Pagi sudah tiba. Aku bangun dari tempat tidurku dan menemukan bahwa waktu sudah menunjukkan jam 7. Hari ini aku ada kelas. Aku spontan lari ke kamar mandi untuk mandi. Setelah selesai mandi, aku keluar kamar dan kulihat dua pria yang sedang bermain PS di sofa.
"Selamat Pagi, Jenna"
Oh astaga, aku kaget saat mereka mengucapkan selamat pagi kepadaku secara bersamaan. Kamipun tertawa.
"Kau mau berangkat?" tanya Dann.
"Ya, aku harus berangkat. Hari ini aku ada kelas. Kau?"
"Tidak. Ada sisa sarapan. Kau bisa makan dulu, Jenna." kata Dann sambil memainkan PSnya dengan Liam dengan sangat serius.
"Baiklah. Dann, Liam, jangan terlalu banyak bermain PS ya. Tidak baik buat kalian."
"Baiklah."
"Baiklah, nona manis." kata Liam.
Aku memutarkan bola mataku dan duduk di meja makan untuk memakan sarapanku. Setelah menghabiskan sarapanku, aku pamit pada Liam dan Dann, dan berangkat ke LAC. Dan lagi, diperjalanan ke LAC aku melihat mobil Harry yang berjalan disampingku. Dasar.. Mengapa dia mengikutiku? Aku menghiraukannyan dan fokus berjalan ke kampusku. Tiba-tiba saja, mobil itu berhenti dan si brengsek keluar dari mobilnya. oh ampun.. karena aku masih inget dengan kata-kata Brengsek, aku jadi mengingat kata-kata Louis beberapa hari yang lalu. Tentang meniduri perempuan, berpesta liar, benar-benar sulit dipercaya. Aku menggelengkan kepalaku dan tidak sengaja aku tertabrak oleh seseorang yang tinggi.
"Maafkan aku."
Aku meminta maaf padanya sambil melihat wajahnya. Astaga.. ini si brengsek- maksudku Harry!
"Aku ingin mengantarkanmu." katanya
"Tidak perlu. Ini sudah dekat. Tidak usah, Harry."
"Aku antar atau mukamu akan kuhancurkan."
Karena aku terengah-engah dengan perkataanya, maka aku mengangguk dan mengikutinya ke mobilnya. Dia membukakan pintu untukku lalu menutupnya. Dan dia masuk kedalam mobil. Aku masih bingung dengannya. Mengapa orang ini harus memaksaku untuk mengantarkanku ke kampus tetapi hanya beberapa langkah lagi aku sudah sampai. Karena tak ingin membahas lagi aku melupakannya dan menundukkan kepalaku kebawah. Kami sudah sampai diparkiran.
"Apa Lenna menelfonmu?"
Lenna? Siapa Lenna? Apa yang dia maksud itu Jemma? Keterlaluan.. Dia bener-bener tidak bisa mengingat nama orang, bahkan nama temannya saja dia tidak mengingatnya.
"Jemma? Dia tidak menelfonku."
"Ya maksudku dia. Baguslah. Kukira dia akan menelfomu. Hari ini kami mengadakan pesta dirumahku. Aku takut dia akan menelfonmu. Kau ingatkan? Jika dia mengajakmu untuk ikut ke pestanya, beritahu aku dulu."
Aku mengangguk. Dia keluar dan membukakan pintu untukku. Saat hendak mau meninggalkan parkiran mobil, aku mendapat ponselku berdering. Kulihat dilayar ponselku ada nama Jemma yang menelfon. Oh tidak.. Apa yang harus aku lakukan? Jika aku mengangkatnya maka orang brengsek ini akan menanyakan siapa yang menelfonku. Tapi jika aku mematikannya, Jemma akan membenciku dan Harry juga akan menanyakan hal-hal yang sama lagi. Beberapa detik kemudian, karena aku tidak mau mengakhiri pertemananku dengan Jemma, aku mengangkatnya. Bahkan aku tidak tau mengapa aku memiliki teman yang juga mau mengajakku kesebuah pesta hanya karena aku adalah alasannya. Aku juga melihat Harry yang menatapku tajam dan menungguku dibelakang sambil menyenderkan dirinya ke mobil.
"Halo?"
"Hai Jenna. Apa malam ini kau sibuk?"
Oh tidak.. Aku yakin patinya dia mau mengajakku ke pestanya dirumah Harry.

YOU ARE READING
All The Love, H.
FanfictionHeyho! This is my first Story! Well, maafkan daku kalau ada typonya dan hal-hal yang menjijikan. hope you like this story! And don't forget to leave a vote and comments! :D