***
Aku bangun pagi karena hari ini aku mempunyai kelas pagi ini. Ya, kurasa karena aku sudah banyak bolos-- atau karena libur? Entahlah. Badanku sangat sakit. Aku memaksakan diriku untuk datang ke LAC. Ku rapihkan tempat tidurku lalu mandi. Setelah mandi aku keluar kamar dan pergi ke dapur. Sepertinya Liam masih tidur. Aku ingat kalau kemarin Liam sangat lelah. Dari rumah sakit dia langsung ke studio, lalu meeting. Setelah meeting, dia dan theboys rekaman untuk lagu barunya. Aku yakin mereka pasti akan menjadi terkenal. Tidak mungkin ada wanita yang tidak akan mau menjadi fans mereka. Mereka ganteng, lucu, meluluhkan hati para wanita. Aku tidak melihat makanan sama sekali, spontan aku langsung memasak sarapan. Rasanya sangat sepi tanpa Dann. Bahkan tidak ada kabar darinya pula. Aku sangat mengkawathirkannya. Mungkin sehabis kelas aku akan mencarinya. Aku bahkan tidak menyadari masakanku hampir hangus. Aku gegas mengangkat panci penggorengnya dan meletakan makanannya di piring. Sudah menyiapkan semuanya, aku makan dengan pelan-pelan. Aku juga tidak tahu mengapa aku bangun pagi dan ingin ke kampus dengan terburu-buru, tetapi waktu masih jam enam pagi.Setelah makan, aku mencucikan piringnya dan mengeringkannya. Karena kelasku satu jam lagi, aku membaca buku favoritku, Wolves. Buku ini selalu membuatku tertawa dan bahagia. bahkan ada lagunya didalam buku ini saatku pertama beli buku ini. 'In the middle of the night when the wolves come out, headed straight for your heart like a bullet in the dark. One by one i gotta take them down, we can run and hide ain't going down without a fight. Ooo i hear them calling for you.' Aku lebih suka lagunya ketimbang bukunya. Aku sudah sampai chapter tigapuluh empat di buku ini. Well, banyak juga scene-scene yang.. You know.. Tak terasa sudah enam seperapat. Bergegas aku mengambil tasku dan berpamit pada Liam. Aku juga melihat Liam sedang menonton televisi di ruang tengah di sofa yang empuk dan panjang. Tak terbayang lagi, apartemen ini sangat besar.
"Li, aku berangkat ya. Kau pergi hari ini?"
"Baiklah. Tidak,aku tidak kemana-kemana. Mungkin setelah kau pulang aku akan pergi. Kau kerja?"
Oh ya.. aku mau mencari Dann.
"Ya, tapi mungkin sehabis dari kampus aku mau mencari Dann."
Lalu Liam mengecilkan volume televisisnya dan memutarkan kepalanya ke arahku.
"Jenna, kau merindukannya?"
"Ya, sangat Liam. Aku bingung, apa dia akan baik-baik saja atau tidak?"
Dia beranjak dari sofa dan mememlukku. Aku bisa merasakan kehangatan diseluruh tubuhku sekarang.
"Dia pasti akan baik-baik saja. Kita akan mencarinya bersama-sama. Bagaimana kalau besok? Besok kita libur bukan?" sambil memelukku dan mengusapkan kepalaku
Aku mengangguk dan mengusap air mataku. Sial. Bagaimana bisa air bisa air mataku keluar? Aku menenangkan pikiranku dengan tidur sebentar di pundak Liam.
"Jenna, bangunlah. Kau hampir telat."
Eh? Aku hampir telat! Aku bangun dan mengambil tasku.
"Jenna, ayo. Aku akan mengantarkanmu."
"Tidak perlu, Li. Aku mau pergi sendiri saja."
"Ayolah, Jenna."
"Tidak perlu, Li. Aku akan baik-baik saja. Kau berjanji padaku untuk menjaga apartemen, ok?"
"Baiklah, tuan putri."
Aku dan Liam tertawa. Dia selalu mengatakan hal-hal yang manis kepadaku. Tanpa basa-basi, aku pamit pada Liam dan pergi dari apartemen. Ketika aku sedang berjalan, aku mendengar ponselku berbunyi. Sepertinya ada pesan yang masuk. Aku mengeceknya dan ternyata ada pesan dari Jemma.

YOU ARE READING
All The Love, H.
Fiksi PenggemarHeyho! This is my first Story! Well, maafkan daku kalau ada typonya dan hal-hal yang menjijikan. hope you like this story! And don't forget to leave a vote and comments! :D