Aku terlihat sangat kaget melihat semua hadiah ini didepan pintu apartemenku. Aku menengok kekanan dan kekiri. Tetap saja, tidak ada siapapun diluar.
"Selamat pagi, Jenna." Aku terloncat kaget mendengar suara Dann. Astaga anak ini. "Jangan membuatku kaget. Tolong bantu aku. bawakan semua ini." ucapku sambil menunjuk ke hadiah entah dari siapa itu.
"Tapi ini semua dari siapa, Jenna?" Dann tanya. Aku hanya menaikan bahuku sambil membawa bunga mawar itu. Dann memutarkan bola matanya lalu membawa boneka besar itu kedalam apartemen itu.
***
"Jenna, kau sebaiknya mandi sekarang juga. Kau akan telat." Aku mengangguk dan berjalan kekamarku. Lalu kumendengar ponselku berbunyi. Ada yang mengirimkan pesan kepadaku. Aku tidak tahu ini dari siapa.
From: Xx
To: MeSemoga kau suka dengan hadiahnya :)
Astaga, ini dari siapa? Aku sangat penasaran. Lalu kuingat Dann memintaku untuk mandi. Dengan terpaksa, aku meletakkan kembali ponselku dan pergi ke kamar mandi.
Sedang diperjalanan ke kampus, aku menanyakan kabar Liam disana. Dia bilang mereka sudah mendarat dan bandara sangat ramai. Waw, mereka luar biasa. Tetapi, tiba-tiba saja aku menabrak seseorang. Candice. Shit, kenapa harus dia?
Tadi malem, Jemma mengirimkanku pesan bahwa akan ada mahasiswa baru. Ayahnya orang kaya. Baru tadi malam saja, dia mengespam diriku di Messageku. Sangat menganggu. Dan dia sangat sombong.
"Kalau sedang berjalan jangan bermain dengan ponselmu. Kau itu sangat bodoh kau tahu." Aku memasukkan ponselku kedalam sakuku lalu tanganku sudah mengempal dan..
"Hei, Jenna! Bagaimana kalau kita masuk saja ke kelas?" Kata Jemma yang datang secara tiba-tiba.
"Dasar pengecut. Kau bahkan tidak berani menamparku." Kata wanita jalang itu. Persetanan dengan Candice."Jaga mulutmu baik-baik, Candice. Kau anak baru dan kami adalah seniormu. Kau masih junior. Ingatkan itu baik-baik." Kataku sambil menatapnya sinis.
"Senior? Mungkin kau senior yang bodoh." Balasnya. Astaga, anak ini. Dia terlalu dimanjakan oleh orangtuanya sehingga perilakunya menjadi seperti ini. "Sudahlah, Jen. Kita pergi saja. Tinggalkan dia."
Lalu aku dan Jemma pergi meninggalkan Candice. Apakah anak itu tidak memiliki etika? Beraninya dia berkata seperti itu didepan seniornya.
Disaat istirahat, aku dan Jemma sedang melihat kertas konser bandnya Harry. Mereka akan konser disini? Aku tak habis pikir. Saat kami sedang membaca Informasinya, tiba-tiba saja ada seseorang bersama dua orang temennya mendorong kami dan meneyerobot kami hingga kami terdorong kebelakang. Candice lagi.
Anak ini, meskipun dia masih kecil, belum cukup dewasa, dia harus dikasih pelajaran. Mengapa? Karena dia sudah berkuliah. Perilakunya sangat buruk.
"Astaga, 1D akan mengadakan konser disini!! Tidak disangka! "
Dengan muka bangga, aku berkata, "Aku melihat mereka. Hampir setiap hari. Kalian sangat membosankan." setelah puas berkata sepertu itu, Candice dengan amarahnya menarik bahuku dan menyemprotkan parfumnya kearah mataku. Fuck! What was she thinking?! It burns!
"Eat that, senior sombong. Hahaha.." dan setelah Gang Candice menertawaiku dan Jemma, seseorang langsung mengalangi mereka.
" Apa yang telah kau lakukan?" tak disangka. Ternyata si bajingan sudah pulang?!
"Ha-Harry Styles?! OMG! This is amazing! Bolehkah kami ambil foto?" Dengan muka amarahnya, Harry dengan cepat melempar ponsel Candice dan menarik rambutnya. "I don't fucking care apa yang kau mau. Pergi dari hadapanku atau rasakan kepalan tanganku." kata Harry sambil mengepalkan tangannya kearah wajah Candice.
Candice terlihat ketakutan. Mataku sudah mulai baik. Aku juga tidak tega melihat adek kelasku sendiri dibully seperti itu. Cepat-cepat aku melepaskan Harry darinya. "Sudahlah Harry. Dan jangan pernah berbuat seperti itu, Candice. Mengerti?" Ia mengangguk. Tak lebih dari semenit, ia sudah pergi meninggalkan kami.
"Kau tidak apa-apa? Matamu masih perih? Kau butuh obat?" Aku terkaget melihat Harry berkata seperti itu. Tidak biasanya dia begini. "A-Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu kawathir. Tapi mengapa dia disini? Bukankah kau ada Konser di Jakarta?"
Dia memutarkan bola matanya. Dia cetus kesal. "Lupakan. Kau seharusnya berterimakasih padaku karena aku sudah membantumu dari jalang itu."
Sama dengan Harry, sekarang aku memutarkan bola mataku. "Fine, Thank you, Harry.""Your welcome." dengan senyuman sengirnya, dia memutar badannya dan pergi dari hadapanku. Aneh sekali. Ada apa dengan dia?
"Jen, apakah kau lihat tadi? Yang terjadi dengan Harry?""Tell me about it. Like, dia berubah entah dari mana. Sepertinya kita harus pulang. Aku harus bekerja, Jem."
"Oh tentu saja. Btw, Bukankah Dann memakai mobilmu? Pakai saja mobilku. Aku tak kebaratan."
"A-Apa? Kau serius? Lalu dengan apa kau akan pulang?"
Dia tersenyum padaku. "Tenang saja. Zayn bisa mengantar--" dan dia seketika ingat bahwa Zayn sedang ada konser di Jakarta."Kau lupa ya. Sudah tidak usah. Aku bisa meminta Harry--" dan lagi-lagi, aku lupa bahwa aku tidak boleh bergaul dengannya. "Kau juga lupa yah? Hahaha.. Oh! Begini saja."
Dari raut wajah Jemma, aku sudah tidak yakin pada diriku sendiri dengan idenya."Bagaimana kalau kau memakai mobilku dan aku meminta Harry untuk mengantarku pulang?" Well, terdengar bagus tapi..
"Bagaimana? Setuju?""Boleh saja sih.. Tapi.." belum selesaiku berbicara, Jemma memotongnya. "Baiklah. Kau sebaiknya pergi sekarang. Aku harus mengerjakan pekerjaan rumah, Bye." Sebelum pergi, ia memelukku. Aku juga memelukknya. Dia memang sahabat terbaikku. "Thanks, Jem!"
"My pleasure!" Dia berteriak dari kejauhan. Dengan senyumanku, aku melihat jam dan ternyata, aku sudah telat. Aku harus bergegas ke Starbucks.
***
"Ya. Begitulah. Aku tidak tahan dengan perintah Adam. Kau tahu aku tidak suka diperintah-perintah." Aku mengangguk."Iya sih, tapi sebaiknya kau menghargai perasaannya. Dan ini hanya masalah kecil. Hanya menggantikan peran dalam lagunya saja. Seharusnya itu tidak masalah bagimu. Kau harus bersikap professional or penggemar kalian akan membenci kalian. You don't want that to happened right?"
Dia mengangguk. Tapi anehnya.. aku bergaul dengan Harry! Dann akan memarahiku. Sial.
Tepat sebelum kami mau menutup cafenya, Dann datang dan memasuki cafenya. Sial. spertinya Dann tahu kalau aku sedang mengobrol dengan Harry. Kuharap dia tidak tau.
"Hey, Jen." Dia tersenyum padaku. Aku membalasnya.
"Harry? Bukankah kau di Jakarta? Mengapa kau balik?" Mimik wajah Dann mulai mengkerut. Aku sangat takut jika Dann tahu aku berinteraksi maupun bergaul dengan Harry.
"Bukan masalahmu. Duduklah. Aku akan melayanimu." Kenapa aku merasa sangat ketakutan? Oh God, please help me.
"Tidak perlu. Aku akan pergi. Jenna, aku kutunggu kau diluar. Selamat bekerja." Oh tidak, dia pasti akan memarahiku!
"Harry! Apa yang kau lakukan?! Kau membuatnya marah!"
"Apa ada masalah? Aku hanya ingin melayani kakakmu. Itu saja. Bukankah itu hal baik?" Dia benar-benar sedang mabuk.
"Seharusnya aku yang menanyakanmu, ada apa denganmu, Harry? Mengapa kau begitu berubah? Kau biasanya dingin, dan—" Tepat sebelumku melanjukan, Harry meletakkan jari telunjuk.
"No, aku tahu. Maaf karena aku telah membuat Dann marah lagi padamu nanti. Kau seharusnya pulang. Biar aku saja yang menutup tokonya." aku mengangguk dengan kepuasan. Is he drunk or something? Dia meninggalkanu dimeja pojokan.
"Harry." panggilku dan dia menoleh.
"Thanks, for everything." sambil tersenyum padanya, dia tersenyum juga. "Sudah tugasku. Go."

YOU ARE READING
All The Love, H.
FanfictionHeyho! This is my first Story! Well, maafkan daku kalau ada typonya dan hal-hal yang menjijikan. hope you like this story! And don't forget to leave a vote and comments! :D