Apakah Harry Styles meminta maaf padaku? Sepertinya biasanya tidak.
"Untuk apa kau meminta maaf padaku?" Lalu dia menarik tanganku dan mendorongku ke tembok. Wajahnya mendekat kearahku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang sedang dipenuhi dengan amarah. "Aku ingin me--meminta maaf. Karena aku--" tiba-tiba saja ponselnya berbunyi "Fuck!" lalu dia menjauhkan wajahnya dariku dan mengangkat telfonnya.
"Aku tidak peduli! Terserah padamu! Aku sedang sibuk." lalu dia mematikan ponselnya. Sibuk? Hanya untuk meminta maaf padaku merupakan hal yang sibuk? Kurasa tidak.
"Aku ingin pergi." aku melangkah darinya tapi lagi-lagi dia menahanku. Dia menahanku dengan kuat. "Tunggu dulu." katanya lalu melepaskan tanganku. "Jangan pergi. Tunggu disini." katanya lalu meninggalkanku sendirian didepan kelas. Entah apa yang akan dia laukan padaku, aku pasti akan kebal. Lalu Cam keluar dari kelas bersama dengan temannya berdua. Dia tersenyum padaku. "Hai Jenna. Kau tidak pulang?" tanyanya dengan santai. "Tidak. Aku sedang menunggu seseorang." Lalu keningnya mengkerut. "Memangnya siapa?"
"Harry." Dan dia tertawa bersama dengan temannya. "Harry? Pria brengsek itu? Untuk apa?" sambil memasukkan tangannya ke saku celanannya. "Entahlah. Aku juga tidak tahu. Tapi jika aku pergi meninggalkannya aku pasti akan dimarahi habis-habisan." dia tertawa lagi. Apa yang lucu? "Baiklah. Tapi bolehkah aku meminta nomor telefonmu?" lalu wajahku terlihat kaget. Untuk apa dia meminta nomor telefonku? Apa maunya? "Baiklah. Ini." aku memberikan nomor telefonnya lalu dia tersenyum lagi padaku dan pergi bersama temannya melewatiku.
"Hey Jenna. Mengapa kau berada disini? Kau menunggu seseorang?" Aku terloncat kaget saat Jemma memangilku. "Aku sedang menunggu Harry." Lalu mimik wajahnya berubah dengan penuh keheranan.
"Mengapa kau menunggu Harry?"
Aku mengangkat bahuku. "Aku tidak tahu. Dia yang menyuruhku."
"Oh baiklah. Aku duluan. Aku harus pergi. Sampai jumpa, Jenna." Kata Jemma sambil melambaikan tangannya padaku. Aku membalas lambaiannya.
Sudah duapuluh menit dan Harry tidak kunjung muncul. Dimana dia? Apa yang ingin dia lakukan? Beberapa menit kemudian dia datang dengan membawa helm berwarna hitam.
Dia menyodorkan helmnya padaku. "Pakailah. Aku ingin mengajakkmu ke suatu tempat atas hadiah pemaafanku." Aku mengambil helmnya lalu mengikutinya dari belakang ke parkiran motor. Aku menaiki motornya lalu melingkarkan tanganku diperutnya. Aku bisa merasakan kenyamanan itu kembali. Kami pergi dari LAC menuju tempat tujuan Harry. Entahlah kemana ia akan membawaku tetapi aku benar-benar sangat lelah sekarang. Sepertinya aku tahu jalan ini. Apakah Harry akan mengajakku ke stadium? Tapi untuk apa? Mengapa dia mengajakku ke stadium? Kami sampai distadium yang sangat besar dan terkenal. Aku turun dan membuka helmnya lalu meletakannya di tempat duduk motor Harry.
"Jenna, tolong tutupkan matamu." Katanya sambil memegang kain berwarna putih.
Lalu wajahku berubah. "Untuk apa?"
Dia mennarik nafasnya lalu menghelakannya dengan panjang. "Percaya saja padaku. Aku ingin memberikanmu sesuatu. Nanti akan kukasih tahu mengapa aku melakukan hal ini."
Aku mengangguk lalu mengizinkannya menutupi mataku dengan kain putihnya. Dia menutup mataku dengan kain itu dibelakang kepalaku sekencang dan sekuat mungkin sampai aku tidak bisa melihat apapun.
"Ikuti saja perintahku." Bisiknya ditelingaku sambil memegang tanganku. Tapi anehnya adalah mengapa tanganku dan tangan Harry bergemetar? Aku tidak peduli. Sekarang aku harus fokus berjalan kemana Harry perintahkan padaku. Aku takut dia akan mempermainkanku karena sekarang satu-satunya orang yang bisa menuntunku adalah Harry. Tapi untungnya, dia tidak menjailiku.
YOU ARE READING
All The Love, H.
FanfictionHeyho! This is my first Story! Well, maafkan daku kalau ada typonya dan hal-hal yang menjijikan. hope you like this story! And don't forget to leave a vote and comments! :D