6. Pendekatan

13.2K 890 6
                                    


YAPPSS THIS IS OUR NEXT PART

SO, ENJOY AND HOPE YOU LIKE IT

sorry kalo ada typo ya :)))



-Tifany

Saat subuh menjelang, aku segera bangun dari tidurku dan bersiap untuk melaksanakan ibadah. Setelah itu, aku mandi dan berdandan sekenannya, aku tidak suka berdandan yang berlebihan. Aku menuju ruang makan untuk sarapan sebelum berangkat ke Cafe. Di meja makan sudah ada ayah dan bunda yang sedang menungguku.

"Sayang, sini duduk kita sarapan bersama ya" Walau Bunda sibuk mengurus Ayah, namun bunda selalu perhatian padaku. Akupun duduk di kursi yang berada di hadapan Bunda.

"Bang Gerald kok gak ikut sarapan sih yah, bun?" aku heran, biasanya Bang ger selalu bangun pagi dan sampai duluan di meja makan. Namun, kali ini aku tak menemukan batang hidungnya.

Bunda menghentikan aktivitasnya mengoles roti sejenak, lalu menatapku. "Kamu tidak tau Gerald sudah pulang ke London subuh tadi?" Tanya Bunda yang membuatku kaget bukan main. Pasalnya Bang ger tidak bilang apapun kalau dia akan pulang ke London. 

"Aku gak tau bun. Bang ger kok tega sih gak bilang bilang aku duluuu" Rajukku seperti anak kecil. Tapi aku benar benar marah dengan sikap bang ger kali ini. Pulang ke London tidak bilang bilang aku. 

Ayah tertawa kecil mendengar rajukanku. "Kalau Gerald bilang dia akan pulang sama kamu, yang ada hari ini Gerald gak bakal pulang karena kamu tangisin tujuh hari tujuh malam" Bunda ikut tertawa mendengar penuturan ayah.

Aku memanyunkan bibirku. Pokoknya hari ini aku sebal sekali dengan Bang Gerald. huuuhhh. Bikin bete saja. Aku juga tidak bisa menelpon Bang ger sekarang karena pasti ia sedang di pesawat. Sungguh menyebalkan hari ini. Akupun memutuskan untuk berangkat ke Cafe dan menghubungi Bang Ger nanti.

Sesampainya di Cafe, aku ingin langsung mulai menata dan bersiap membuka Cafe. Dan betapa terkejutnya aku disitu sudah ada Revio yang sedang bertengger di super car miliknya. 

"Ku kira Cafe ini buka pukul 6" Ujarnya saat aku terheran heran melihatnya. 

"Kamu disini dari jam 6?" Tanyaku. Gila saja sudah dari jam 6 dia disini dan sekarang pukul 7.15. Revio hanya tersenyum menjawab pertanyaan ku. Sungguh aneh ini orang, otaknya gesrek kali ya.

"Cafe ini buka pukul 7.30" Jelasku, walaupun dia tidak bertanya.

Revio mengendikan bahunya. "tidak masalah mau buka jam berapapun, sekarang bukalah pintunya karena aku sudah lapar" Akupun memasuki Cafe dengan Revio di belakangku.

"baiklah, kamu ingin memesan apa?" sebaiknya aku langsung menanyakan saja pesanannya berhubung dia sudah menunggu dari jam 6 tadi.

"Black coffee dan Waffle" Jawabnya dengan senyum yang terus mengembang. "Baiklah, tunggu sebentar. akan kubuatkan" Berhubung belum ada pegawai yang datang, jadi aku yang harus membuatnya.

Aku memulai membuat pesanan Revio, dengan cara yang sudah di ajarkan oleh Oma wilson atau pemilik Cafe ini. Jadi, aku tidak bingung cara membuiat kopi dan waffle. Setelah selesai aku segera mengantarkan pesanan itu kepada Revio. Dan ternyata fita sudah datang dan bertengger di kursi kasir.

aku meletakkan pesanan itu di meja revio. "ini pesananmu, aku tinggal dulu ya." 

"kau tidak mau menemaniku?" Pertanyaannya membuatku mengurungkan niat untuk berbalik badan. "tapi.."

"kumohon" potongnya.

"baiklah" akupun akhirnya duduk di hadapannya.

"kamu sudah makan?" tanyanya yang kujawab dengan anggukkan. Revio memotong waffle lalu memasukan pada mulutnya. Wajahnya nampak aneh saat memakan waffle buatanku. Apa rasanya tidak enak ya.

"Apakah rasanya seburuk itu?" tanyaku dengan kekhawatiran luar biasa. "cobalah" Revio menyuapiku dan akupun langsung menerima suapan itu. Dan rasanya enak enak saja kok. Tidak ada yang aneh.

"hahaha" Revio terkikik geli. Akupun jadi bingung karena tingkahnya.

"Enakan di suapin pria tampan sepertiku hahaha" Hah jadi dia hanya menjebakku saja. Ternyata dia hanya ingin membuatku menerima suapan darinya. Aku juga bodoh mau maunya di suapin.

"Dasar kau Narsis" ejekku dan aku juga tidak bisa menahan tawaku sih dengan tingkahnya yang konyol itu.

Revio pun melanjutkan sarapannya dan sesekali menyuapi aku, walau aku sudah keras menolak dia tetap melakukannya dan akhirnya aku harus menerima suapannya. Kalau dilihat lihat kenapa aku jadi seperti kekasihnya begini ya. Sudahlah Jangan terus berharap Tifany!

"Dhee, bisa tidak kita pergi jalan jalan hari ini? Bisakah kamu izin dari pekerjaanmu dulu?" tiba tiba Revio mengajakku pergi. Aku heran, kenapa hari ini dia seperti mendekatiku.

"Kenapa kamu mengajakku?" tanyaku

"Kamu kan temanku, jadi apa salahnya" Oke kata teman memang membuatku agak kecewa sih. kenapa aku malah berharap jadi lebih dari teman ya.

"Baiklah kucoba izin dengan oma wilson. Tunggu sebentar" Senyum Revio mengembang mendengar pernyataanku. dan aku segera kebelakang untuk bertemu Oma wilson.

----

Disinilah kami sekarang, disebuah bukit yang aku tidak tahu namanya. Yang jauh dari perkotaan dan sangat tenang.

"Apa kamu sering kesini?" tanyaku saatRevio sedang menikmati udara segar di bukit ini.

"ya, disini tenang dan damai"

tiba tiba terlintas pertanyaan di otakku. "apa kamu tidak malu berteman denganku?" 

"malu? untuk apa? kamu baik hati dan cantik apa adanya. apanya yang kurang?" ucapnya

"Kamu terlalu berlebihan Rev. Aku tidak sebaik itu." Balasku dengan wajah menunduk. aku memang tidak sempurna kan.

Revio meraih daguku dan membuatku menatap matanya. "Apa aku terlihat berbohong?" tanyanya

aku menggelengkan kepalaku. "Kalau begitu, mulai sekarang jangan berfikir seperti itu lagi." ujarnya yang akhirnya aku angguki.


---

Revio


hari ini begitu membahagiakan karena aku bisa menghabiskan waktuku hanya berdua dengan dhee. Aku sangat bahagia karena dhee juga bahagia dan merasa nyaman disampingki. aku akan terus membuat dhee nyaman. Dan aku akan membuat dhee jatuh cinta padaku. 

Aku berharap, Dhee bisa menjadi kekasihku, bahkan kalu bisa menjadi istriku. Hahha, lama lama aku jadi gila karena mencintai dhee. Tapi aku tidak peduli, aku rela gila asal tetap bersama dhee.


Namun, perkataan papa yang bilang ingin menjodohkanku tiba tiba terlintas di otakku. Aku tidak mungkin begitu saja menolak permintaan papa. karena aku tahu papa akan sangat kecewa padaku. Beliau selalu mengandalkanku, dan jika aku menolaknya papa pasti akan sedih. Tapi tidak mungkin aku harus melepaskan cintaku dhee. aku tidak mau.

Baiklah aku akan mencari cara untuk membatalkan perjodohan ini saja. karena aku tidak mau berpisah dengan dhee.


jeng jenggggggg

Thanks for read, vote dan comment

keep waiting ya

Elnaya17 :*

My Lovely (Fat)eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang