Dia membungkukan wajahnya dan berkeringat. Tangannya menjadi basah akibat keringatnya juga. Sepertinya dia terlihat sangat gugup dan serius. "Cam? What's wrong? Ada apa denganmu? Mengapa kau berkeringat?"
Dia menghapuskan keringat yang ada dikepalanya dan tangannya. Lalu dia tersenyum padaku. "Uh.. Tidak ada apa-apa. Aku hanya gugup. Jadi begini, aku ingin kamu-" Sebelum mendengar ucapannya yang selanjutnya, tiba-tiba saja aku tertarik dari hadapan Cam. Siapa yang menarikku?
Aku menoleh keatas dan mendapat bahwa si berengsek yang menarikku. Keterlaluan. "Harry! Lepaskan tanganku! Ada apa denganmu? Apa kau ingin mencari masalah?" Dia berhenti dan melepaskan tanganku. "Kau yang mencari masalah! Mengapa kau mendekat dengan si gadungan?! Dia tidak baik untukmu!"
"Lalu menurutmu, aku baik dengan siapa? Denganmu? Tentu saja tidak." Aku berjalan melewatinya tapi terus-menerus dia menahan tanganku dengan kuat. Sial, ini sangat sakit. "Apa yang kau inginkan?"
Lalu tak lama kemudian, Cam mendatangi kami. "Lepaskan Jenna. Kau tidak berhak untuk melarangnya pergi." Harry melapaskan tanganku lalu dia memutarkan tubuhnya kearah Cam. "Lalu? Apa kau mencari masalah denganku? Kau tidak perlu ikut campur, bajingan."
"Aku bukannya mengikuti campur urusan kalian, tetapi kau memang tidak berhak untuk melarangnya. Dan kau menyakiti lengannya." Harry menatap padaku dan menatapnya dengan dalam. "Jenna, bagaimana mungkin kamu menyukai pada orang ini?"
"Memangnya aku berkata kepadamu kalau aku suka padanya? Tentu saja tidak, Harry!" Cam terlihat sangat kaget saat aku mengatakan ucapanku. Wajah Cam menjadi sedih dan dia terlihat sangat lesu. Astaga, aku tidak sadar bahwa Cam ada disini. "Cam, maaf. Aku-"
"Tidak apa-apa, Jenna. Mungkin aku memang bukan lelaki yang sempurna untukmu. Lebih baik aku pergi dari sini sebelum aku membuat keadaan lebih buruk." Aku menahannya, tetapi lama kelamaan aku teringat pada ucapannya yang dia katakan pada Harry. Lalu aku membiarkannya pergi. Dasar brengsek.
"Harry, mengapa kau melakukan hal ini? Sekarang dia membenciku." Dia melipatkan tangannya lalu tertawa kecil. "Dan memangnya kenapa? Apa aku harus peduli? Aku hanya ingin kau tetap berada disampingku."
Disampingmu? "Apa maksudmu? Kau bilang kau membenciku, lalu sekarang kau bilang bahwa kau ingin aku berada disampingmu. Aku benar-benar tidak mengerti pikiranmu."
Dia menaruh tangannya kedalam saku celananya lalu berjalan dari hadapanku. "Terserah kau saja. Aku akan pergi. Kau mau ikut?"
Aku menoleh sedikit padanya. Pft.. "Tidak. Aku ingin menyendiri dulu." Dia memberikanku sengirannya dan berbalik lagi. "Oh baiklah kalau begitu. Sampai jumpa.." Ahkirnya dia pergi juga. Aku melihat sebuah kertas yang terbang diatasku. Aku menangkapnya dan melihat tulisan "Cutie, H." Keterlaluan.
***
Aku menontoni mereka yang sedang merekamkan lagu mereka yang berikutnya. Tapi hal yang paling menyebalkan adalah setiap kali Harry menatapku, dia selalu mengedipkan matanya. Ew, menjijikan. Dengan begitu, aku memutuskan untuk bermain dengan ponselku saja. Sebelumnya, aku ingin sekali mengajak Jemma atau Kim, tapi aku tahu pasti Adam tidak akan mengizinkanku.
Jujur, aku suka dengan lagu mereka yang baru. Kalau tidak salah, judulnya adalah "Little Things." Entahlah, rasanya seperti terbang di awan bersama mereka saat aku mendengar lagu ini. Tentunya di partnya Zayn. Ketika mereka keluar dari ruang rekaman, ponselku berbunyi dan tertera nama bibi Oliv di layar ponselku. Dengan segera, aku keluar dari ruangan rekaman dan mengangkat telefonnya.
Aku menutup pintu ruangannya dengan sangat perlahan. "Ada apa, Bi?"
"Jenna, ini aku." Lalu terdengarlah suara Ibu yang sangat merdu di telefonku. Oh Ibu, betapa rindunya aku padamu. "Ibu? Ada apa? Apa yang terjadi?"
YOU ARE READING
All The Love, H.
FanfictionHeyho! This is my first Story! Well, maafkan daku kalau ada typonya dan hal-hal yang menjijikan. hope you like this story! And don't forget to leave a vote and comments! :D