Chapter 3

136 20 1
                                        

Aku sangat kaget. Dan aku tidak percaya siapa yang baru saja menahanku. Dia adalah saudaraku dari ibuku. Itu Liam! Yup, Liam Payne! Mamaku memiliki nama belakang Payne jadi aku juga bersaudara dengannya. Aku benar-benar tidak percaya.
"Liam?! Astaga kapan kau datang? Aku sangat merindukanmu" Liam adalah saudaraku yang sangat peduli padaku. Seperti Dann.
"Jenna?! Kau sudah sangat besar. Aku baru saja datang. Aku juga merindukanmu, Jen." Dan dia memelukku. Aku membalas pelukannya. Saat kita sedang berpelukan, kulihat Harry yang baru saja keluar dari kelas. Sialan. Tapi dia seperti menatap aku yang sedang berpelukan dengan Liam. Masa bodoh. Aku tidak peduli padanya juga.

Setelah melepaskan pelukannya dariku, kita menatap satu sama lain.
Dia sungguh pria yang sangat tampan.
"Apa kau kuliah di LAC?" tanyannya.
"Ya, aku kuliah di sini." Dan saat kita sedang asik mengobrol, tiba-tiba saja, seorang perempuan menarik tanganku, dan membawaku pergi dari Liam. Tidak terlalu jauh. Tapi tunggu.. Sepertinya aku kenal dengan perempuan ini.

Ya, aku kenal. Dia adalah Jemma. Ishh.. Apa lagi sih maunya?
"Hey, Jen. Apa kau mau ikut ke pesta temanku?"
Apa? Pesta? Pesta siapa?
"Tapi pestanya siapa, Jem?"
"Kau tidak perlu tau. Intinya, apa kau mau datang? Biar nanti aku menjemputmu."
Aku tidak mengerti dan aku tidak yakin juga untuk ikut ke pestanya. Aku curiga dengannya.
"Baiklah. Aku akan ikut. Tapi aku harus izin dengan Dann, kakakku."
Dia memasang muka cemberutnya. Aku benci saat melihat seseorang cemberut. "Kau harus izin? Kau sudah seperti anak kecil saja. Tidak usah lah. Kau kan sudah besar. Tentu dia akan memperbolehkanmu." Katanya. Aku memutarkan bola mataku.
"Baiklah baiklah. Aku akan datang. Ini nomor hpku." Aku bertukaran nomor telefon dengannya.
"Baiklah. Acaranya akan diadakan jam 8 dan nanti malam. Dan kirimkan alamat apartemenmu. Oke?" Aku mengangguk. Setelah dia pergi, aku menyamperin Liam.

"Liam aku minta maaf. Aku sudah meninggalkanmu sendirian."
"Tidak apa-apa. Dan aku tidak sendirian saat kau pergi." Apa? Tidak sendirian? Dengan siapa tadi dia?
"Kau berbicara dengan siapa tadi saat aku tidak ada?"
"Aku berbicara dengan seorang pria. Dia juga tinggi. Sama sepertiku. Kalau tidak salah namanya Harry." Apa?! Si orang brengsek itu?! Sialan. Mengapa dia selalu mencari masalah. Astaga. Mengapa harus Harry?
"Kau berbicara dengannya?!"
"Ya. Dia berbicara denganku. Kita membicarakan tentangmu di kampus ini. Banyak sekali cerita tentang kau."
Aku sungguh tidak percaya. Baru saja aku tinggal di kota ini beberapa hari, dan aku sudah mempunyai masalah dengan orang brengsek itu.
"Kenapa kau? Apa kamu sakit, Jenna?"
Aku menggelengkan kepalaku.
"Tidak. Aku tidak apa-apa. Dan mengapa kau tau aku disini? Apa kau mau mampir di apartemen kami?"
"Ya. Aku mencari kalian. Karena aku mendapat kabar dari ibumu. Dia bilang kalian pindah ke L.A dan aku langsung kesini untuk bertemu dengan kalian."

Wow. Jauh-jauh dari London mau ketemu aku dan Dann? Itu sungguh luar biasa.
"Wow, your awesome, dude. Kalau begitu, mari kita ke apartemen bersama-sama. Apa kau akan tinggal di L.A?" Tanyaku.
"Ya, untuk beberapa hari. Aku juga memiliki urusan. Apakah boleh aku menginap di apartemenmu?"
"Ya tentu saja kau boleh! Kau saudaraku yang paling hebat!"
Kita tertawa dengan keras. Setelah kota berbicara dan tertawa-tawa, kita langsung menuju ke apartemenku.

Ahkirnya aku dan Liam sampai di apartemen. Aku melihat kakakku sedang menonton tv dan duduk di sofa.
"Hai Jen- Liam?! Kapan kau datang? Sungguh mengejutkan, bro." Katanya.
"Tentu. Aku datang ke kampus adekmu. Aku memiliki beberapa urusan dengan temanku disini. Apa aku boleh menginap untuk beberapa hari?" tanyaya ke Dann.
"Tentu saja, dude! Kau boleh menginap sampai kapanpun! Em.. Jenna, tolong antarkan Liam ke kamar tamu ya."
"Baiklah. Tapi Dann, setelah aku mengantarkan Liam, aku harus berbicara denganmu sebentar."
"Baiklah" katanya.
Aku mengantarkan Liam kekamarnya. Aku senang Liam mau menginap di apartemen kita.
"Kau memiliki apartemen yang cukup besar. Bahkan kamarnya juga lumayan."
"Ya, itulah Dann. Tapi aku pikir ini teralalu besar. Ya kau tau sendiri Dann sifatnya selalu ingin tinggi." kataku. Liam tertawa.
"Baiklah. Kau pergi saja. Aku akan tiduran dulu dikamarku ini."
Setelah mengantarkan Liam kekamarnya, aku menyusuli Dann di sofa untuk berbicara tentang pesta temennya Jemma yang aneh itu.
"Dann. Aku mau minta izin malam ini."
"Ada apa Jenna? Kau mau kemana?"
"Aku mau pergi ke pesta temanku."
"Pestanya siapa?"
"Temanku. Jemma. Dia bilang dia dan temennya akan mengadakan pesta. Aku tidak tau dimana. Tapi Jemma akan menjemputku sebentar lagi. Jadi boleh ya?"
"Baiklah aku mengizinkanmu. Tapi kau harus menjaga dirimu sendiri. Kau tidak boleh terlalu mabuk. Kau tau kau masih Mahasiswi."
Aku sangat senang ketika Dann mengizinkanku untuk ke pestanya. Aku memeluknya dan mengangguk "iya".

All The Love, H.Where stories live. Discover now