Part 18.2

6K 405 9
                                    

Jimmy Pov

Melihatnya tertidur begitu pulas di sampingku membuatku menyadari betapa pentingnya ia untukku. Jika keadaan selalu seperti ini aku tidak akan bisa meninggalkan dirinya sedikitpun. Bahkan berpaling dari wajahnya pun aku tidak ingin.

Aku menyukai setiap aroma tubuhnya. Rambutnya yang panjang dan sedikit bergelombang. Alisnya yang tebal. Bibirnya yang selalu merah merekah. Pipinya yang merah merona jika aku selalu menatapnya.

Hidungnya yang membuatku selalu merasa gemas ingin mencubitnya. Suaranya yang membuatku selalu merindukannya. Dan setiap kehangatan yang selalu ia berikan padaku. Rasanya terlalu sempurna bagiku.

Terkadang aku selalu bertanya pada diriku sendiri. Apakah aku sudah cukup membahagiakan dirinya? Atau apa aku pantas menjaga dirinya dan menjadikannya hanya untuk diriku seorang? Aku tidak tahu jawaban yang tepat untuk semua pemikiran ini.

Aku juga selalu membaca pikirannya padaku. Aku tahu di saat ia marah padaku. Aku juga tahu apa yang ia inginkan dariku. Aku mengetahui semuanya. Namun aku tidak ingin ia salah paham denganku lagi. Aku ingin ia berterus terang padaku seperti ini.

Rasanya hubungan yang kami jalani sudah terasa begitu lengkap sekarang. Kami sudah melakukan penyatuan dan aku telah menandainya.

Aku sudah tidak perlu khawatir lagi jika ada orang lain yang berniat jahat padanya. Tentu saja emosi orang lain terhadapnya dapat kurasakan juga mulai dari sekarang.

Sebenarnya saat itu, aku sangat tidak menyukai jika Avalee berdekatan dengan Nick. Entahlah rasanya tidak enak jika melihat Avalee berbagi cerita dengan Nick.

Membuat perasaaanku tidak tenang dan penuh dengan amarah. Apalagi Max Wolf dalam diriku selalu bertindak gegabah untuk menghancurkan Pria siapa saja yang berdekatan dengannya.

Sebenarnya ini juga salahku. Aku meninggalkan dirinya selama lima hari. Mungkin kalian berpikir kalau aku sangat egois. Namun aku melakukan hal itu juga sangat terpaksa.

Sehari saja tanpanya rasanya begitu hampa. Aku sangat merindukan aroma tubuhnya. Namun apa daya ini semua diluar kehendak diriku. Aku tidak bisa menolak perintah dari Alpha sedikitpun. Aku harus mentaati semua perintahnya.

Semua itu tidak bisa diganggu gugat. Alpha adalah orang yang paling kusegani sepanjang hidupku. Bahkan aku berani mempertaruhkan nyawaku untuknya. Sudah banyak pertempuran yang kulalui untuk melindunginya.

Aku melakukannya dengan senang hati. Entahlah semua ini kulakukan juga karena naluri dari dalam diriku. Seolah – olah setiap gerakan yang kulakukan juga menjadi kenikmatan sendiri terhadap tubuhku. Aku tidak bisa memungkirinya.

Saat ini kami masih berada di sebuah kamar didalam kapal. Avalee masih dalam posisi dengan tanganku yang memeluknya. Sesekali aku melihat bibirnya yang menyunggingkan sebuah senyuman di wajahnya. Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan saat ini. Ia masih tertidur sangat pulas.

Sebuah pikiran jahil terlintas di dalam benakku. Aku sangat ingin mencubit hidungnya dan mencium bibirnya sekali lagi. Walaupun aku tahu kemungkinan tindakanku ini akan mengganggu tidurnya saat ini.

Perlahan – lahan aku mendekatkan tanganku pada hidungnya, lalu aku mencubit hidung mancungnya dengan pelan. Kemudian mataku beralih pada bibirnya. Aku terdiam sebentar memandang dirinya sekali lagi. Lalu dengan penuh keyakinan aku mendekatkan wajahku padanya.

"Enghhh—" ia berguman kecil saat bibirku telah berhasil menyentuh bibirnya. Sepertinya aku hampir berhasil membuatnya sedikit tersadar.

Lalu aku memberikan kecupan singkat di keningnya. Perlahan ia membuka matanya dan menatap ke arahku. Melihat akan hal itu. Aku tersenyum padanya dan matanya terus memandang ke arahku, Ia tersenyum kecil padaku.

Tangannya beralih memegang pipi dan pundakku. Lalu ia berusaha mendekatkan wajahnya kepadaku. Ia berusaha membalas ciuman singkat yang membuatnya terbangun seperti ini.

Semakin lama aku tidak ingin melepaskannya. Ia selalu pandai membuat diriku tercandu olehnya. Rasa ingin terpuaskan mendadak muncul dalam diriku. Aku sangat ingin merasakan dirinya sekali lagi seketika.

Sepertinya ia merasakan hal yang sama denganku. kami saling membalas satu sama lain dalam hal itu saat ini.

Oh shit! Kau selalu membuatku tak bisa melepaskanmu val.

Aku kembali berusaha untuk melakukan hal yang lebih jauh. Namun tiba – tiba ia berusaha untuk menghentikan gerakanku. "J-jim—" Gumannya padaku.

Aku terhenti akan ucapannya. "Ada apa Val?"

"B-badanku— Sakit sekali." Ia berusaha untuk bangun dari tempat tidur ini.

Aku terkekeh mendengarnya. "Maaf, mungkin ini semua karena tindakanku padamu dua jam yang lalu." Aku berusaha untuk menatap wajahnya.

"T-tidak Jim. Rasanya sangat sakit. Akhh—" Sontak Ia mencengkram selimut yang membaluti seluruh tubuhnya.

Aku cukup heran dengan tubuhnya yang mendadak seperti ini. Apa ada yang salah dengannya? Aku harus mencari tahu.

Avalee akan melakukan perubahan Jim. Aku bisa merasakan sisi wolfnya mulai terbangun. Max wolf dalam diriku mulai berbicara padaku.

"Apakah sekarang saatnya? Ini benar – benar diluar dugaan." Aku membalas ucapan wolf di dalam diriku melalui batinku.

Kita lihat saja sekarang. Bantu Avalee untuk bertahan menahan sakitnya. Ujar wolf dalam diriku.

Aku dapat merasakan rasa sakit yang di alami Avalee saat ini. Ya, Max benar saat ini Avalee benar – benar akan berubah. Sudah terlihat dari rasa sakit yang di alaminya saat ini.

"Bertahanlah Val, kau harus bisa melawan rasa sakit ini. Sebentar lagi akan segera berakhir. Kau akan mengalami perubahan sekarang juga." Aku berusaha untuk meyakinkan dirinya.

"Akhhh J-jim A-aku ti-dak ta-han lagi—" Ia mengerang tidak jelas padaku. Aku dapat merasakan ini puncaknya.

Aku terus berada di sampingnya untuk berjaga – jaga agar ia tidak kehilangan kendali atas perubahannya. Semakin lama tubuhnya mulai berubah secara perlahan.

Awalnya aku melihat perubahan ini dengan wajar. Namun ada hal aneh yang terasa mengganjal. Tubuh wolf-nya sangat tidak wajar dari ukuran untuk seorang wanita. Namun ada hal yang cukup mengejutkan untukku, Saat ia sudah mencapai perubahan yang sempurna. Warna Bulunya sangat berbeda.

"The Golden Wolf." Tak terasa mulutku bersuara dengan sendirinya di hadapan sisi wolfnya sekarang.

Kemudian ia mengaum sekencang mungkin dan berusaha untuk keluar dari ruangan ini. Melihat hal itu aku tidak tinggal diam. Aku berusaha untuk mencegahnya dan mengalami sedikit kesulitan.

Rupanya ia tidak mengenali diriku sebaik mungkin. Ia berusaha untuk melawan diriku. Tetapi aku berusaha untuk menghindar dari setiap perlawanannya kepadaku. Sangat sulit untuk membuatnya berhenti dan berubah kembali.

"Sadarlah Val. Kendalikan dirimu sendiri." Aku berusaha untuk menyadarkan dirinya. Namun usahaku sia – sia. Ia tidak mendengarkan ucapanku sedikitpun.

Sepertinya legenda itu benar. Aku tidak ingin Avalee berada di dalam bahaya. Aku harus bisa mencegah dirinya sebisa mungkin. Hingga akhirnya perlahan ia berhenti dan berubah kembali.

Aku harus segera kembali dan memberitahukan hal ini kepada Alpha. Batinku.



Tbc.

...................................................

Maaf atas keterlambatan Update belakangan ini aku mulai banyak tugas, tetapi aku akan tetap berusaha untuk update walaupun agak lama. Dan juga ide sedang susah untuk dikeluarkan-_- ini aja aku ngerasa part ini kurang kena-_-


Terima kasih atas setiap dukungannya^^


Avalee DwyneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang