Chapter 4

156 18 1
                                    

Saat aku sedang asik dengan ponselku, tiba-tiba saja ada yang menelfonku. Aku tidak tau siapa yang menelfonku. Aku memutarkan bola mataku sambil mengangkat telfonnya.

"Halo? Ini siapa?"

"Ini aku, stupid."

Apa? Si brengsek?! Mengapa dia menelfonku dan dari mana dia dapat nomor telefonku?!

"Aku tidak stupid. Dari mana kau mendapatkan nomow telfonku?"

"Itu tidak penting. Besok akan kuberitahu. Kau sedang apa?"

"Aku sedang memainkan ponselku. Ada apa?"

"Apa kau dapat pesan dari si jalang? Si pirang?"

Apa?! Siapa yang dia maksud?

"Siapa maksudmu? Jemma?"

"Ya, dia! Si emma! Apa kau mendapatakan pesan darinya?"

"Jemma bukan Emma. Sepertinya tid-"

Tiba-tiba saja ada 1 pesan masuk.

"Mungkin itu pesannya. Yasudah. Kau harus baca pesan darinya. Dan inget. Jika dia mengajakmu untuk ikut ke pesta, beritahu aku dulu. Kau mengerti?"

Aku memtarkan bola mataku.

"Ya, aku mengerti."

"Bagus. Sampai ketemu besok."

"Sampai besok."

Aku menutup pembicaraannya. Aku membuka 1 pesan itu. Dan benar. Itu dari Jemma.

"Hey, apa kau sibuk? Aku ingin ke apartemenmu. Aku habis dari kampus. Hari ini tadi aku ada kelas. Kau sendirian?"

Aku membalas pesannya.

"Tidak. Aku sedang bersama saudaraku dan Dann. Mungkin lain kali."

Setelah mengiriminya, aku menunggu pesan darinya. Tidak lama, dia membalas pesanku.

"Oh baiklah. Aku mengerti. Saudaramu? Siapa? Liam?"

Tunggu dulu. Bagaimana dia tau kalau aku mempunyai saudara bernama Liam? Karena aku tidak mau memanjang lebar cerita ini, aku membalas pesannya dengan singkat.

"Ya, dia saudaraku. Aku pergi dulu sampai jumpa besok. Da-ah!"

Beberapa detik kemudian, kumelihat pesan dari Jemma.

"Da-ah." Aku tidak menjawabnya.

Aku merasa bosan. Ketika itu, aku keluar dari kamarku dan melihat Liam dan Dann yang sedang asik bermain games di TV.

All The Love, H.Where stories live. Discover now