3. Truly Fate

18.1K 1.1K 6
                                    

Hai para readers..
Terimakasih untuk yang vote dan comment di part kemaren ya. Saya sangat menghargai Apresiasi kalian.

Maaf kalau ada salah dalam kata atau mungkin typo juga.

Di mulmed, saya kasih fotonya Revio yaww.

HAPPY READING.

Revio duduk di kursi kebesarannya sebagai CEO Hernandes grup. Ia duduk menghadapi berkas laporan perusahaan, namun pikirannya melayang pada Dhee, gadisnya.
Ia tertawa kecil. Bahkan ia sudah menyebut gadis itu miliknya

"wah wah ternyata sahabatku ini sudah gila, senyum senyum sendiri." sebuah suara menginterupsi lamunanku.

"kebiasaan, gk ngetuk pintu dulu." sungutku. Ya sahabatku ini memang orang terjahil sedunia kurasa.

"aku bahkan sudah mengetuk pintu berulang kali. Tapi kayaknya si pangeran sedang sibuk melamun yang tidak tidak" Vino terbahak bahak melihat wajah masam sahabatnya, setelah ia mengungkapkan praduganya.

"sudahlah, tak usah dibahas. Hari ini aku ada meeting dengan Dashlin grup. Aku harus bersiap." ucapku mengalihkan penbicaraan.

"menghindari pembicaraan eh? Haha wajahmu lucu sekali broo" aku tersenyun masam mendengar godaan sahabatku.

-Tifany

"kamu bisakan gantikan sekertaris ayah? Kebetulan hari ini dia sakit. Dan ayah yakin kamu bisa." ucap ayah sambil memandangku. Kami sedang duduk di ruang kerja ayah dan membicarakan pekerjaan yang harus kulakukan.

Entah bagaimana aku harus menolak atau tidak. Aku hanya belum siap saja menghadapi bisnis ayah. Perusahaan ayah adalah perusahaan yg besar, sedikit saja melakukan kesalahan akan berakibat fatal.

Tampaknya ayah melihat kecemasanku. Beliau menggenggam tanganku untuk meyakinkan diriku.

"baiklah, akan ku coba yah." ucapku sambil memaksakan sedikit senyum. Aku harus bisa. Aku hanya takut satu hal. Aku takut mereka memandang fisikku, secara dimana mana sekertaris bos itu cantik sexy dan.. dan sayangnya aku tidak seperti itu.

Bahkan mungkin nanti pasti banyak yang meremehkan kemampuanku. Mengapa orang-orang hanya peduli fisik tanpa memandang sisi baiknya.

Aku dan ayah meluncur ke Hernandes grup untuk melakukan meeting. Setahuku, Hernandes grup adalah suatu perusahaan yang cukup di segani di dunia bisnis. Entahlah, aku juga tau itu dari ayah.

Sesampainya kami disana, di recepsionist langsung mengantar kami ke ruang meeting. Tidak berbeda jauh dengan kantor ayah, berkesan mewah, elegan dan sangat keren.

Saat aku duduk di kursi sebelah ayah, aku merasa mereka memandang diriku ragu. Seolah aku hanyalah sampah di tempat itu. Aku sangat ingin rapat segera usai, namun tampaknya tak begitu. Karena CEO Hernandes saja belum menempatkan diri.

"Maaf Mr. Dashlin membuat anda menunggu." ucap CEO itu yang ternyaya dia. Revio.

Pandangan kami bertubrukan seolah olah mengatakan bahwa 'dunia memang sempit'. Terlihat raut wajahnya yang terkejut, namun segera di netralkan olehnya.

CEO itu aka Revio, mempersilahkan semua peserta meeting untuk duduk. Aku melihat semua wanita disini menatap lapar kearahnya. Memangnya dia daging  segar apa sampai sampai dilihati segitunya.

Entah perasaanku saja atau memang benar, laki laki itu selalu melirikku sekilas di sela-sela meeting. Tapi aku berusaha cuek dan hanya mengerjakkan tugasku sesuai perintah ayah.

Tak lama kemudian meetingpun selesai. Sungguh daritadi aku sudah tak tahan menahan pipisku, sampai sampai kakiku blingsatan di kolong meja. Jadi setelah meeting selesai, aku langsung pamit ayah ubtuk ke kamar kecil di dekat ruang meeting yang kuketahui dari mbak mbak recepsionist.

Lega sekali setelah mengeluarkan hasrat pipisku. Aku mencuci tangan di wastafel sambil melihat pantulan diriku di cermin.
Sungguh bukan wanita idaman, pikirku. Aku sangat tidak percaya diri dengan tubuhku. Semua orang memandangku rendah, mengolokku, dan tidak sedikit yang terang terangan menghina. Aku hanya bisa pasrah.

Selesai mencuci tangan aku pun keluar toliet.
Tiba-tiba sudah ada Revio saat aku keluar dari kamar kecil. Aku cukup kaget, karna dia berdiri di depan toilet wanita.

"apa yg kamu lakukan disini?" tanyaku sambil memandangnya bingung.

"Ah, kamu sudah selesa?" tanyanya yang kujawab dengan anggukan. Hey dia belum menjawabku!

"Maaf aku mengikutimu kesini. Aku hanya kaget saat melihatmu waktu meeting tadi. Bukannya kamu bekerja di kafe? Kenapa bisa kamu menjadi sekretaris Mr. Dashlin?" tanyanya.

Aku bingung harus menjawab apa. Apa aku harus jujur kalau aku anak ayah? Atau harus menutupi jati diriku.

"emm aku hanya menggantikan sekretaris Mr. Dashlin yg sedang sakit, kebetulan ia adalah kakakku." bohongku padanya. Aku hanya merasa belum saatnya dia tau diriku yang sebenarnya.

"maaf aku harus pergi" ucapku hendak pergi meninggalkan tempat itu.

"Dhee .." panggilnya sambil menahan tanganku.

"bukankah ini aneh? Kita selalu di pertemukan di saat saat tak terduga. Jadi kupikir mungkin kita di takdirkan untuk ber .. teman." ucapnya.

"emm mungkin" jawabku sekenannya. Habis aku tidak tau lagi harus menjawab apa.

"boleh minta nomer ponselmu?" tanyannya dengan wajah memohon. Please dia terlihat sangat tampan dengan ekspresi apapun. Sehingga aku jadi meleleh juga. Hihihi

"baiklah. Mana ponselmu?" mintaku. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel pintar berharga puluhan juta itu dan menyerahkan padaku. Aku memasukkan nomer telp ku lalu mengembalikan padanya dan membiarkan ia menge save sendiri. Setelah itu aku pamit karna buru buru sudah ditunggu oleh ayah.

-----

Dirinya benar benar tak menyangka akan bertemu gadisnya lagi. Revio tambah yakin kalau gadis itu takdirnya. Ia selalu merasa nyaman saat di dekat Dhee. Merasa detak jantungnya yang berpacu lebih cepat. Merasa bunga bunga memenuhi relung hatinya.

Selama ini belum pernah ia merasa sebahagia ini jika di dekat seorang wanita. Bahkan dengan kekasih nya yang dulu dulu, ia biasa saja. Mungkin ini cinta. Ia tertawa kecil. Dulu dirinya tak yakin akan adanya cinta. Namun kini ia merasakannya, merasakan getaran itu. Getaran yang menuntunnya pada suatu hal bernama cinta.

Saat Revio sudah dirumah, ia masih saja memikirkan Dhee. Dunianya seolah terpusat pada gadis itu.

Revio pun mengambil ponselnya dan melihat kontak Dhee. Ia ingin sekali menelpon gadis itu. Hatinya sempat ragu, takut mengganggu gadis itu. Tapi keinginannya lebih besar. Jadi ia putuskan untuk menelponnya.

"hallo. Maaf dengan siapa" suara yang terdengar saat telepon sudah tersambung.

"ini.. Aku. Emm Revio" ucap Revio sedikit ragu.

".....

To be continued yaaa hehe
Tunggu next part
Maaf banyak typo

Keep vote and comment.

Terimakasih,

Elnaya17

My Lovely (Fat)eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang