Chapter 22

85 8 0
                                    

Aku melemparkan pulpenku. Pulpennya tidak berfungsi. Jemma melihatku dengan penuh kebingungan. Dia memberikanku pulpen miliknya dan aku menerimanya.

"Terimakasih, Jem." Dia tersenyum. "Ada apa denganmu? Mengapa kau begitu emosi?"

Aku menggigit bibir bawahku. Sebenarnya aku masih teringat oleh kejadian tempo hari lalu. Aku tidak bisa melupakan apa yang telah si brengsek lakukan padaku. Dia tidak sopan.

"Aku hanya teringat akan kejadian tempo lalu. Itu saja." Jemma memberikanku senyumannya dan memelukku. "Sudah, lupakan saja semuanya. Jangan dipikirkan, itu tidak penting. Lanjutkan testnya, ya?" Aku mengangguk.

***

"Jenna, aku ingin kau dan Dann ikut ke pestaku di rumahku. Aku mengadakan pesta disana. Maukah kau ikut?" Aku memutarkan bola mataku.

"Ya nanti aku akan tanyakan hal ini pada Dann. Aku harus pulang. Ini sudah waktunya aku ke Starbucks."

"Bagaimana kalau aku ikut ke cafèmu? Aku ingin melihat kau bekerja sambil menikmati kopinya." Aku dan Jemma tertawa. Ada-ada saja dia.

"Baiklah, ayo pulang." Kami beranjak dari kursi kantin lalu pulang ke Apartemenku.

Setiba kami disana, aku bergegas mandi sedangkan aku meninggalkan Jemma sendirian diluar. Aku tidak perlu menemaninya, lagipula juga dia sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri. Selesai mandi, aku mengambil tasku dan ponselku.

Aku melihat Jemma yang sedang melihat album dari grup band Liam. Ya, aku memang tidak membelinya. Tetapi Liam yang memberikanku album itu.

"Jemma, ayolah. Aku akan telat. Ayo pergi." Dia meletakkan kembali album itu dan berjalan keluar kamarku. Kami keluar dan memastikan bahwa semua pintu terkunci rapat termasuk pintu utama. Setelah mengunci semua pintu, kami berangkat dengan menggunakan mobil Jemma.

Kami memasuki mobil tersebut dan pergi ke Starbucks. Sepanjang jalan, aku masih saja teringat tentang kejadian tempo lalu. Rasanya sangat sulit untuk melupakan kejadian tersebut. Persetanan pada Harry. Dia memang sangat brengsek.

"Jenna? Kau melamun sepanjang jalan?" Aku terloncat kaget dengan sentuhan Jemma yang memanggilku sedari tadi. "Oh, maafkan aku. Kita sudah sampai?" Dia mengangguk.

"Ya, dan kau tidak telat." Oh syukurlah. Kami keluar dari mobil itu dan memasuki Cafe Starbucks. Aku berlari kearah ruang ganti sedangkan Jemma akan memesankan pesanannya dikasir. Setelah menggantikan bajuku aku berlari lagi kekasir dan melihag Jemma yang berdiei didepanku.

"Kau kerja dibagian kasir?" Aku mengangguk. "Hm.. Baiklah. Aku ingin pesan Hot Chocolate dan Donat coklat itu." Aku tertawa kecil. "Baiklah. Semuanya menjadi 10$."

Die memberikanku uangnya dan kami tertawa. Entah apa yang kami tertawakan tapi ini sangat lucu. "Baiklah, nona. Silahkan tunggu pesananmu dicounter sebelah. Terimakasih." Dia tersenyum padaku dan kami tertawa kembali. Dia mencari tempat duduk dan memainkan ponselnya disana. Well, atleast dia diam.

Pesanannya sudah ada dan Harry memberikannya pada Jemma. Ck.. Seharusnya aku saja yang memberikannya padanya. Tetapi aku sedang sibuk dengan bagian kasir ini. Aku mengintip kearah Jemma dan aku melihat Jemma yang menatap Harry dengan sinis. Harry kembali ke stationnya dan membuat pesanan pelanggan lain.

Lalu saat aku sedang mengambil pesanan kue disebelahku, Harry dengan sengajanya menyenggolku hingga aku hampir terjatuh. Sialan. Aku menendang kakinya dan dia terlihat kesakitan. Syukurlah.

***
Aku berpamit pada semua orang yang berada di cafeku. Harry pergi duluan, dia bilang dia ada sedikit urusan. Setelah kami berpamit, kami masuk kedalam mobil dan meluncur ke rumah Jemma.

All The Love, H.Where stories live. Discover now