Part 9

6.1K 442 4
                                    

 "Val..."

Suara rintihan Jimmy membuat aku tersadar atas apa yang aku ingin lakukan. Aku mengurungkan niatku. Aku tidak ingin melihat jimmy menderita, jika ia melihatku merenggang nyawa terlebih dahulu. Mungkin Grandma benar. Aku tidak boleh mati begitu saja. Aku harus bertahan. Maafkan aku Grandma. Membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menyusul dirimu.


..........

Aku sedang membereskan beberapa pakaian yang akan ku bawa untuk pergi bersama Jimmy. Berat rasanya meninggalkan rumah ini. Tetapi aku tidak sanggup tinggal terlalu lama di sini. Berada di sini hanya akan membuatku terpuruk mengingatkan ku akan Grandma.

Kejadian kemarin adalah hal terburuk dalam hidupku. Aku harus menyaksikan orang yang sangat aku sayangi mati perlahan – lahan di depan mataku. Setelah Jimmy menyadarkanku. Aku langsung berusaha menyelamatkannya. Pikiranku terfokus padanya hingga ia siuman. Butuh waktu dua jam untuk kepulihan tubuhnya.

Setelah itu aku meminta Jimmy membantuku mengadakan pemakaman untuk Grandma. Lalu membereskan semua kekacauan yang terjadi. Gaun pengantinku adalah gaun yang paling mengenaskan. Warnanya sudah tidak putih lagi. Kotor sekali dan ada bercak merahnya. Mungkin aku adalah pengantin wanita yang paling menyedihkan.

Seharusnya ini menjadi hari yang sangat bahagia untukku. Karena pada akhirnya aku dan jimmy bisa bersatu dengan sempurna. Rasanya sangat sulit untuk menyadari pernikahanku lah yang menyebabkan kematian Grandma. Aku tidak bisa berhenti meratapi dan memikirkan semuanya. Ini seperti mimpi.

Setelah selesai membereskan semuanya. Jimmy membawaku ke mobilnya. Di dalam mobil kami hanya diam. Hanyut dalam pikiran masing - masing.


......

Rumah Jimmy hanya satu lantai. Di sini hanya terdapat satu kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, dan ruang makan. Rupanya ia tinggal berpindah – pindah tempat. Seingatku ia tidak tinggal di sini.

"Aku pindah ke tempat ini. Karena tempatku telah di ketahui oleh Rogue." Jimmy memberitahuku. Sepertinya ia membaca pikiranku lagi.

Aku tidak membalas ucapannya. Mataku hanya memandang pemandangan di jendela kamar ini. Kamarnya begitu luas dan juga tidak lupa sebuah ranjang king side yang besar menjadi daya tarik tersendiri sehingga sangat menggoda membuat kepada siapapun untuk tidur.

"Avalee." Suara jimmy menggema dalam ruangan ini.

Aku menoleh ia sudah duduk di sampingku. Tangannya memeluk pinggangku. Ia mencium puncak kepalaku.

"Maafkan aku Val. Aku begitu lemah tidak bisa menjagamu. Aku telah membiarkan Grandma tiada. Begitu bodohnya aku jatuh terkapar tidak sadarkan diri melawannya. Sungguh tubuhku mati rasa tapi aku bisa merasakan emosimu. Kau begitu menderita," Ia mengambil napas panjang, "maafkan aku, maafkan aku. Aku bahkan rela mati untukmu. Hidupku hanya untuk dirimu."

Aku melihat ada sorot kekecewaan di matanya. Aku mengerti. Dan aku tersadar bahwa aku tidak sendiri. Aku masih memiliki Jimmy di dalam hidupku. Mungkin Grandma pergi karena telah merasa aku akan aman berada di sisinya.

"Sudahlah Jim. Aku mengerti. Semuanya telah terjadi. Aku tidak akan menyalahkan dirimu atas kematian Grandma ini semua telah terjadi dan aku sendiri tidak bisa mencegahnya," ujarku sambil tersenyum.

Ia menatapku lama. Lalu menciumku. Ia menciumku dengan pelan. Lalu semuanya menjadi tak terkendali. Keadaan semakin panas. Napasku tersengal-sengal. Aku semakin susah untuk bernapas. Ia menggigit bibir bawahku dan aku menegang. Aku membuka mulutku dan memberikan lidahnya akses untuk masuk. Ciuman kami sangat berbeda dari sebelumnya.

Aku merasa ia mulai turun ke leherku ia menciumku. Memberikan banyak kiss mark di sana. Lalu ia beralih ke pundakku ia menciumnya dan menjilatnya rasanya sangat geli.

Sadar atas apa yang terjadi aku menjauhkan badanku darinya. Aku sangat gugup melakukan hal yang lebih jauh dari ini. Bagiku ini terlalu cepat.

"M-maaf jim aku tidak bisa. Aku butuh proses," lirihku kepada Jimmy.

Ia memejamkan matanya sebentar lalu membuka matanya dan menatapku. "Tidak, aku yang salah. Jangan meminta maaf val, aku akan menunggumu sampai kau siap. aku tidak akan memaksamu."

"A-aku harus ke kamar mandi Jim." Aku berjalan menuju kamar mandi dan kulihat Jimmy hanya diam membiarkan diriku menuju kamar mandi.


..........

Aku menyalakan shower dan duduk membiarkan air mengalir dari puncak kepalaku hingga ujung kakiku. Aku hanya diam memikirkan semuanya. Kadang aku merasa air yang mengalir bukan hanya air biasa. air mataku juga turut membasahi wajahku.

Aku tidak tau apakah aku bisa bertahan dengan Jimmy. Setelah aku pertimbangkan aku belum mengenal Jimmy lebih jauh. Apakah benar ia mate ku? Aku kadang meragukannya. Tetapi setiap getaran dalam tubuhku selalu muncul jika Jimmy berada di sampingku.

Aku tidak tau rencana apa yang tuhan siapkan untukku. Aku hanya berusaha untuk melakukan sesuatu yang berguna untuk diriku. Walaupun nyatanya tidak selalu berhasil. Pikiranku masih terus memikirkan kejadian tadi pagi.

Aku ingin menangis di dalam pelukan Jimmy. Aku ingin merasakan kehangatannya sekali lagi, tetapi aku tidak memiliki cukup keberanian untuk meminta padanya. Walaupun aku tahu ia akan menerimanya dengan senang hati.

Aku juga begitu bodoh menolak dirinya. Hanya saja rasanya begitu cepat. Aku baru kehilangan Grandma dan ia sudah ingin melakukan penyatuan. Aku tidak bisa Jim aku benar – benar butuh proses.

Tak terasa aku semakin terisak. Rasanya aku ingin berteriak pada tuhan dan meminta keadilan. Tetapi hati kecilku berkata untuk menerima semuanya dan menjalani apa yang ada di depanku sekarang dan menjaganya sampai akhir hayatku.

Semua ini hanya membuat diriku begitu pusing.

Jimmy mulai mengetuk pintu kamar mandi. "Val... buka pintunya, jangan membebani semuanya sendirian. Kau bisa menceritakan semua keluh kesahmu padaku. Kau tau kan semua pikiran yang berkecamuk di dalam dirimu aku bisa merasakannya juga?"

Aku begitu bodoh. Untuk apa aku memikirkan hal ini berada di dekatnya. Tentu saja ia bisa merasakan semuanya.

Aku membuka pintu kamar mandi. Dan kulihat Jimmy khawatir melihatku ia seperti ingin merangkulku dan menenangkan ku sebisa mungkin.

"Astaga val.. bajumu basah semua. Apa yang kau pikirkan huh? Kau ingin sakit dan membuat diriku tidak tenang? Kau harus mengeringkan dirimu dan berganti pakaian." Jimmy terlihat marah melihat keadaanku yang basah kuyup seperti ini.

Aku hanya diam menatapnya. Ia memberikan aku baju tidur yang hangat sekali. lalu aku mencoba memakainya di dalam kamar mandi. Ia menunggu diriku di luar. Lalu setelah selesai, aku keluar dari dalam kamar mandi dan mendapati Jimmy membawa semangkuk cream sup untukku.

"Makanlahh val, jika kau sayang padaku juga aku ingin kau menghabiskan sup ini." Ucap Jimmy sambil memberikan mangkuk itu kepadaku.

Aku hanya menggeleng pelan. "Aku tidak lapar Jim, aku-aku hanya—"

Jimmy tidak banyak bicara dan langsung menyuapkan satu sendok sup itu kepadaku. Setelah itu ia tersenyum dan menyuruhku untuk diam dan menurut padanya. Aku tidak bisa melawan Jimmy. Tentu saja aku menurut padanya.

Setelah selesai ia membawaku ke ranjang dan menyuruhku untuk beristirahat. Lalu aku melihat ia ingin pergi keluar dari kamar. "Jangan pergi Jim. Aku membutuhkanmu. T-tidurlah di sampingku. Aku-aku takut sendirian."

Oh tuhan alasanku buruk sekali untuk apa aku bilang aku takut sendirian pasti ia tidak percaya.

Jimmy hanya terkekeh mendengar ucapanku. Lalu ia menghampiri diriku. Dan tidur di sampingku. Tangannya memelukku dan aku merasa getaran dalam diriku mulai muncul seketika. Aku berusaha untuk tetap tenang dan tidur. Pelukan Jimmy semakin erat. Dan entah mengapa aku semakin menyukainya.



Tbc.


Avalee DwyneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang