Aku terbangun. Astaga, apa yang terjadi? Apakah tadi hanyala sebuah mimpi? Harry memaksaku untuk ikut bersamanya tanpa alasan? Akuelihat sekitarku. Ya, itu hanyalah mimpi. Aku melihat bahwa aku terbangun disofa ruang tamu dan waktu menunjukkan pukul enam lewat duapuluh menit. Apa aku sangat lelah sesampai aku tidur dengan lelap? Hari apa sekarang? Apa aku harus bekerja? Mengapa aku menjadi seperti ini, seperti terkena amnesia saja. Aku melihat ponselku dan ternyata ini adalah hari kamis. Oh, aku untung saja hari ini aku tidak ada kegiatan lain. Aku juga mengecek ponselku sekali lagi untuk memastikan bahwa Harry tidak menelfonku seperti di mimpiku tadi dan benar, hal itu tidak terjadi.
Betapa leganya aku. Aku menaruh tanganku keatas kepalaku dan menghelakan nafas. Rasanya sangat bosan disini. Aku ingin buru-buru menemui ibuku. Oh ya, dimana Dann dan Liam? Mereka beluk pulang? Aku bangun dari sofa sambil membawa ponselku lalu berjalan perlahan ke gazebo. Tapi sayangnya, diluar sedang hujan jadi kuputuskan untuk memasuki kamarku. Aku menelfon Liam.
"Ada apa, Jenna?"
"Kalian dimana?"
"Kami sedang dijalan pulang. Apa ada masalah?"
Oh syukurlah. Kukira terjadi sesuatu. "Tidak. Aku hanya ingin bertanya padamu. Apakah kau sudah tahu?"
"Tentang apa, Jenna?"
"Tentang Silvia."
"Oh ibumu. Ya, aku sudah tahu. Dann memberitahukannya padaku barusan. Sabarlah, kita pasti akan balik ke london dan menemui ibumu."
"Baiklah. Oh ya, Liam. Ada satu hal lagu."
"Apa?"
Aku ingin menanykannya tentang dia. Apa yang terjadi dengannya dan ibunya, Bibi Oliv. "Sebaiknya kita bicarakan nanti saja saat kau pulang. Baiklah, sampai jumpa."
"Oh baiklah. Da-ah." Dia memutuskan telefonnya. Apa yang harus aku lakukan? Aku merasa sangat bosan disini. Kuputuskan untuk membuka laptopku dan melanjutkan cerita novelku yang kukejar-kejar sedariku menengah atas. Entahlah tapi aku suka sekali dengan novel. Aku sangat tertarik. Aku menuliskan ceritaku sementara Liam dan Dann jalan menuju pulang.
Tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu apartemen. Aku sudah menebak mereka pasti sudah sampai dan ya. Tapi mereka tidak sendirian. Ada Harry, Louis, Zayn dan Niall. Bahkan Adam, Manager mereka dan sebagian Team Crew datang ke apartemen kami. Ada apa ini?
"Jenna, kami akan berpesta semalaman disini. Apa kau merasa terganggu?" Tanya Liam padaku. Terganggu? Untuk apa? Apa aku ada masalah? Tentu tidak.
"Tentu saja tidak. Kalian diperbolehkan. Aku akan berada dikamarku, jika ada yang ingin menemuiku, ketuklah kamarku." Lalu saat aku memutarkan badanku dan berjalan kearah kamar, aku mendengar suara langkah kaki yang mengikutiku dari belakang. Siapa ini?
"Aku ingin menemuimu." Harry. Harry? Apa yang dia inginkan? "Memangnya ada apa, Harry?" Dia meletakkan kedua tangannya di kedua bahuku dan memutarkan badanku ke belakang. Lalu dia mendorongku untuk berjalan. "Liat saja nanti." Dia bisik padaku.
Kamk tiba dikamarku. Dia mengunci pintunya. Oh ayolah, apa yang ingin dia lakukan? Aku tidak ingin melakukan hal yang ingin dia lakukan jika dia ingin-- Ya kau tahu apa maksudku. Dia membukakan jaketnya. Baiklah, jika dia ingin melakujan hal ya tidak kusukai atau kuzinah, maka aku harus berani untuk menghentikannya.
"Tu--tunggu dulu, Harry." Kataku sambil memberikannya tanganku yang mengartikan untuk berhenti melakukan sesuatu. Dia memasang wajah bingungnya sambil bersenyum kecil padaku. "Ada apa?" Lalu aku menutup mataku dan membukanya kembali. Aku bisa, aku bisa. "A-aku belum siap untuk ini."

YOU ARE READING
All The Love, H.
Fiksi PenggemarHeyho! This is my first Story! Well, maafkan daku kalau ada typonya dan hal-hal yang menjijikan. hope you like this story! And don't forget to leave a vote and comments! :D