17. Hernandes (?)

8.9K 610 19
                                    

Warning Typo!!!
Thanks for vote and comment.

Happy Reading All :*


Aku menghidupkan pendingin ruangan lalu menjatuhkan diriku di sofa setelah seharian berkeliling ke berbagai butik pilihan Bunda. Untuk acara makan malam saja bunda sudah terlihat serempong itu. Bagaimana kalau aku menikah???

"Capek ya sayang?? Maafin bunda ya. Habis tadi dress untukmu sangat lucu lucu jadi bunda kalap deh" ucap bunda penuh penyesalan.

Aku tersenyum. "Tidak papa bun, kalo gitu aku ke kamar dulu ya bun. Mau istirahat"

Bunda menganggukan kepalanya. "Tapi jangan lupa nanti sore berdamdan yang cantik ya sayang, untuk makan malam istimewa." Aku hanya mengangguk pasrah lalu berjalan ke kamarku dan bertemu dengan kasur empukku.

----

Aku memandan pantulan diriku di cermin. Not bad, walau masih agak gendut, pikirku. Tapi paling tidak berat badanku sudah agak berkurang, mungkin karna efek sedikit stress.

"Sayang ayo ke meja makan" ucap bunda dari balik pintu.

Aku sedikit gelisah, entahlah rasanya hanya sedikit aneh.

"Ya bunda aku segera menyusul" lalu kudengar suara langkah kaki bunda menjauh.

"Semoga baik baik saja" ucapku dalam hati.

Saat aku sudah berada di meja makan yang cukup besar ini yang ku kira bisa menampung sampai sepuluh orang, aku disambut oleh dua orang paruh baya yang masih terlihat awet muda dan satu pria tampan yang sangat maskulin.

Aku tersenyum gugup lalu duduk di sebelah pria tampan itu. Karena hanya kursi itu yang tersisa.

"Selamat malam semua" ucapku sopan.

"Malam sayang, kamu ternyata cantik sekali ya seperti mamamu saat muda" ucap wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu.

"Terimakasih tante, tante juga cantik sekali" ucapku membalas pujiannya.

"Tante tidak sabar kalau kamu menikah denga Revan" ucapnya antusias, dan kukira Revan adalah nama pria di sampingku yang daritadi hanya memasang muka datar namun tetap tampan.

"Jangan buru buru ma, biarkan mereka saling mengenal dulu" ucap suaminya.

"Oya sayang, kenalin ini tante Anya dan Om Deon Hernandes. Dan itu putranya Revan Hernandes" Tubuhku sedikit menegang ketika bunda menyebutkan marga mereka. Apa mereka ada hubungan dengan Revio?? Batinku bertanya tanya.

"Dan nak Revio, kenalin ini putri kesayangan bunda namanya Dhenanda Tifany Dashlin. Kamu bisa memanggilnya Tifany." Dan kenapa juga bunda harus memberikan panggilan kesayanganku pada orang asing ini, bukannya nama panggilanku sajaa.

Setelah makan malam, ayah, bunda dan orang tua Revan sibuk mengobrol di ruang kerja ayah. Dan meninggalkanku berdua dengan Revan di ruang tamu.

Rasanya canggung sekali untuk memulai pembicaraan. Aku memilin rambut panjangku untuk menutupi kegugupanku. Revan daritadi tetap diam saja, sangat tenang.

"Kau cantik." Dua kata yang meluncur dari pria itu membuatku melongo. Dia barusan mengatakan apa??? Aku cantik? Apa aku salah dengar ya.

"Hahaha wajahmu lucu. Jangan bengong seperti itu. Aku tidak sekaku yg kamu pikirkan." Akhirnya aku menetralkan wajahku. Dan berusaha mengatakan sesuatu yang dari tadi mengganjal pikiranku.

"Hmmm, Revan apa kamu mengenal Revio?" Tenggorokan ki sedikit tercekat saat mengatakan nama pria itu.

Revan mengangkat alisnya. "Maksudmu Revio Hernandes?" Aku hanya menganggukkan kepalaku.

My Lovely (Fat)eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang