Part 15

5.2K 418 3
                                    


Jimmy Pov


Kau menyakitinya Jim! Kau membuat mate kita menangis!
Max wolf ku terus berbicara dan memarahi diriku.

Sudah 2 jam

120 menit

Dan 7200 detik

Setelah pertengkaran kami. Aku melihatnya ia langsung pergi menuju kamar kami. Aku terus berpikir. Apa yang seharusnya kulakukan? Apakah aku salah? Aku merasa berbuat benar. Tetapi sekarang aku bisa merasakan dirinya yang sedang menangis.

Aku tidak mau tahu! Kau harus meminta maaf pada Avalee! Atau biar aku saja yang mengambil alih tubuhmu dan meminta maaf padanya!

"Diamlah Max! Aku sedang berpikir! Aku tidak akan membiarkan dirimu mengambil alih tubuhku! Karena kau akan berbuat yang tidak diinginkan nanti padanya," ucapku pada Max Wolf dalam diriku.

Baiklah! Awas jika kau tidak meminta maaf padanya! Aku akan mendiamkan dirimu selama mungkin!

Aku menghiraukan ucapan Wolf dalam diriku. Aku tidak peduli jika ia mau mendiamkan diriku. Lagi pula aku yakin ia tidak mungkin bisa mendiamkan diriku. Karena kami saling bergantung.

Alasan pertengkaran kami dimulai karena aku merasakan ia pergi bersama orang lain. Dan aku yakin dari sudut matanya. Aku bisa merasakan jika ia pergi bersama pria. Aku tidak melarangnya pergi keluar rumah. tetapi dengan pria? Yang benar saja! Aku tidak akan mengizinkannya dengan siapapun itu!

Tetapi ia tidak mengerti rupanya. Aku tahu ia tidak suka jika aku berdekatan dengan Dietha. Dan lagi pula aku selalu menjaga jarak dengannya semenjak ia hadir di dalam hidupku. Aku selalu menjaga perasaanya. Sampai ia memata-mematai diriku waktu itu.

Sebenarnya aku mendiamkan dirinya. Mengabaikannya juga ada alasannya. Aku ingin ia belajar akan satu hal. Bahwa aku juga bukan manusia biasa yang selalu memaafkan kesalahannya. Aku ingin ia bersikap menjadi lebih baik. Jika aku membiarkannya melakukan hal bahaya seperti itu. Kemungkinan ia akan melakukannya lagi dan aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Walaupun aku tahu alasannya melakukan itu untuk apa. Karena aku bisa membaca setiap pikirannya, jadi aku selalu tahu maksudnya apa, tanpa ia harus memberi tahu alasannya kepada diriku. Hanya saja aku berpura – pura tidak tahu di depannya dan seakan tidak peduli padanya.

Tetapi masalah yang ini belum selesai. Ia sudah membuat masalah lain dan saat itu aku tidak bisa mengontrol emosiku untuk tidak memarahinya. Mungkin aku memang kasar. Aku juga bodoh bersikap seperti itu. Tetapi aku khawatir padanya. Aku begini juga karena dirinya. Tidak ada hal yang lain.

Aku ingin Avalee mengerti keadaan diriku. Tetapi itu akan sulit jika kami belum melakukan penyatuan sama sekali. Aku juga belum menandai dirinya. Maka dari itu aku begitu marah, jika ia mendekati pria lain yang aku tidak tahu asal usulnya sama sekali.

Avalee juga belum berubah menjadi Werewolf sama sekali. Entahlah aku tidak mengerti. Seharusnya Gadis seusia dirinya sudah mulai berubah. Tetapi sampai sekarang belum ada tanda – tanda bahwa ia akan berubah. Akupun tidak masalah karena aku mencintai dirinya apa adanya.

Ya benar aku mencintainya saat aku menemukan dirinya waktu itu. Aku sangat bersyukur Alpha menyuruh diriku untuk pergi ke Castle Combe. Walaupun sebenarnya aku sangat keberatan. Mengingat hal itu. Jika aku kembali kesana. Memory lamaku akan terus menghantui diriku. Dan aku sudah mengubur kenangan itu sedalam mungkin.

Aku masih ingat saat ekspresinya pertama kali melihat diriku. Ada getaran kuat yang muncul di antara kami. Daya tariknya begitu kuat pada diriku. Dan di saat itu aku mengerti. Ia mate ku. Max yang bilang itu padaku. Dan aku meyakininya karena aku merasa ia berbeda dengan yang lainnya.

Langsung saja aku mencari banyak informasi tentang dirinya. Dan banyak hal yang tak terduga terjadi dalam hidupnya. Hingga sekarang ia pun harus kehilangan keluarga satu – satunya. Itu semua karena rogue. Aku yakin cepat atau lambat Avalee akan berada dalam bahaya. Maka dari itu aku sangat marah jika ia pergi keluar dari pack ini.

Mengenai rogue. Aku selalu mengintai mereka. Bukan hanya soal permasalahan pribadi. Tetapi Alpha juga menyuruhku untuk melakukan pengintaian. Sudah hampir dua minggu tidak ada pergerakan dari mereka. Aku tidak tahu apa rencana mereka selanjutnya. Tetapi aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi nanti.

Kau bodoh Jim! Berhentilah banyak berpikir! Semakin lama Avalee akan merasa kalau kau benar – benar tidak peduli padanya!

Sadar akan ucapan Max aku-pun segera bangkit dan bergegas untuk menghampirinya. "Kau benar Max. Aku akan segera menghampiri dirinya. Bukan untukmu. Tetapi untuk hubungan kami dan juga diriku."

Aku terus berjalan menuju kamar kami. langkah demi langkah ku lewati. Entah mengapa berjalan menghampirinya serasa begitu cepat. Apakah aku takut menghadapinya? Aku rasa tidak. Hanya saja aku ragu jika keberadaanku tidak membuat keadaannya jauh lebih baik.

Aku kecewa padamu Jim. Kau membuat diriku begitu frustasi. Padahal aku menyanyangimu sama seperti perasaanku kepada Grandma. Apakah kau tidak sadar?!

Saat aku sudah berhasil berada di depan kamar kami. Aku merasakan ia terus mengeluh akan diriku. Ingin sekali rasanya untuk memeluk dirinya yang rapuh seperti itu. Tetapi apakah aku pantas? Karena akulah penyebab penderitaannya. Entahlah aku menjadi tidak yakin apakah aku harus berbicara padanya dan memilih untuk diam. Membiarkan ia menenangkan dirinya sendiri.

Lakukan Jim! Buka pintunya! Saat ini ia membutuhkan dirimu bodoh! Aku saja bisa merasakannya!
Max terus meyakinkan diriku agar aku membuka gagang pintu yang dari tadi sudah ada di genggaman tanganku. Aku sendiri tidak menyadari apa yang tubuhku lakukan saat ini.

"Oke mungkin aku harus membukanya."  batinku.

Aku menyiapkan diriku. Aku siap jika nanti Avalee akan memarahiku seperti tadi. Aku harus menghadapinya. Aku akan melakukan apapun untuknya. Max benar aku tidak boleh ragu sedikitpun.

Jim? Kau di mana? Datanglah ke rumahku. Ada hal penting yang aku ingin sampaikan padamu. Dan jangan lama!

Baru saja aku ingin benar – benar membuka pintu. Alpha me-mind link diriku.

"Baik Alpha. Aku akan segera menuju ke sana secepat mungkin," balasku pada Alpha melalui pikiranku dan setelah itu Alpha tidak membalasnya lagi.

Aku mengurungkan niatku untuk meminta maaf kepada Avalee malam ini. Mungkin setelah selesai dari rumah Alpha aku akan menemui dirinya kembali.

"Maafkan aku val. Aku janji akan menemui secepat mungkin. Cobalah mengerti diriku sebisa mungkin. Sampai kau akan mengetahui kenyataan sebenarnya. Bersabarlah," batinku.

Dan sepertinya Max mengerti. Ia tidak berbicara sepatah katapun padaku. Saat aku telah beranjak pergi dari depan pintu kamar kami. Atau mungkin ia mulai mendiamkan diriku? Maafkan aku Max. Aku tidak bisa menolak keinginan Alpha. Kau tahu akan hal itu juga kan?



Tbc.

.....................................................................................


Haloo Readers!

Ini pertama kalinya aku bikin Pov Jimmy. Wdyt guys? Apa aneh? Bingung? Wkwk karena aku belum terbiasa bikin karakter cowo jadi harap di maklumin kalo ga dapet feelnya._.

Aku ngerasa kalau aku juga harus bikin Pov Jimmy hehe._.v makanya aku coba dan hasilnya kaya gini HAHA

OH IYA hampir lupa^^ Happy New Year Everyone!


See you next year^^



Avalee DwyneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang