Nando dan Gia menoleh ke asal suara. Dan mereka bebisik-bisik seraya akan melakukan sesuatu. Gio bergidik ngeri ketika Nando mendekatinya dan merangkul bahunya mengenakan tangan kiri. Dan. Boom.
Tangan kiri Nando berisi tepung meluberkan isinya menuju wajah Gio.
Nando dan Gia tertawa terpingkal-pingkal melihat Gio yang sedang terbatuk akibat tepung yang dilempar oleh Nando.
Gio mengusap matanya karena terkena tepung. "Awas ya kalian. Rasakan jurus chidori Gio." Gio mengambil tepung dan melemparnya kearah Nando dan Gia.
Dan mulai lah perang tepung antara Nando Gia Vs Gio. Dan pastinya Gio yang tepar karena dua lawan satu.
"Curang. Mainnya keroyokan." Gio terduduk sambil terengah-engah.
Nando dan Gia tertawa terbahak-bahak sampai mereka mencium aroa gosong yang berasal dari oven.
"CUPCAKE NYA!" ucap Nando dan Gia serentak sambil melihat satu sama lain.
Dan gantian, giliran Gio tertawa lepas. Dan dihadiahi tatapan membunuh dari Nando dan Gia. Seketika Gio menjadi bungkam.
===
Dan disinilah mereka. Duduk dihadapan tv seraya memandangi cupcakes yang mengenaskan.
"Gakpapa. Cuma gosong dikit. Masih bisa dimakan." ucap Gia.
Gio dan Nando saling bertatapan ngeri. Seolah tidak menyangka Gia bisa mengatakannya dengan lancar.
"Apanya yang gosong dikit? Semuanya hitam gitu." Gio menggerutu.
"Yaudah gakpapa buang aja yang. Gak bisa dimakan lagi itu cupcakesnya." jawab Nando.
Gia mengerucutkan bibirnya. "Kan sayang kak. Kita udah susah buatnya."
"Yaudah makan aja sendiri." ucap Gio.
Gia menatap sedih kearah cupcakes yang mengenaskan itu.
"Gakpapa. Lain kali kita buat lagi ya sayang." Nando tersenyum manis seraya mengusap kepala Gia.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRONG
Teen FictionFriendship is important. But more important if its adding by trust and love. -Unknown- --- Aku ingin bebas seperti burung. Ingin sekali. Aku ingat kala aku memilikimu karena keputusan bodohku. Mencintaimu karena kepura-puraanku. Semuanya. Sampai di...