Sebelumnya saya ingin meminta maaf karena untuk kedepannya saya tidak bisa menjamin kapan waktu saya untuk update cerita ini dikarenakan beberapa faktor.
Saya tidak tahu kapan waktu untuk update selanjutnya. Bisa jadi cepat bisa juga lambat.
Bagi kalian yang tidak menyukai adegan berdarah silahkan lewati saja part ini dan abaikan gambar di mulmed^^ Terima kasih.
Selamat hari raya nyepi bagi yang merayakan^^ *Maaf Telat
***
Balutan penyesalan yang terlalu di paksakan, menggema dalam ruangan kotor yang terdapat banyak bercak dan noda merah pada putihnya pakaian yang melekat pada tubuhku. Suara itu sepenuhnya merupakan bagian dari sececap rasa mual yang begitu dipaksakan.
Entah sudah berapa lama aku mencoba mengeluarkan apa yang telah aku makan namun aku tidak dapat mengeluarkannya dari isi perutku. Sepintas penyesalan muncul begitu saja di benakku.
Aku sudah berusaha membayangkan kembali untuk membuat tubuhku semakin menolaknya. Namun semuanya percuma daging itu telah berhasil masuk ke dalam perutku dan tak akan keluar dari mulutku.
Benar, Untuk apa aku mati - matian berusaha memuntahkannya sedangkan tubuhku begitu menginginkannya. Benar - benar munafik.
Aku sudah lelah untuk menolak. Namun aku juga lelah untuk berpura - pura menerima dan terus berjuang sendirian. Entah mengapa aku merasa perjuanganku akan berakhir sia - sia.
Persetan dengan makanan ini. Mungkin aku telah menjadi monster terkutuk!
Aku melihat cerminan diriku di dalam kamar mandi ini. Wajahku, aku merasa ini bukan diriku. Wajahku terlihat lebih berbeda dari terakhir kali aku melihatnya. Bukan dalam keadaan yang lebih baik. Rasanya semakin pucat dan menggelikan.
Monster! Aku monster yang mengenaskan! Pantas saja aku memakan makhluk kecil yang tak berdaya dan menjijikan!
Namun aku menyadari sesuatu yang lebih menyeramkan dari wajahku. Bola mataku. Warnanya telah berubah. Perubahan warna bola mataku juga semakin mendukung betapa mengerikannya diriku saat ini.
Aku benar - benar tidak mengenali siapa diriku saat ini. Gadis bermata api? Atau monster dengan mata api? Huh? Sungguh konyol.
Rasanya sangat menyenangkan mengatakan bahwa aku seperti monster hingga tak terasa air mataku membasahi pipiku begitu saja.
Aku menangis sambil tertawa! Sungguh diluar dugaan. Perilaku diriku telah berubah seperti orang yang terbilang cukup gila. Mataku terus menatap lurus terhadap cermin ini.
Perlahan aku merasakan rasa sesak teramat dalam muncul begitu saja di dalam dadaku, rasanya seperti menyayat jantungku . Aku tak mampu lagi untuk tertawa. Semua perasaanku sangat hancur. Kali ini aku benar - benar menangis.
Tak lama sebuah suara bersamaan dengan ketukan pintu muncul begitu saja. "Tolong buka pintunya Ms.Dwyne. Apa yang terjadi pada anda?"
Aku lebih memilih untuk tidak menghiraukan suara perawat itu. Aku tidak ingin orang lain melihat keadaanku seperti ini.
"Pergi!" Balasku dengan sedikit terisak.
Mungkin aku harus bersyukur karena sudah hampir lima belas menit aku tidak mendengar suara wanita itu lagi. Aku menyalakan keran air yang ada pada wastafel di depanku saat ini. Agar tidak ada yang mendengar tangisan burukku lagi.
Semakin lama air yang keluar dari keran tersebut membuat diriku semakin terisak. Aku tidak tahan merasakan terkurung seperti ini. Apa aku harus mati saja dan menyerah? Rasanya lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avalee Dwyne
WerewolfCOMPLETED Semenjak aku bertemu dengannya berbagai macam kenyataan mulai muncul bersama dengan emosi yang terkadang begitu menyakitkan. Belum lagi sikap, aroma, suara dan tubuhnya yang membuat diriku terus merasakan tekanan aneh yang terus berkecamu...