Semua orang disini begitu ramai. Bahkan aku melihat Harry yang begitu senang dengan gadis yang tak kukenal. Masa bodohlah. Jemma memberikan micnya ke temennya dan kami meninggalkan tangga itu. Kami berjalan turun dan berjalan menuju bar. Satu hal yang tidak kusetujui adalah si brengsek duduk disekitar sini bersama dengan gadis jalang itu.
Aku sama sekali tidak memiliki perasaan cemburu pada gadis jalang itu. Aku juga tidak peduli pada pola hidup Harry.
"Jenna, kau ingin minum apa?" Aku mengangguk padanya sambil menatap Harry dan gadisnya. Ew, ga-dis-nya. "Hey, ada apa?" Dia tersenyum licik padaku. Dia memutarkan badanku kearahnya.
"Ada apa? Kau terlihat sangat serius saat menatap mereka." Sambil menunjuk kearah Harry dan gadis itu. "Tidak ada apa-apa. Aku harus ke toilet dulu." Aku berpamit pada Jemma dan berjalan kearah toilet. Lalu dipertengahan jalan, seorang laki-laki menarikku kesekumpulan orang.
Aku terheran. Aku menaruk tanganku dari tangannya tetapi dia tidak mau melepaskanku. "Ini pacarku." Aku terkaget. Apa? Suara ini? "Lo-Louis? Ta-tapi.."
"Sudahlah, sayang. Kau diam saja." Dia merangkulku lalu berbisik padaku. "Jadilah pacarku untuk saat ini. Apa kau bisa?" Aku melepaskan rangkulannya dari diriku. "Tidak. Sampai jumpa." Dan lagi, saat aku hendak pergi, dia menahanku-- Lagi.
Dia kembali membisikkanku. "Ayolah. Aku berjanji aku tidak akan melukaimu." Aku memikirkannya terlbeih dahulu. Setelah memikir untuk beberapa waktu, pada akhirnya aku menyesutujui kesepakatan itu. Untuk malam ini aku sudah berpura-pura sebagai pacar dari Louis. Menyebalkan.
Lalu disaat kami tengah berbicara bersama, Louis diajak bermain billiard dan aku diajak untuk menjadi supporter Louis yang seksi. Aku bahkan disuruh untuk memakai baju yang memperlihatkan belahan payudaraku sedikit saja. Aku menolaknya.
Baju yang kupakai ini sudah cukup terbuka apalagi baju seksi tadi. Tidak, tidak akan pernah. Lalu disaat Louis sedang bermain billiard, seseorang menarikku dari belakangku dan menarikku keluar dari rumah Jemma.
"Hei, bodoh! Apa urusanmu berada disini?"
"Harry, lepaskan aku. Aku tidak ingin berdebat denganmu. Aku kan sudah bilang tadi aku telah diajak oleh Jemma-.."
"Dan kau tidak meminta izin pada kedua kakakkmu? Luar biasa." Katanya sambil bertepuk tangan dua kali dengan jengkelnya. Bajingan.
"Perilaku sangat luar biasa." Dia terdiam terlebih dahulu, lalu.. "Apa kau sudah gila?! Bagaimana jika kakakmu tahu tentang hal ini? Kau seharusnya memberitahunya terlebih dahulu!"
"Lalu apa urusannya denganmu? Mengapa kau peduli sekali akan hal ini?" Dia mendorongku ke tembok dan menatapku dalam. Menahanku hingga aku tidak dapat bergerak. "Karena akulah yang akan dihadapi oleh kakakmu. Aku yang akan dimarahi."
"Aku bisa mengatakam yang sebenarnya padamu agak kau tidak dimarahi." Dia menaruh tangannya ke jidatnya. Menepoknya. "Bodoh sekali kau. Baiklah, ayo kita pulang." Dia menarik lenganku tetapi aku tetap diam. Dia kembali menariknya dan tidak berhasil.
"Ayolah Jenna. Aku sangat lelah ini." Aku menarik tanganku darinya. "Maka jangan menarik lenganku." Dia mengatur nafasnya lalu tanpa kusadari, dia langsung mengedongku lalu berjalan kearah mobilnya. Membuka mobilnya dimasukkanku ke dalam. Oh seriously?
Dia memasangkan seatbeltku. Dia memakai punyanya juga dan menuju keapartemenku.
***
Esok paginya, aku bangun dari kasurku. Bukankah tadi malam aku berada di sebuah mobil? Apa yang terjadi? Aku bangun dan menggaruk-gaurkan kepalaku. Lalu aku terkaget oleh ketukan pintu yang diketukan Dann.
YOU ARE READING
All The Love, H.
ФанфикHeyho! This is my first Story! Well, maafkan daku kalau ada typonya dan hal-hal yang menjijikan. hope you like this story! And don't forget to leave a vote and comments! :D