Setelah aku diantar Kakakku ke kampus, aku memberi salam dan pergi ke kelasku. Di saat aku sedang berjalan ke kelasku, tiba-tiba saja ada seseorang mengendarai motornya dengan sangat cepat sehingga aku nyaris di tabraknya. Aku sangat marah sehingga aku langsung pergi ke tempat parkiran untuk berbicara padanya. Setelah kulihat, saat ia membuka helmnya, ternyata itu adalah Harry. Aku tak bisa berkata apa-apa. Mengapa dia tidak bisa mengendarai motornya dengan baik? Apa dia sudah gila?. Saat itu juga aku langsung marah padanya. "Hey kau! Apa kau gila?! Aku nyaris ketabrak gara-gara Kau! Kau sinting ha?!" "Apa maksudmu? Aku hanya mengendarai motorku. Kau saja yang tidak melihat kemana kau pergi! Dasar aneh!" jawabnya. Dia bener-bener tidak mau mengakui kesalahannya? Pria macam apa ini? Sifatnya dingin, tidak mengakui kesalahan. Untung dia ganteng. Ini benar-benar tidak bisa didugakan. Setelah aku memarahinya dia pergi dan meninggalkankj begitu saja. Dan aku langsung mengikutinya dan menahan tangannya. "hey, dengar. Aku tau kita baru saja kenal. Tapi kau harus sadar. Kaulah yang salah. Apakah kau tidak mau mengakui kesalahanmu? Dan mengapa kau bersikap dingin seperti ini?" "Inilah aku. Salam kenal."katanya. Dan setelah dia berbicara seperti itu, ia menarik tangannya dariku dan pergi ke kelasnya. Aku bertanya-tanya denganku. Sungguh aneh. Mengapa aku punya teman sebangku yang sangat aneh?..Tunggu. Teman?? Aku bahkan tidak dekat dengannya.. Aku menggeleng-geleng kepalaku dan melupakan kejadian sebelumnya.
Sesampai dikelas, aku masuk, dan lihat, satu-satunya kursi yang kosong adalah bangku disebelah Harry. Oh brengsek! Mengapa harus dekat dia? Mau ga mau terpaksa aku harus duduk dengannya. Pelajaran dimulai. Pelajaran pada hari ini adalah biologi. Aku tidak terlalu suka dengan pelajarannya. Tapi aku harus mengikutinya. Setelah berjam-jam dikelas, ahkirnya pelajaran selesai. Akupun langsung pergi dari kelasku dan berjalan pulang. Saatku hendak berjalan, tiba-tiba saja ada memanggilku dari belakang. "Hey, Jenna! Kemarilah." Aku menengok kebelakang dan ternyata, ada seorang perempuan yang bernama Jemma. Dia sepertinya adalah salah satu teman dari Harry. Akupun langsung pergi mengampiri mereka. Yup, mereka. Kulihat Harry juga berdiri didepan kelas. "Ada apa, Jemma?" "Aku hanya ingin bertemu denganmu. Kau sangat cantik. Aku dengar kau berteman dengan temanku, Harry". Apa? Berteman? Dengan si brengsek itu? Gila.. Tentu tidak.. "Um.. Ya tentu. Terima kasih". "Oh ayolah, tentu saja aku tidak berteman dengan orang ini. Dan kau melihat dia cantik? Ha.. Kau gila" kata Harry. Akupun langsung berkata "Jaga omonganmu, Harry! Memangnya kenapa kalau aku terlihat cantik? Kau suka?" "Suka? Dengamu? Kau tidak usah sok tau, Jenna. Mungkin kau saja yang suka denganku." "Hey hey sudahlah. Kalian mengapa bertengkar? Aku dengar-dengar dari orang. Katanya kalau seseorang bertengkar dengan lawan jenisnya, maka suatu saat mereka pasti jodoh. Kalian mau tidak seperti itu?". Apa? Jodoh??!! Gila saja kalau aku berpacaran dengan orang gila ini tapi terlihat tampan. Akupun langsung meninggalkan mereka dan pulang ke apartemen ku.
Setelah kupulang, kulihat kakakku sudah pergi dan meninggalkan note di kulkas. "Tolong belikan bahan-bahan makanan untuk nanti malam. 10 butir telur, 1kg beras, 2 ekor ikan yang sudah dipotong, dan terakhir adalah 1 botol saus kecap manis. Terima kasih". Akupun menggantikan pakaianku dan langsung pergi ke supermarket. Saat aku berbelanja, kulihat ada seorang pria dengan temennya sedang berbelanja di supermarket yang sama dengnku.
Sepertinya aku tau orang itu. Ya itu dia, si brengsek. Aku hanya mengabaikannya. Tiba-tiba saja dia menghampiriku. "Jenna, maafkan aku atas kejadian tadi di kampus. Aku sebenarnya tidak mau meminta maaf, tapi Jemma memaksaku. Aku tidak punya pilihan lain." Mana sopan santunnya? Apa dia cuman meminta maaf kalau temennya menyuruhnya? Aneh sekali dia. "Hey, mengapa kau bersifat dingin denganku? Apa kau malu berbicara denganku?" Kutanya. "Tentu saja tidak. Kau terlalu percaya diri denganmu." "Hey ada apa ini? Harry, siapa dia? Dia terlihat cantik." Kata temennya. Aku memutarkan bola mataku. "Dia hanya teman sekampusku. Tidak lebih." Lebih? Apa maksudmu dengan lebih? Tapi mengapa kau tiak ajak dia kencan denganmu, sobat? Atau aku saja yang mengajaknya kencan?"
"Kau bercanda?! Buat apa aku berkencan dengannya. Sungguh aneh kau. Ayolah, mari kita pergi dari sini." Ya, pergi saja kau. Orang Brengsek!" Kubilang. Tiba-tiba saja, Harry memutarkan tumitnya, dan berjalan kearahku. Dia menatapku dengan tajam. Aku hampir ketakutan dengannya.
"Jika kau masih memanggilku brengsek, maka aku akan menghancurkan mukamu"
"Woah woaah woah.. Pelan-pelan saja, dude. Dia seorang perempuan. Kau tidak boleh memukulinya."
"Memang kau benar. Tapi aku tidak tahan dengannya."
"Kalau begitu. Lebih baik kau pergu dari sini!" Kubilang. Harry dan temannya langsung pergi dari hadapanku. Sungguh sungguh aneh.. Mengapa dia terlihat keras dan dingin?
Tapi dia sungguh tampan. Hampir semua wanita dikampusku mengejar dia. Ya, kecuali aku. Harry tidak merespon dengan wanita-wanita yang ada dikampus kita- tunggu, apa? Kita? Maksudku, aku. Memang dia kuliah disitu, tapi mengapa aku berkata Kita?! Sungguh aneh. Setelah membeli bahan-bahan makanan, aku langsung pergi kearah kasir dan membayar semua belanjaannya.***
Paginya, aku sudah terbangun 2 jam yang lalu. Ya, sekitar jam 5. Dann yang tadi tertidur sangat lelap, sekarang sudah bangun. Dia melihat jam. Sudah jam 7.
"Pagi Jenna"
"Pagi Dann. Kau mau sarapan?"
"Boleh saja. Jam berapa kau pergi ke kampusmu?"
"Sebentar lagi. Setelah menyiapkan sarapan untukmu dan untukku, aku akan mandi." Kataku.
Beberapa menit kemudian, setelah aku mandi, Aku ke meja makan dan memakan sarapanku. Bacon and Eggs. Buatanku sendiri. Setelah memakan sarapanku, aku pamit pada Kakakku.
"Hey, aku saja yang antar." "Tidak usah. Aku sudah besar. Aku akan berjalan kaki. Tidak perlu, Dann"
"Kau yakin?" "Ya, aku sangat yakin" kataku. "Baiklah. Hati-hati, Jen." "Tentu" ujarku. Dan ketika sudah pamit, akupun berjalan ke kampus.Saat aku sedang berjalan ke kampus, aku melihat sebuah mobil berwarna hitam sedang berjalan disampingku. Tiba-tiba saja, jendelanya terbuka. Dan ya, itu dia. Si brengsek.
"Hey, kau sendirian?" "Kau buta? Ya tentu saja aku sendirian." Setelah aku berkata seperti itu, dia turun dari mobilnya dan menarik tanganku ke mobilnya. "Biar aku yang antar. Tidak baik kalau seorang gadis berjalan ke kampusnya sendirian" Akupun kaget dengan perkataannya. Dia membuat hatiku meleleh. Sialan. Aku tidak tau harus berbuat apa-apa. Dan akupun menuruti perintahnya. Aku masuk kedalam mobilnya dan menuju ke LAC.Setelah sampai di LAC, Kami turun dari mobil dan masuk ke dalam kelas. "Kau duluan saja. Aku masih perlu menunggu seseorang."
"Siapa, Harry? Apakah dia seorang-"
"Bukan urusanmu, Jen! Pergilah! Kau seharusnya berterima kasih padaku karena sudah mengantarmu ke kampus." "Baiklah. Terserah kau dan Terima kasih."
Aku langsung berlari menuju kelas dan duduk dibangkuku. Aku masih memikrkan sesuatu. Siapa yang Harry tunggu? Apa dia tidak takut telat? Sialan. Sekarang aku memikirkannya dan terlalu peduli dengannya.Pulang sekolah, aku beranjak dari bangku dan pergi. Saat hendak ingin menaiki taksi, tanganku ditahan dari seseorang. Aku tidak tau dia siapa. Jadi aku memutar tubuhku kearahnya dan kulihat..
YOU ARE READING
All The Love, H.
FanfictionHeyho! This is my first Story! Well, maafkan daku kalau ada typonya dan hal-hal yang menjijikan. hope you like this story! And don't forget to leave a vote and comments! :D